hammas

Faksi-Faksi Palestina Kampanye Tolak Label Teroris untuk Hammas

GAZA MEDIA, YERUSSALEM – Faksi-faksi di Palestina, Sabtu (20/11) menggelar kampanye nasional menolak keputusan Inggris yang menganggap Hammas sebagai gerakan “teroris” yang dilarang.

Setelah berulang kali melakukan pertemuan yang membahas keputusan Inggris tentang Hammas yang dituduh sebagai gerakan “Teroris”, faksi-faksi Palestina menekankan penolakan mereka, dan menegaskan hak mereka untuk melawan penjajah sebagai respons terhadap kejahatan.

Tindakan ini sejalan dengan pendapat Hammas, yang mengutuk keputusan Inggris, Hammas membahas dalam sebuah pernyataan panjang bahwa mereka menyerukan Inggris untuk menghentikan kebijakan “penaklukannya kepada penindas dengan mengorbankan yang tertindas”.

Apa yang dilakukan Inggris bukanlah kali yang pertama menuduh Hammas sebagai gerakan terorisme. Pada deklarasi Balfour, Inggris menawarkan tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi dan memberikannya kepada orang-orang Yahudi yang tidak memiliki hak kepada tanah ini dan tidak pantas mendapatkan tanah Palestina. []

Inggris Akan jadikan Hammas Organisasi Teroris

GAZA MEDIA, LONDON – Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, salah satu pendukung setia ‘Israel’ bermaksud melarang gerakan Hammas dan akan menempatkannya di bawah undang-undang “terorisme”.

Ia mengindikasikan setiap warga negaranya yang mengibarkan bendera Palestina dan pendukung Hammas akan dituntut 10 tahun penjara dan dianggap melanggar hukum Inggris.

Menyikapi rencana Inggris, para pemimpin ‘Israel’ merayakan hal tersebut. Bahkan berkali-kali Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, dan Menteri Luar Negeri Yair Lapid menyinggung perayaan yang akan dilakukan Israel jika rencana Inggris benar-benar dilaksanakan.

Bennett, dalam cuitannya di di Twitter menyatakan ucapan terima kasih dan penghormatan yang tinggi kepada Boris Johnson yang akan memasukkan Hammas ke dalam daftar organisasi teroris di Inggris.”

Adapun Yair Lapid, ia menggambarkan keputusan itu sebagai pencapaian baru bagi Kementerian Luar Negeri ‘Israel’. Ia menekankan bahwa keputusan Inggris datang sebagai hasil dari upaya perdana menteri dan menteri pertahanan, yang datang setelah dialog dan tindakan politik, dan sebagai bagian dari penguatan hubungan dengan Inggris. []

Miqdad Qawasmeh Bebas Setelah Mogok Makan 113 Hari

GAZA MEDIA, RAMALLAH –   Miqdad Qawasmeh pemuda Palestina yang ditahan ‘Israel’ tanpa tuduhan telah mengakhiri mogok makannya selama 113 hari, setelah pihak berwenang ‘Israel’ setuju membebaskannya.

Miqdad Qawasmeh merupakan mahasiswa berusia 24 tahun. Ia telah menghabiskan sekitar empat tahun di penjara ‘Israel’ pada beberapa waktu terpisah sejak 2015. Januari lalu, dia ditangkap lagi dan ditahan tanpa tuduhan berdasarkan ‘informasi rahasia’, di bawah sistem penahanan administratif Israel, demikian dilaporkan The New Arab.

Pada akhir Juli, Qawasmeh memulai mogok makan terbuka untuk memprotes pembaruan perintah penahanan enam bulannya dan menuntut pembebasannya. Dia kemudian dipindahkan ke klinik penjara Israel di Ramleh, kemudian ke rumah sakit Kaplan Israel menyusul penurunan kesehatan yang serius.

Qawasmeh dilaporkan menderita masalah penglihatan, nyeri terus-menerus, detak jantung rendah dan ketidakmampuan untuk bergerak. Pada akhir Oktober, ibunya melaporkan bahwa petugas medis Israel secara paksa menyuntikkan nutrisi ke dalam tubuhnya melalui infus.

Omar Qawasmeh, ayah Miqdad, mengatakan kepada radio lokal pada hari Kamis bahwa “keluarga itu sangat gembira”, setelah menerima berita tentang kesepakatan Miqdad untuk mengakhiri mogok makan yang “hampir mengakhiri hidupnya”. []

 

Pemimpin Senior Gerakan Hammas Wasfi Qabha Meninggal Dunia

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pemimpin gerakan Hammas dan mantan menteri urusan tahanan, Wasfi Qabha, meninggal Kamis (11/11), akibat terinfeksi virus Covid-19.

Hammas berduka atas kematiannya, kesehatannya memburuk beberapa minggu yang lalu, setelah perjuangan hidup yang dia habiskan untuk membela perjuangan para tahanan.

Ia adalah seorang tahanan yang dibebaskan setelah menghabiskan sekitar 13 tahun hidupnya di dalam penjara penjajah.

Ia bekerja sebagai menteri tahanan ke-10 di Pemerintahan Palestina. Dia memiliki banyak sifat sebagai pejuang dan patriotik bagi gerakan perlawanan Palestina. []