Abu Hawash Tolak Hentikan Mogok, Kuwait Sampaikan Solidaritas

GAZA MEDIA, KUWAIT – Sebuah tim pemuda Kuwait yang pro Palestina menyampaikan solidaritasnya terhadap tawanan Palestina, Hisham Abu Hawash yang mogok makan selama 134 hari yang menolak penahanan administratifnya di tengah peringatan akan situasi kesehatan berbahaya yang mengancam nyawanya.

Tim Al-Quds Amanati menulis dalam postingan di Instagram, “Pembiaran menggerogoti tulang tawanan Hisyam Abu Hawash. Dia layu – bukan karena kekurangan makanan – tetapi layu oleh umat yang berpaling meninggalkannya di medan pertempuran dengan “lambung kosong” yang berjuang sendirian.”

Tim meminta agar dukungan untuk tawanan Abu Hawash dilanjutkan dan tidak tinggal diam tentang hal itu, seperti dikutip dari Palinfo, Kamis (30/12).

Tim menerbitkan di halamannya sebuah adegan pertemuan pertama dengan putra tawanan Abu Hawash dengan ayah mereka dan mengomentarinya, dengan mengatakan: “Tuhan memotong hati para penjahat Zionis.”

Postingan tersebut mendapat komentar dukungan dari asosiasi Pemuda untuk Yerusalem dengan mengatakan, “Ya Allah, kuatkan hati pahlawan kami Hisham Abu Hawash, dan buat dia kaya dengan-Mu daripada selain-Mu.”

Pada hari Minggu kemarin, otoritas pendudukan memutuskan untuk membekukan penahanan administratif tahanan Hisham Abu Hawash, beberapa saat tak lama setelah kesehatannya memburuk dan dia dipindahkan ke Rumah Sakit Assaf Harofeh, tetapi dia menolak untuk menghentikan mogok makannya dan meminta penahanan administratifnya dihentikan.

Dalam konteks terkait, aktivis Al-Quds, Hanadi Al-Halawani menceritakan informasi mengejutkan tentang kondisi kesehatan tahanan Abu Hawash dari dalam kamar tempat sang tawanan tinggal.

Al-Halawani menjelaskan bahwa tahanan, Hisham Abu Hawash kehilangan pendengaran dan penglihatannya serta tidak dapat berbicara. Bahkan dilarang mandi selama lebih dari 70 hari.

Pengadilan pendudukan Israel memainkan peran kunci dalam prosedur pelecehan terhadap tawanan Palestina melalui keputusan mereka tergantung pada keputusan badan intelijen pendudukan, “Shin Bet.”

Pada 12 Desember, Pengadilan Pendudukan Militer menolak banding dalam kasus Abu Hawash, dan menyetujui perintah penahanan administratifnya selama empat bulan, meskipun kondisi kesehatannya menurun serius.

Abu Hawash menikah dan ayah dari lima anak. Dia telah ditahan sejak Oktober 2020, dan dua perintah penahanan administratif dikeluarkan terhadapnya untuk jangka waktu 6 bulan. Dia juga mantan tawanan yang menghabiskan total 8 tahun dalam pendudukan penjara.

Para tawanan Palestina selalu terlibat dalam serangkaian pertempuran “lambung kosong” (mogok makan) untuk menekan otoritas pendudukan Israel agar berhenti menggunakan kebijakan yang kejam dan zhalim terhadap mereka.[]