Tepi Barat

Sulit Kalahkan Pejuang Jenin, Israel Kerahkan Helikopter Apache untuk Pertama Kalinya Sejak Tahun 2002

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Israel menggunakan helikopter serang Apache di Tepi Barat untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun selama serangan Senin (19/6/2023) pagi di Jenin, yang menewaskan sedikitnya lima warga Palestina dan melukai 91 lainnya.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa setelah sebuah kapal pengangkut pasukan Panther dihantam oleh alat peledak improvisasi (IED) yang “tidak biasa dan dramatis” yang ditembakkan oleh para pejuang Palestina, sebuah helikopter tempur Apache ditembakkan untuk mendukung pasukan komando Israel.

Penggunaan helikopter AS, yang dibuat oleh perusahaan kedirgantaraan Boeing, sangat penting karena peraturan berat yang dibawanya dan karena Apache Israel diyakini tidak menembakkan rudal di Tepi Barat yang diduduki sejak tahun 2002, selama hari-hari Intifada Kedua.

Sementara Israel secara teratur meluncurkan serangan udara di Gaza, penggunaan helikopter serang bersenjata berat di tempat yang pada dasarnya merupakan zona pemukiman adalah tanda yang mendalam dari peningkatan agresi militer Israel.

Situasi keamanan di Tepi Barat kian memburuk selama beberapa waktu. Israel melancarkan serangan berulang kali ke Jenin selama setahun terakhir. Setidaknya delapan tentara Israel diyakini terluka dalam serangan Senin pagi kemarin, yang berlangsung selama beberapa jam.

Tujuan penggerebekan itu adalah untuk menangkap aktivis Hamas berusia 36 tahun, Assem Abu al-Haija, dari lingkungan Jabriyat di pinggiran kota Tepi Barat Utara.

Video dari kamp pengungsi Jenin terkam detik-detik helikopter serang menembakkan suar, memicu spekulasi bahwa pejuang Palestina di sana telah memperoleh rudal anti-pesawat yang dapat diluncurkan dari beberapa sisi

 

‘Kenangan berat’

Wafa Jarrar, seorang warga Palestina di kamp pengungsi Jenin, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa sepupunya tewas dalam serangan udara Israel di sana pada Februari 2002.

“Apa yang terjadi hari ini tidak mudah bagi seluruh warga Jenin dan tentunya bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga,” ujarnya. “Ini membawa serta kenangan berat dari 20 tahun yang lalu. Itu tidak mudah sama sekali, tidak pada level psikologis dan tidak pada level emosional.”

Helikopter Apache digunakan oleh Israel di Tepi Barat setidaknya empat kali selama tahun 2002.

‘Hari ini, kita mengingat bencana pada hari-hari yang mengerikan itu’ – Wafa Jarrar, penduduk Jenin

Orang-orang yang selamat dari serangan pada 6 April 2002 menjelaskan bagaimana mereka tahu bahwa api berasal dari helikopter Apache “karena kami dapat melihat kabel” yang memandu misil.

Salah satu korban serangan itu, seorang wanita terkena rudal dari helikopter Apache yang ditembakkan langsung ke kamarnya di lantai atas sebuah gedung. Bangunan itu hanya ditempati oleh warga sipil.

Jarrar mengatakan kepada Middle East Eye bahwa serangan hari Senin dan penggunaan helikopter serang telah membangkitkan kembali kenangan menjadi sasaran serangan udara Israel.

“Hari ini, dengan menyerang kami dari udara, mereka mencoba mematahkan perlawanan di Jenin,” katanya.

Ini, katanya, adalah gema dari serangan udara yang dilakukan pada tahun 2002, ketika tentara Israel berusaha menargetkan kepemimpinan kelompok pejuang Palestina. “Jumlah kerusakan sangat besar, seluruh lingkungan hancur,” kata Jarrar kepada MEE.

 

‘Tangki terbang’

Ada sisi lain di mana Zionist Israel dengan sengaja menggunakan perlatan tempur canggih dan menyebarluaskan detik-detik video penembakan dan penyerangan terhadap warga sipil Palestina adalah untuk melancarkan bisnis penjualan senjata mereka ke berbagai belahan dunia. Dengan dalih kerjasama alutsista dan kemanan, sadis memang. Wajar beberapa negara Arab lakukan kerjasama dengan mereka.

Helikopter Apache mulai beroperasi dengan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1984 dan telah diekspor ke sejumlah negara di seluruh dunia, termasuk Mesir, Arab Saudi, Maroko, Qatar, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Israel.

Itu telah digambarkan sebagai “helikopter paling mematikan yang pernah dibuat”, sebuah “tank terbang … dirancang untuk bertahan dari serangan berat dan menimbulkan kerusakan besar”.

Helikopter ini pertama kali digunakan dalam pertempuran militer sebagai bagian dari invasi AS ke Panama pada tahun 1989.

Apache AH-64D Longbow dikerahkan oleh AS di Afghanistan dan Irak, dan pesawat tersebut telah digunakan oleh Amerika di Kosovo, Bosnia, dan Turki. Inggris dan Belanda juga menggunakan helikopter di Afghanistan dan Irak.

Pada tahun 2021, ketika Kabul jatuh ke tangan Taliban, AS menggunakan helikopter Apache untuk membubarkan massa.

Israel menerima helikopter Apache pertamanya pada awal 1990-an. Pesawat tempur tersebut diterima oleh Skuadron 113, skuadron “Tawon” yang melakukan pembunuhan terhadap pemimpin Hizbullah Abbas Mousavi pada tahun 1992.

Israel terus menggunakan helikopter Apache secara ekstensif di Gaza dan Lebanon dan di Tepi Barat yang diduduki selama Intifada Kedua.

 

‘Hanya permulaan’

Saat ini, Angkatan Udara Israel mengoperasikan dua skuadron Apache, dengan skuadron “Tawon” menggunakan helikopter model D Longbow dan skuadron “Patan” menggunakan helikopter model A.

Setelah lebih dari dua dekade, pengerahan helikopter di Tepi Barat yang diduduki adalah tanda seberapa jauh situasi di sana telah meningkat.

Serangan besar-besaran Israel di Jenin membunuh lima warga Palestina dan melukai puluhan lainnya

Pemerintah Israel dilaporkan memberikan tekanan serius pada pasukan keamanan untuk melancarkan operasi militer ekstensif di Tepi Barat Utara.

Pasukan Ziinist dikatakan menentang operasi besar, tetapi Haaretz telah melaporkan bahwa Shin Bet (agen mata-mata Israel) melalui sejumlah dinas keamanan mereka secara bertahap berubah pikiran mereka menggunakan senjata tersebut.

Bagi warga kamp pengungsi Jenin, kehadiran helikopter serang di langit merupakan pertanda buruk.

“Hari ini, kita mengingat bencana pada hari-hari yang mengerikan itu,” kata Jarrar mengenang serangan udara tahun 2002. “Banyak orang tewas. Banyak bangunan dan banyak bisnis hancur.”

“Area penembakan di Jenin hanyalah permulaan,” katanya. “Saya yakin mereka akan segera menggunakan cara brutal seperti ini lagi.”

 

Source: Middle East Eye, Quds News Network

Editor Design: Nurlita Sari

Translate: Nafila Bachmid & OFR, Gaza Media

 

Haitham Al-Tamimi, Anak Palestina Usia 2 Tahun Syahid Dibunuh Pasukan Zionist Israel

GAZA MEDIA, RAMALLAH – Muhammad Haitham Al-Tamimi (2 tahun) bocah Palestina syahid akibat luka tembak di bagian kepala yang dilepaskan oleh pasukan Zionist Israel di Desa Nabi Saleh Ramallah, Senin sore waktu setempat (5/6/2023).

Aktivis hak asasi manusia, Bilal Al-Tamimi mengatakan kepada Kantor Berita Safa, Al-Tamimi meninggal di sebuah rumah sakit “Israel” setelah mendapat luka tembak dan kondisi kritis di bagian kepalanya.

Sementara itu, Urusan Sipil Palestina menambahkan pemindahan jenazah Tamimi tengah diproses untuk dibawa ke Kompleks Medis Palestina di Ramallah.

Al-Tamimi dan ayahnya terluka sejak Kamis malam lalu (1/6) akibat serangan brutal pasukan Zionist yang menggrebek satu buah desa dan menembakkan peluru tajam ke rumah warga mengakibatkan beberapa pemuda Palestina lainnya terluka.

At-Tamimi dipindahkan ke Rumah Sakit Tel Hashomer Israel, di mana kondisinya dinyatakan kritis.

Dengan kesyahidan Tamimi, jumlah anak kecil Palestina yang syahid bertambah 28 jiwa, 7 diantaranya tewas akibat agresi pesawat tempur Zionist di Jalur Gaza yang terjadi baru-baru ini. (as/ofr)

source: safa.ps

Dalam Sepekan Terakhir, Pasukan Zionist “Israel” Bunuh 11 Warga Palestina

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pasukan Zionist “Israel” dan pemukim ilegal “Yahudi” semakin menunjukkan kebiadaban mereka di hadapan kasat mata internasional. Dilansir dari laman Quds Network (@qudsnen) dan @eye.on.palestine terhitung sejak 27 April hingga 6 Mei 2023, “Israel” telah membunuh 11 warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Menambah jumlah syahid 111 jiwa, 20 di antaranya anak-anak (17 tahun ke bawah) dan 2 lainnya wanita, Sabtu (1/5).

Salah satu pembunuhan yang menyorot perhatian publik adalah syahidnya Syaikh Khader Adnan, aktivis Palestina ternama dari Jenin yang meninggal di balik jeruji besi. Setelah 86 hari melakukan aksi mogok makan terbuka, menolak ketidakadilan dan kezaliman otoritas pengadilan serta 5 kali berturut-turut dijatuhi hukuman keluar masuk penjara, “Israel” sengaja/abai berikan perawatan medis dan membebaskan tuntutan Syaikh Adnan, mengancam keselamatan jiwa hingga mengantarkan dirinya meninggal dunia.

Merespon kematian Syaikh Adnan, faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza mengancam pemukiman ilegal “Yahudi” dengan serangan roket. Jual beli serangan tak terelakkan. Meski beberapa rudal pejuang berhasil menghantam wilayah “Shederot” dan melukai 7 para pemukim ilegal lainnya, namun pesawat tempur F16 milik Zionist gempur sejumlah hunian warga sipil di Gaza, seorang kakek, Hashil Mubarak (56) dinyatkan meningal dunia.

Defense for Children International – Palestine melaporkan pada 1 Mei 2023, Jebril Mohammad Said Kamal (17 tahun) syahid ditembak di bagian kepala dengan peluru tajam pasukan Zionist sekitar pukul 6:45 pagi waktu setempat di Kamp Aqbat Jabr, Kota Jericho. Di mana pasukan khusus “Israel” menyerang warga sipil setempat sekitar pukul 06.00 pagi dan melakukan operasi penangkapan. Setelah menembak kepalanya, Jibril sempat mendapat perawatan medis dan dilarikan ke Rumah Sakit Pemerintah Jericho namun dokter menyatakan dia meninggal sekitar pukul 7:15 pagi.

Pasukan Zionist juga membunuh Mustafa Amer Ali Sabbah (15 tahun) di bagian dada dengan peluru tajam sekitar pukul 2 siang pada 28 April di Desa Tuqu, Betlehem. Mustafa menderita luka tembak di dada kiri hingga keluar dari punggung kanannya. Serpihan peluru melukai jantung, paru-paru, hati, serta tenggorokan. Mustafa juga sempat dilarikan ke pusat kesehatan Tuqu namun dokter menyatakan ia meninggal dunia.

Jumat 5 Mei 2023, pasukan Zionist secara brutal membunuh 3 pemuda Nablus bernama Hasan Qatnani, Muadz Masri, dan Ibrahim Jaber. Beberapa jam kemudian, seorang ibu muda Palestina, Iman ‘Audah (26 tahun) di distrik Huwara dibunuh karena tuduhan hendak melakukan serangan penikaman.

Ahad 6 Mei pukul 11.00 pagi waktu setempat, 2 pemuda Palestina bernama Samir Asy-Syafi’i dan Hamzah Kharyoush syahid dibunuh pasukan khusus Zionist yang juga menteror beberapa warga Tulkram lainnya. Terlihat dalam video yang tersebar, jasad Samir dan Hamzah diperlakukan tidak layak, hal ini mengundang kemarahan dan kesedihan mendalam bagi warga Palestina lainnya.

Terbaru, pukul 18.30 pm, Ditar Umri (19 tahun) syahid akibat luka tembak air soft gun seorang pemukim ilegal “Yahudi” dengan jarak 0 meter saat cekcok di jalanan “Sandalah Town” wilayah jajahan 48.

Hidup di bawah penjajahan adalah hari-hari warga Palestina yang penuh dengan ancaman nyawa serta kendali penuh sistem apartheid “Israel”. Tak hanya pasukan Zionist yang sadis dan brutal dengan serangkaian teror tak pandang bulu, para pemukim ilegal “Yahudi”-pun didoktrin dengan perilaku terorist dan rasis akut yang “kebal” terhadap kecaman masyarakat maupun hukum internasional. (ofr/ofr)

Credit Foto: Reuters – Pasukan Zionits saat menyerang warga Palestina yang tengah beri’tikaf di Masjid Al-Aqsha selama bulan Ramadhan 1442 H/2021 M.

Khader Adnan, Simbol Perjuangan Tahanan Palestina dengan Aksi Mogok Makan Terbuka

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Khader Adnan (44 tahun) dari Arraba, Selatan Jenin atau yang kerap disapa Syaikh Adnan terus melanjutkan aksi mogok makan terbuka selama 77 hari berturut-turut sebagai penolakan atas penangkapan sepihak otoritas “Israel” terhadapnya, Sabtu (22/4/2023).

Asosiai Pembebasan Tahanan Palestina mengingatkan kepada seluruh pihak yang berwenang perhatikan kondisi Syaikh Adnan agar segera mendapat perawatan medis yang memadai di “Klinik Penjara Ramla Israel” mengingat kondisi kesehatannya menurun drastis.

“Kesehatan Syaikh Adnan kini dalam ancaman kematian setiap saat, karena otoritas “Israel” menolak tuntutan pembebasannya serta sengaja mengabaikan keselamatan dalam perawatan medis.” Keterangan Asosiasi Pembebasan.

Syaikh Adnan lakukan aksi mogok makan terbuka sejak penangkapannya 5 Februari lalu setelah pasukan Zionist menyerbu rumahnya di Arraba tanpa ada bukti kriminal yang jelas.

Meskipun kesehatannya memburuk, pengadilan militer “Israel” pada hari Senin “sengaja” menunda keputusan permintaan pembebasan Syaikh Adnan pada 27 April mendatang dengan dalih sampai pengadilan dapat melihat laporan terkini mengenai kesehatan sikisnya.

Penangkapan Adnan kali ini tidak bersifat administratif, melainkan “ada” surat dakwaan. Menurut pengacara Adnan, Jamil Khatib, Adnan didakwa sebagai anggota organisasi terlarang, Jihad Islam, yang menurut pengacaranya “tidak didasarkan pada bukti atau bahkan pengakuan yang jelas melainkan tuduhan sepihak oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.”

Permintaan berulang Khatib untuk memindahkan Adnan ke rumah sakit sejauh ini juga ditolak. Selain itu “Israel” juga melarang kunjungan Randa Adnan, istrinya selama mogok makan. “Khader berbaring di tempat tidur, tidak bergerak, tubuhnya kuning tidak bisa berdiri dan berbicara lagi, kondisinya kian mengkhawatirkan.” kata Randa.

Asosiasi Tahanan Palestina mengatakan minggu ini bahwa Adnan tengah menghadapi “ancaman kematian yang bisa terjadi kapan saja”.

Diketahui, Syaikh Adnan telah berkeluarga dan memiliki 9 orang anak. Dia menjadi simbol perjuangan bagi warga dan tahanan Palestina lainnya setelah ditangkap oleh “Israel” sebanyak 12 kali dengan menghabiskan total delapan tahun di balik jeruji besi dan melakukan aksi mogok makan sebanyak lima kali.

Di masa lalu, aksi mogok makan Adnan bertentangan dengan hukum penahanan administratif – di mana metode umum yang digunakan oleh “Israel” – untuk menahan warga Palestina tanpa mengajukan tuntutan atau memberi tahu mereka kejahatan yang dituduhkan bahkan menghadirkan bukti-bukti yang memberatkan mereka. (bz/ofr)

Source: +972, وكالة صفا

Baru Pulang Jadi Relawan di Turki, Sameh Tewas Dibunuh Pemukim Ilegal “Israel”

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Dalam video yang dirilis Middle East Eye, terlihat sejumlah pemukim ilegal “Yahudi” di Desa Zatara pada Senin malam (27/02/23) lakukan aksi teror tanpa pandang bulu ke sejumlah warga Palestina.

Salah satu korban dalam aksi teror tersebut adalah Sameh Al-Aqtash (37 tahun), ayah dari 5 orang anak yang baru pulang menjadi relawan bantu korban gempa Turki. Menurut keterangan saksi, setelah terjadi penembakan, Sameh sempat dilarikan ke rumah sakit dengan kendaraan pribadi  namun para pemukim ilegal blokir jalan sekaligus cegah ambulans bantuan medis mencapai Desa Zatara. Sampai akhirnya, Sameh meninggal selang berapa lama ketika menuju rumah sakit di Kota Beita.

The New Arab menyebutkan, saudara laki-laki Sameh yaitu Abdel Moneim Aqtash menyaksikan “semalam kami berdua sedang duduk di luar bengkel las. Seketika para para pemukim ilegal “Yahudi” meneror kami secara brutal, kami sempat pukul mundur kedatangan mereka. Namun para pemukim ilegal ini kembali dengan membawa pasukan penjajah. Berdasarkan laporan saksi, militer Zionist ini lah yang menebak saudara saya, bukan para pemukim ilegal.” Sahut Abdel

Sementara itu militer “Israel” berdalih, Sameh tidak ditembak oleh mereka. Ayah lima anak itu meninggal karena luka-luka. Mereka juga menambah, tidak ada pelaku yang ditangkap atas meninggalnya Sameh.

Salah satu saksi mata melaporkan, para pemukim ilegal itu membakar toko, supermarket, rumah, pohon, mobil, dan garasi mobil milik warga Palestina lainnya. Bahkan, tak segan-segan mereka membakar apa saja yang ada di hadapan mereka.

Pejabat Palestina mengabarkan, sejauh ini para pemukim ilegal “Yahudi” telah melakukan 300 lebih aksi teror ke warga Palestina di daerah Nablus.

Untuk diketahui, sekitar 2,9 juta warga Palestina dan sekitar 475 ribu Pemukim ilegal “Yahudi” saat ini tinggal di Tepi Barat. Para pemukim ilegal ini hidup di bawah kendali otoritas “Israel” di mana status keberadaannya dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.

Source: @middleeasteye

Translator/Editor: spt/ofr
Gaza Media Agency

Pasukan Zionist Bunuh 12 Warga Nablus, Ubaidah: Tabuh Genderang Perang!

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pasukan Zionis bunuh 12 warga Palestina-termasuk seorang anak kecil dan dua orang tua dalam serangan brutal yang dilancarkan ke Kota Nablus, Kamis waktu setempat (22/2/2023).

“Lebih dari 60 kendaraan militer “Israel” menyerbu Nablus sekitar pukul 10 pagi sejak hari Rabu, setelah mereka menyamar dan menyusup ke Kota Tua”, kata seorang saksi mata dilansir Middle East Eye.

Nabeela Suliman, salah seorang penduduk Nablus menyebutkan, ketika ia sedang berjalan di pasar bersama putrinya, ia mendengar suara ledakan tiba-tiba, warga mulai berteriak dan panik atas tindakan teror tersebut.

“Suasananya berbeda dan sangat menakutkan. Kami mendengar suara ledakan dan orang-orang berlarian di jalanan, dan banyak dari kami menangis, meminta kepada Allah agar kota kami mendapat perlindungan.”, kata Nabeela.

Aksi teror itu ditujukan pada sebuah bangunan di kota yang dianggap sebagai tempat persembunyian para pejuang Palestina. Media Palestina mengatakan bahwa Hussam Bassam Aslim, 24 tahun dan Mohammed Omar Abu Bakr, 23 tahun tetap bertahan di wilayah milik mereka dan menolak untuk menyerah kepada pasukan penjajah.

Hampir empat jam setelah penggerebekan dimulai, kementerian kesehatan Palestina mengumumkan data terakhir 12 warga Palestina syahid terbunuh, termasuk Aslim dan Abu Bakar.

Mereka diduga sebagai anggota kelompok “Lion’s Den”, yang terkenal selama setahun terakhir karena tindakan tegas membalas teror pemukim ilegal “Yahudi” yang rasisme dan vandal di Tepi Barat.

Serangan mematikan itu memicu reaksi yang tidak biasa dari Abu Obaida, juru bicara pejuang Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam yang sering membuat pernyataan publik hanya pada saat tertentu, seperti perang.

“Pejuang Palestina di Gaza memantau dengan cermat kejahatan yang dilancarkan berulang kali oleh penjajah “Israel” terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan kesabaran kami telah menipis”, jelas Abu Obaida.

Faksi Palestina mengutuk keras serangan tersebut, menganggap “Israel” harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi atas pembantaian biadab yang mereka lakukan.

Pasukan “Israel” telah membunuh 59 warga Palestina diawal tahun 2023 ini, dengan tingkat lebih dari satu kematian setiap harinya.

Sementara itu, pihak penjajah mencatat bahwa 10 pemukim Zionis tewas terbunuh dalam aksi balasan oleh pemuda Palestina di Al Quds sejak awal tahun 2023 ini.

Oleh Fayha Shalash, Ramallah, Palestina/MEE
Terjemah oleh : Nafila Bachmid/Gazamedia

Jana, Gadis Palestina Tewas Dibunuh Pasukan Israel di Atap Rumahanya

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pasukan Israel kembali lakukan operasional brutal menyerbu kamp pengungsi Jenin di distrik Al-Bayader Utara wilayah Tepi Barat dan bunuh seorang gadis Palestina, Jana Zakarnah (16 tahun) yang tengah berada di beranda rumahnya, Senin malam (12/12/2022).

Berdasarkan laporan Defense for Children International-Palestine (DCIP), Jana menerima tiga luka tembakan. Saat itu dirinya berada di atap rumah dan melihat pasukan Israel lakukan operasi penangkapan di rumah tetangganya namun nahas Jana menjadi sasaran tembakan. Setelah pasukan Israel mundur dari daerah tersebut, ambulans membawanya ke rumah sakit Jenin namun dia dinyatakan meninggal.

Jana menderita dua luka tembak di dada bagian atas dan satu di sisi kanan kepalanya. Dokter yang memeriksa tubuh Jana di rumah sakit Jenin mengkonfirmasi serpihan peluru berasal dari pasukan militer Israel.

Pasukan Israel memasuki lingkungan Al-Bayader Jenin sekitar pukul 10 malam. Di mana mereka menggerebek sebuah supermarket dan menangkap tiga pria Palestina. Setelah mendapat konfrontasi dari warga Palestina setelah sekitar satu jam, pasukan Israel mundur dari daerah tersebut.

Dilaporkan, pasukan Israel sedang menahan tiga pria Palestina di sebuah apartemen lantai empat, dan satu pria lainnya di ruangan keluarga. Kemudian para pasukan pergi ke kamar tamu menghadap ke rumah keluarga Jana yang berjarak 300 meter dan penembakan dilakukan oleh sniper Israel menyasar ke arah Jana yang tengah berada di rooftop rumahnya.

Setelah pasukan Israel mundur dari apartemen, keluarga tersebut menemukan selongsong peluru kosong di lantai bawah jendela selatan ruang tamu. Keluarga juga melaporkan mendengar suara tembakan dari ruangan tempat mereka ditahan.

Diketahui, pasukan Israel telah membunuh 27 gadis kecil Palestina di Tepi Barat, termasuk Al-Quds Timur sejak tahun 2000. Tahun ini, 53 jiwa anak Palestina termasuk Gaza tewas dibunuh, khusus 36 anak Palestina lainnya ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel dan pemukim ilegal “Yahudi” di Tepi Barat, menambah angka 250 lebih warga sipil Palestina tidak berdosa yang ingin memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya dibunuh oleh Israel penjajah yang secara terang-terangan melanggar hak asasi manusia internasional.
(ofr/ofr)

Source:
@dcipalestine
@palestineyouthmovement
@theimeu

Kejam! ‘Israel’ Bunuh 4 Remaja Palestina dalam Waktu 24 Jam

GAZAMEDIA, TEPI BARAT – Berdasarkan laporan sejumlah media Palestina, Quds News Network (Qudsnen) menyebutkan empat remaja Palestina tewas dibunuh pasukan Zionist saat melakukan aksi perlawanan di sejumlah wilayah Tepi Barat, Ahad (09/10/2022). Ibrahim Adel Daud (14) ditembak pada bagian kepala dengan peluru tajam tentara Zionist pada 7 Oktober di wilayah perbatasan Selatan Qalqilya. Mahdi Mohammad Abdulmuti Ladadwa (17) ditembak bagian pinggang saat konfrontasi dengan pasukan penjajah di Ramallah.

Sedangkan Mahmoud Assos (16) dan Ahmed Daragma (19) keduanya tewas pada 8 Oktober dalam serangan besar-besaran pasukan penjajah di kamp Jenin. Belasan warga sipil Palestina terluka akibat kebrutalan pasukan Zionis tersebut. Diketahui mereka juga melarang tim medis membantu korban luka serta menghalang dan intimidasi sejumlah wartawan yang meliput di lokasi kejadian.

Insiden ini menunjukkan bagaimana Israel secara sistematis dan tanpa pandang bulu gunakan kekejaman mematikan terhadap warga Palestina, termasuk anak-anak dan jurnalis. Meski pada beberapa minggu lalu, perdana Menteri ‘Israel’, Yaer Lapid mengungkapkan di depan sidang anggota Majelis Umum PBB bahwa mereka menginginkan kedamaian dan tidak adanya kekejaman dalam mengatasi Palestina. Kenyataannya ‘Israel’ menyembunyikan fakta dengan berpura-pura sebagai korban (playing victim). (ofr)

Warga Hadang Serangan Pemukim Pendatang Yahudi di Desa Madama

GAZA MEDIA, Nablus – Ahad (26/6/2022), warga desa Madama menghadang serangan yang dilakukan para pemukim pendatang Yahudi ke rumah-rumah warga di desa yang terletak di selatan Nablus tersebut.

Ghassan Doughlas, pejabat yang bertanggung jawab atas masalah permukiman Yahudi di Tepi Barat utara, mengatakan bahwa sekelompok pemukim pendatang Yahudi dari kompleks permukiman Yahudi “Yitzhar” menyerang rumah warga dari sisi selatan kota, dan warga menghadang mereka, di tengah pecahnya konfrontasi di daerah tersebut.

Douglas memperingatkan bahwa para pemukim pendatang Yahudi akan melakukan kejahatan terhadap warga dan properti mereka.

Dia menyerukan perlunya mengaktifkan komite penjaga dan berhati-hati, terutama di desa-desa yang berdekatan dengan permukiman-permukiman Yahudi.

Para pemukim pendatang Yahudi baru-baru ini meningkatkan serangan mereka terhadap warga dan propertinya di Tepi Barat, di bawah perlindungan dari pasukan pendudukan Israel.

Hari Sabtu (25/6/2022), seorang warga terluka di kepala, dan kendaraannya dibakar dalam serangan yang dilakukan oleh para pemukim pendatang Yahudi yang menarget petani di daerah antara desa Al-Mughayer dan Turmusaya, sebelah timur Ramallah.

Selasa pekan lalu, Ali Hassan Harb (27 tahun), gugur setelah ditikam oleh seorang pemukim pendatang Yahudi di desa Iskaka, sebelah timur Salfit.[]

Lagi, Tentara “Israel” Bunuh Seorang Remaja Palestina di Ramallah

GAZAMEDIA, TEPI BARAT – Seorang remaja Palestina berusia 16 tahun Abdullah Hammad syahid setelah ditembak pasukan penjajah pada Jumat (24/6/2022) sore di Silwad Ramallah, Tepi Barat.

Sumber media lokal mengkonfirmasi, tentara penjajah secara langsung menembak Hammad yang tengah bergabung dalam konfrontasi, kemudian dia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

Diketahui pada hari tersebut konfrontasi terus terjadi antara warga Palestina dengan pasukan penjajah terutama di Beit Dajan, Burin dan Kafr Qaddoum.

Puluhan warga dan pemuda terluka oleh peluru karet dan tabung gas air mata yang dilepas oleh tentara penjajah. [ml/ofr]