GAZAMEDIA, AL-QUDS – Sebuah video pembacaan puisi yang dilakukan oleh salah seorang gadis asal Palestina mendadak menjadi perbincangan masyakat dunia. Pasalnya, penggalan bait puisi tersebut mencerminkan kondisi realistis yang dihadapi oleh jutaan warga Palestina baik yang berada di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza.
Informasi yang dihimpun GAZAMEDIA, pembacaan isi puisi tersebut pertama kali di siarkan melalui stasiun televisi Otoritas Palestina pada 28 Desember 2021 silam dalam acara milad ke 57 tahun faksi Fatah. Uniknya bait puisi yang dibacakan gadis tersebut menyerukan pengusiran orang-orang Yahudi.
Pihak otoritas Palestin memastikan konten dalam bentuk puisi itu bukan ujaran kebencian, tapi cerminan narasi nasional yang di alami oleh jutaan masyarakat Palestina yang merindukan perdamain diatas bumi para nabi.
Beikut penggalan kalimat puisi yang dibacakan gadis remaja di sebuah sekolah dasar di Jenin. Puisinya berisi permintaan kepada Tuhan untuk mengusir orang-orang Yahudi dari wilayah tersebut. “Yerusalem hilang. Itu dijual kepada para penjarah oleh musuh terbesar kita,” kata gadis tersebut dalam puisinya. “Ya Tuhan bawa mereka ke neraka dan kumpulkan mereka dengan orang-orang berdosa seperti Abu Lahab dan selamatkan kami,” lanjut dia, mengacu pada paman baginda Rasulullah Muhammad SAW yang menentang sang ajaran Islam.
“Ya Tuhan, dukunglah umat Islam dan kembalikan mereka ke tanah mereka, di mana mereka hidup dengan bahagia, Usir para bajingan dari negeriku dan bebaskan dari orang-orang Yahudi dan dari mereka yang membunuh para Nabi. Terima kasih!”
Sementara itu, pihak Israel telah berulang kali mengecam apa yang dianggapnya sebagai hasutan untuk teror dan ujaran kebencian di buku pelajaran dan media Palestina. Para legislator Amerika Serikat dan Eropa juga telah mengadakan rapat dengar pendapat tentang masalah ini. Otoritas Palestina mengatakan bahwa konten media dan kurikulumnya mencerminkan narasi nasional dan bukan merupakan ujaran kebencian.
“Kami harus menjelaskan dan membenarkan apa yang muncul dalam kurikulum kami, yang mencerminkan narasi dan identitas nasional kami, sementara tidak ada yang menuntut untuk meninjau kurikulum dan media Israel,” kata Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas kepada Majelis Umum PBB pada bulan September lalu. []