mali

27 Tentara Mali Tewas Akibat Serangan Teror Bom Mobil

GAZAMEDIA, MALI – Militer Mali Tengah konfirmasi 27 pasukan tentaranya tewas dalam serangan bom teroris di pusat kamp Mondoro. Sementara pihak berwenang menyatakan berkabung atas tragedi tersebut, Jumat (4/3/2022).

Satuan milter Mali melaporkan, “Para teroris menargetkan kamp dengan bom mobil, dan bentrokan terjadi setelah serangan itu.”

27 tentara tewas, 33 lainnya terluka, dan 70 pasukan penyerang berhasil menyelamatkan diri, sementara 7 tentara dinyatakan hilang.

Presiden Mali umumkan tiga hari berkabung untuk menghormati para korban dalam serangan itu.

Untuk diketahui, organisasi militan bersenjata cukup masif di wilayah Sahel Afrika, termasuk cabang Al-Qaeda di Maghreb. Di mana organisasi-organisasi ini dari waktu ke waktu melancarkan serangan yang menargetkan barak militer dan warga asing di negara-negara Sahel, terutama di Mali. [ml/terj.ofr].

Prancis Tarik Mundur Pasukannya dari Mali

Gazamedia – Majalah Africa Intelligence, Sabtu (12/2) melaporkan, Presiden Prancis, Emmanuel Macron umumkan penarikan seluruh pasukan militernya yang dikerahkan di Mali. Menyusul pertemuan puncak Uni Eropa di Kota Paris beberapa waktu mendatang.

Majalah yang berafiliasi dengan inteligen Prancis, informasikan pertemuan puncak yang ditujukan membahas situasi di negara-negara Sahel pada 16 Februari. Dihadiri para pimpinan dari negara Afrika; Chad, Niger, Mauritania, Senegal dan Ghana. Sekaligus persipana sambut KTT Eropa-Afrika di Brussel pada tanggal 17 bulan ini.

Akhir bulan lalu, pemerintah Mali meminta duta besar Prancis di Bamako untuk meninggalkan wilayahnya, menyusul pernyataan “ofensif” yang dilontarkan oleh pejabat Prancis.

Ada ketegangan besar dalam hubungan antara Prancis dan junta militer yang berkuasa di Mali. Menyusul pernyataan Prancis dan Barat bahwa otoritas Bamako menjalin kontrak dengan kelompok “Wagner” Rusia, yang dituduh terlibat dalam konflik di beberapa negara, termasuk Suriah, Libya dan Afrika Tengah.

Patut dicatat bahwa Prancis melakukan intervensi militer di Mali sejak 2013 setelah kelompok-kelompok bersenjata menguasai sebagian negara tersebut. Kini, pasukan militer Prancis evakuasi sejumlah pangkalan militer di Mali sebagai bagian dari rencana mengurangi kehadiran mereka di wilayah Sahel. [terj/nb].

 

AS Khawatir Potensi Penguatan Pasukan Wagner di Mali

GAZA MEDIA, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) pada Rabu mengatakan bahwa pihaknya “khawatir dengan” potensi penyebaran kelompok paramiliter Wagner yang didukung Rusia di Mali, seperti dikutip dari AA.

Departemen Luar Negeri AS mengutip sebuah kesepakatan yang “mengalihkan uang yang dapat digunakan untuk mendukung angkatan bersenjata Mali dan layanan publik untuk membayar pengerahan pasukan Kelompok Wagner Yevgeniy Prigozhin ke Mali.”

“Pasukan Wagner – yang dikenal karena aktivitas destabilisasi dan pelanggaran hak asasi manusia mereka – tidak akan membawa perdamaian ke Mali, melainkan akan semakin membuat negara itu tidak stabil,” kata juru bicara Deplu AS Ned Price dalam sebuah pernyataan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bulan lalu memperingatkan aktivitas militer Grup Wagner yang aktif di Mali, dengan mengatakan negara Afrika itu “tetap menjadi kunci utama bagi stabilitas masa depan di Sahel.”

Pada Senin, Uni Eropa memberikan sanksi kepada kelompok Wagner dan 11 mitranya untuk “kegiatan destabilisasi” di Ukraina, Libya, Republik Afrika Tengah dan Suriah.

“Negara-negara yang mengalami penyebaran kelompok Wagner di dalam perbatasan mereka akan segera lebih miskin, lebih lemah, dan kurang aman. Kasus Libya, CAR, Ukraina, dan Suriah adalah contoh dampak merugikan dari penyebaran Grup Wagner,” kata Price.

AS mendesak pemerintah transisi Mali untuk tidak mengalihkan sumber anggaran yang langka dari perang militer Mali melawan terorisme.

“Kekayaan negara – termasuk konsesi pertambangan – harus menguntungkan rakyat Mali, dan tidak digadaikan ke pasukan asing yang tidak bertanggung jawab dengan catatan menyalahgunakan penduduk lokal dan merusak kontrol negara tuan rumah atas wilayah mereka sendiri,” tukas Price.