Ayah Mencari Keadilan Untuk Tiga Putrinya Yang Dibunuh Oleh Tentara Israel

GAZA MEDIA, GAZA – (Rabu 17/11) Tiga belas tahun telah berlalu sejak Ezz El-Din Abu El-Aish warga Palestina yang kehilangan ketiga putrinya akibat serangan tank Israel yang menghantam rumah mereka di daerah kamp Jabalia, utara Kota Gaza. Anggota keluarga lain yang tinggal di rumah yang sama juga terluka oleh tembakan tentara Israel selama serangan tiga minggu di Jalur Gaza yang dimulai pada 27 Desember 2008.

Serangan gencar Israel, yang dikenal sebagai Operation Cast Lead, menyebabkan pembantaian sekitar 1.400 warga Palestina dan ribuan lainnya terluka. Ayah yang berduka telah menggugat pihak berwenang Israel atas kematian ketiga putrinya; Bisan, Mayar, dan Aya, yang masing-masing berusia 21, 15, dan 13 tahun.

Abu El-Eish yang berprofesi sebagai dokter menuntut Israel membuat permintaan maaf secara resmi dan bertanggung jawab penuh atas pembunuhan tersebut. Dia juga menuntut agar negara yang memproklamirkan diri sebagai negara Yahudi itu memberinya kompensasi finansial yang ingin dia gunakan untuk mendanai sebuah perguruan tinggi untuk menghormati putrinya.

Pada Senin, Mahkamah Agung Israel memeriksa gugatan perdata yang diajukan oleh ayah Palestina itu, tetapi pengadilan belum mengeluarkan putusan.

Pada Maret 2017, Pengadilan Pusat Israel di kota selatan Beersheba meninjau kasus tersebut tetapi menolaknya. Akibatnya, Abu El-Eish memutuskan untuk mengajukan petisi ke Mahkamah Agung. Tetapi pengadilan telah menunda sidangnya karena pandemi Covid-19.

Abu El-Eish mengatakan dia memutuskan untuk mencari keadilan bagi putrinya melalui semua “cara beradab, damai, legal dan moral” yang tersedia.[TNO]