Tiga Ciri Wanita Penghuni Neraka
Jauh-jauh hari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sudah mengabarkan kepada umatnya terutama setiap wanita, bahwa mereka kelak yang akan menjadi penghuni surga terbanyak. Apa dan bagaimana sebabnya antara lain simak penjelasan berikut ini.
Sebab mengapa kelak wanita banyak menjadi penghuni neraka sudah pernah disampaikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya, “Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
Hadis diatas menjelaskan apa yang disaksikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang penduduk Surga kebanyakan adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka kebanyakan wanita. Tetapi hadis ini tidak menjelaskan sebab-sebab apa saja yang mengantarkan kaum wanita lebih banyak ke dalam neraka dan menjadi mayoritas penghuninya, tapi disebutkan dalam hadis lainnya.
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan para sahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat Surga dan Neraka.
Ketika Nabi melihat Neraka, ia bersabda kepada para sahabat radliyallahu ‘anhum, “ … dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.”
Sahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Karena kekufuran mereka.”
Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Nabi menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Dalam hadis lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam menjelaskan tentang wanita penduduk Neraka, sabdanya“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)
Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadis di atas dengan pernyataannya, “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Hindari tiga hal
Duhai wanita Islam, hindarilah 3 hal berikut agar Anda tidak termasuk dalam golongan wanita penghuni neraka terbanyak.
- Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan hal ini pada sabda di atas tadi. Kekufuran yang dilakukan wanita kepada suaminya dalam hal mengingkari kebaikan-kebaikan suami masih banyak terjadi di tengah kehidupan kaum Muslimin. Hal itu terjadi sebagai akibat pemahamannya terhadap syariat yang lemah atau memang dia sudah mengetahui dan membiarkannya terbawa arus.
Masih banyak isteri yang ingkar kepada kebaikan suami yang sudah sekian lama diberikan dan dirasakannya. Tapi suatu hari ia menolak dan mengingkari kebaikan-kebaikan suami itu hanya karena masalah sepele yakni suami menolak keinginan isteri atau kehendak isteri tidak cocok dengan suami. Hanya gara-gara menolak kehendak isteri, bayangkan, isteri bisa melupakan semua kebaikan suami yang sudah ditanam puluhan tahun. Seperti kata pepatah, panas setahun sirna hanya karena disiram hujan sehari.
Sejatinya, seorang istri harus bersyukur dan berusaha semaksimal mungkin mensyukuri sekecil apa pun pemberian suaminya. Sekali-kali janganlah seorang wanita mengufuri nikmat pemberian suaminya sebab Allah Ta’ala tidak akan melihat kepadanya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)
Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang menginginkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Durhaka dengan ucapan.
2. Durhaka dengan perbuatan.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya. Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi serta selain keduanya. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 85)
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu.
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan. Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan)
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.
Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.[]