GAZAMEDIA, AL-QUDS – Situs web Hebrew Ynet melaporkan pada Senin malam (4/4/2022) bahwa ada selisih pendapat di antara internal dinas keamanan “Israel” mengenai penyerahan jasad syuhada Palestina yang baru-baru ini dibunuh di Kota Beersheba dan Khadirah, Tepi Barat ke pihak keluarga mereka.
Situs berita Ynet menunjukkan, tiga pejuang yang syahid, Muhammad Abu al-Qia’an dari Hoora al-Naqab dengan operasi Beersheba, dan dua pemuda lainnya, Ibrahim dan Ayman Igbariya dari Umm al-Fahm menyebutkan, mengubur jasad mereka sama dengan menimbulkan komplikasi hukum.
Adapun keputusan akhir mengenai masalah ini segera diputuskan Menteri Pertahanan “Israel”, Benny Gantz.
Pihak kepolisian “Israel” menasihati Gantz untuk tidak menyerahkan jenazah, bahkan menentang pemulangan jenazah pelaku operasi Bnei Brak dan operasi Gush Etzion serta operasi gerilya lainnya yang terjadi baru-baru ini.
Namun, pihak tentara “Israel” dan Shin Bet berpendapat sebaliknya dan merekomendasikan untuk mengembalikan jenazah syuhada ke keluarga mereka.
Menurut situs tersebut, polisi “Israel” tampak keberatan dengan pengembalian jenazah untuk mencegah terulangnya adegan serah terima jenazah tiga syahid dari keluarga Jabarin yang melakukan operasi di dekat salah satu gerbang masjid Al-Aqsha tahun lalu yang berhasil membunuh dua polisi “Israel”, dan mereka dimakamkan secara besar-besaran dan khidmat.
Pejabat senior militer “Israel” mengatakan, “Ada kekhawatiran bahwa unjuk rasa pemakaman bagi para pelaku operasi dapat berubah menjadi kampanye untuk mendorong pelaksanaan eskalasi gerilya baru, dan itu bisa menjadi potensi ancaman nyata yang mengkhawatrikan” pungkasnya. [ml/as/ofr]