GAZA MEDIA, NAZARET – Surat kabar Haaretz Israel edisi Senin (6/12) mengungkap rencana Israel yang hendak membangun permukiman baru dekat kota “Bet Shafafa” Al-Quds selatan.
Menurut surat kabar Israel, pemkot zionis di Al-Quds, berkordinasi dengan kementerian kehakiman Israel, akan membangun permukiman di lokasi luas yang tersisa di kota Al-Quds terjajah, seperti dikutip dari Palinfo.
Diperkirakan permukiman akan dibangun dekat kawasan Bet Shafafa Palestina, lokasi yang padat hunian, rencana permukiman baru tersebut, lahannya akan didaftarkan dengan nama para pemukim yahudi, seperti yang terjadi di kawasan Syekh Jarrah, sebagai pendahuluan untuk membangun kawasan baru tersebut.
Haaretz menyebutkan, komite perencanaan pembangunan Israel di Al-Quds, akan mendiskusikan pembangunan kawasan yang diberinama “Javaat Hashaked”, sesuai rencana, kawasan permukiman tersebut akan dibangun di area seluas 38 acre.
Kawasan permukiman baru terletak di belakang kawasan garis hijau, yang memisahkan wilayah Palestina jajahan tahun 48 dan wilayah jajahan tahun 67, dan akan dibangun 473 unit baru.
Kawasan Bet Shafafa sebagian mana kawasan lainnya di Al-Quds timur, kekurangan lahan untuk pembangunan hunian. Dalam beberapa tahun terakhir, warga Palestina berupaya mengurus perijinan membangun di kawasan, namun rencana perluasan dibekukan, sementara kelompok yahudi diberikan ijin membangun di kawasan sekitarnya, setelah pemeirntahan Netanyahu pada 2016 membekukannya, atas tekanan AS dibawah kepemimpinan mantan Presiden Barak Obama, dan baru diijinkan kembali di masa Presiden Trump.
Meski rencana permukiman “Ghavat Hashaked” tidak disebutkan khusus kawasan yahudi, namun surat kabar Israel mengutip peneliti di lembaga HAM Eer Amim, Aviv Tatarsky yang menegaskan bahwa tidak diragukan lagi siapa yang akan menghuni kawasan tersebut.
Pertama, kawasan dinamakan Ghavaat Hashaked, dan bukan Tal Lauz. Kedua, permukiman ini akan menjadi kawasan terpisah dari kawasan sekitarnya.
Ketiga, ada dua kuil yahudi yang masuk dalam rencana pembangunan ini.
Tatarsky menambahkan, kepadatan penduduk di Bet Shafafa merupakan hasil kebijakan politis. Dalam rentang 20 tahun terakhir, tidak ada ijin yang diberikan untuk perluasan kawasan hunian di komunitas Palestina di kota Al-Quds. Dan saat ini, terjadi pengusuran besar-besaran rumah-rumah Palestina, akibat kebijakan rasial anti Palestina, dan pemkot zionis serta pemerintahan Israel kemudian merampas lahan tersisa di Bet Shafafa.
Disebutkan bahwa 18,500 unit hunian telah mendapat ijin di Al-Quds, sejak awal tahun 2021 lalu, separuhnya dalam tahap realisasi pembangunan.
Keterangan yang dirilis organisasi Peace Now Israel menyebutkan, terdapat sekitar 700 ribu yahudi tinggal di 145 permukiman besar, dan 140 permukiman ilegal di Tepi Barat, termasuk di Al-Quds timur.[]