GAZAMEDIA, BANDUNG – Penderitaan masyarakat Palestina khusunya di Jalur Gaza belum juga berakhir, hingga kini jutaan orang tinggal dalam wilayah yang serba terbatas secara ekonomi, sosial maupun bidang lainya lantaran wilayah tersebut masih dalam blokade baik darat, laut maupun udara oleh pihak Zionis Israel sejak 2007 silam.
“Ada satu pesan yang selalu disampaikan oleh masyarakat Gaza kepada masyarakat Indonesia, yakni berupa salam hormat, salam hangat, dan salam rindu kepada saudara masyarakat Gaza yakni masyarakat Indonesia,” kata Muhammad Husein saat menjadi pemateri dalam acara Diskusi Intelektual Terhangar (SILAT) yang diselenggarakan oleh BEM HIMA PIPS UPI Bandung, Senin (31/1) kemarin.
Aktivis kemananusian asal Indonesia yang telah puluhan tinggal di Jalur Gaza memaparkan bahwa persoalan Palestina yang seakan-akan tak berujung?. Menurutnya, Isu Palestina sendiri itu pasti berakhir. Umat Yahudi akan mengalami 2 kerusakan, dan keduanya menyebabkan kebinasaan mereka. Hal ini tercantum dalam Q.S Al-Isra ayat 1-7.
“Konflik Palestina bukan konflik teritorial, tetapi konflik eksistensi. Tahun 1920 saat Inggris menguasai Palestina meruapakan awal mula terjadinya konflik ini. Palestina sebelum saat itu adalah negara yang mandiri dan sempurna dibawah Turki Utsmani karena memiliki kepemimpinan, wilayah, mata uang, dan juga masyarakat yang heterogen,” papar Husein.
Pada saat itu, lanjut Husein jumlah pemukim Yahudi hanya sebanyak 5% di Palestina. Setelah berakhirnya Perang Dunia I Inggris mulai menjajah Israel. Kemudian muncul Perjanjian Sykes-Picot yang membagi wilayah Syam, pada saat itu Inggris didesain untuk menguasai wilayah Palestina.
Lalu muncul Britain Mandat membuka jalur eksodus masuknya Yahudi atau Israel ke Palestina sehingga terus bertambah jumlahnya. Kemudian kaum tersebut mulai membentuk kelompok-kelompok yang melakukan kekerasan. Puncaknya adalah pada saat terjadi pembantaian massal pada 1946, sehingga menyebabkan 890.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka sehingga harus mengungsi ke beberapa negara.
“Hal ini menyebabkan eksistensi Yahudi menguasai 78% Palestinapada saat ini. Eksistensi ini meningkat dengan cara terorisme dan pembantaian sehingga menyebabkan imigran Yahudi menguasai Palestina dengan bantuan Inggris. Eksistensi Yahudi yang awalnya tidak memiliki eksistensi tinggi, menghilangkan eksistensi yang sudah ada,” imbuhnya.
Bahkan pada saat warga Palestina mengungsi di Lebanon pun masih terjadi pembantaian. Sekitar 1000 warga setiap harinya menjadi korban. Kini Jalur Gaza sudah diblokade selama 16 tahun pun mengalami banyak sekali bombardir. Pada tahun 2008 dibombardir selama 22 hari.
“Pada tahun 2012 dibombardir selama 8 hari. Pada tahun 2019 selama 50 hari dibombardir. Pada tahun 2021 pun mengalami pemborbardiran dihadapan ribuan pasang mata,” kenang Husein.
Konflik ini adalah konflik eksistensi, dimana eksistensi yang awalnya tidak ada berusaha menghilangkan eksistensi yang telah ada sejak lama.
Tentang zionisme dan penjajahan terhadap Palestina ini dapat kita baca dalam buku ‘Zionisme menguasai dunia’ yang ditulis oleh salah seorang mantan kepala BIN yakni Z. Ahmad Maulani.
Masih ada informasi salah yang disampaikan, ada yang mengatakan bahwa Palestina merupakan pihak teroris karena tidak mau berdamai, sedangkan Israel adalah korban. Hal ini pemikiran yang keliru. Zionis memanipulasi media, sehingga banyak yang termakan oleh isu ini.
“Inti dari meletusnya konflik pada Perang Dunia I dan II ini adalah Israel dengan back up negara Inggris berusaha untuk mengambil alih dan menancapkan peraturannya di Palestina karena Palestina merupakan jantung dunia,” katanya.
Palestina Negeri Yang Diberkahi
Kenapa Zionis ingin menguasai Palestina dan jalur Gaza? Palestina merupakan negara yang sangat strategis. Sektor tanah dan masyarakatnya memiliki banyak keberkahan. Para Nabi banyak yang berada di Palestina. Geografisnya berada di wilayah yang mengikat 3 benua besar. Palestina di Benua Asia, kemudian di sebelah barat laut berbatasan langsung dengan Laut Mediterania, Eropa. Di bagian barat daya berbatasan langsung dengan Mesir.
Wilayah ini yang menyebabkan bangsa-bangsa untuk memfokuskan wilayah Palestina sebelum menaklukkan wilayah lain. Begitu pun yang dilakukan umat muslim pada saat menaklukkan negara negara di dunia. Bahkan negara negara kolonial ketika berkumpul pada awal abad 19 di salah satu rumah perdana Menteri Inggris, yakni John Campbell melalui sebuah konferensi rahasia dan merumuskan bahwa mereka harus menancapkan hegemoni mereka di Palestina agar menguasai dunia. Palestina menjadi kunci dalam menaklukkan negara lain.
Palestina memiliki suatu wilayah yang memiliki tipikal berbeda, yakni tidak suka hidup dikekang yakni wilayah Gaza. Bahkan sejak zaman penjajahan dahulu pun wilayah ini tidak pernah benar-benar diatur oleh kolonial. Gaza sendiri berasal berasal dari Bahasa Arab dengan dua arti, yakni kekurangan dan benteng yang kokoh.
Gaza merupakan satu satunya wilayah Palestina yang tidak dapat dikuasai Israel. Israel telah meninggalkan Gaza sejak tahun 2005. Apa pengaruh keberadaan Gaza terhadap zionis Israel?. Pada suatu konferensi pers, perdana Menteri Israel yang ke-4 yakni Golda Meir ditanya mengenai sejauh mana batas-batas wilayah kekuasaan Israel. Lalu dijawab bahwa batas batas kekuasaan Israel adalah sejauh yang dapat dijangkau oleh kekuatan militer Israel.
Jika tidak ada Gaza saat ini, mungkin Israel sudah menguasai negara Mesir, Arab dan negara lainnya. Gaza bagaikan duri di tenggorokan zionis Israel. Gaza merupakan benteng terakhir muslim sehingga sering sekali digempur oleh Israel melalui berbagai cara. Warga Gaza rela diblokade untuk melindungi martabat umat Islam.
Abu ubaidah yang merupakan juru bicara Hamas mengatakan bahwa apabila zionis menginjakkan kakinya ke Gaza hanya ada 3 kemungkinan yang terjadi. Yakni (1) Gaza menjadi tempat kuburan massal tentara zionis, (2) tentara zionis menjadi tawanan, (3) tentara zionis akan dipukul mundur dan Kembali ke Israel dalam keadaan cacat.
Yang berani menyerang Israel hanyalah warga Gaza. Pada tahun 2021, ketika muslim di masjidil Aqsa diserang secara brutal oleh zionis, seluruh dunia mengecam. Yang berani bertindak adalah masyarakat Gaza dengan mengirimkan roketnya ke wilayah Tel Aviv sebagai bentuk kecaman terhadap Israel. Gaza merupakan wilayah terjajah, tetapi merupakan wilayah yang merdeka dari hegemoni Israel.
Israel sempat menawarkan akan membuat Gaza menjadi orang kaya dengan syarat menanggalkan senjata dan membiarkan Israel masuk. Gaza menolak dengan alasan mempertahankan tanah wakaf dan kehormatan umat Islam agar tidak jatuh ke tangan penjajah. Masih banyak masyarakat yang saat ini dipermainkan dan tergantung serta dikontrol oleh media yang kebanyakan dipegang oleh zionis.[]