Tiga Amalan Penghapus Kesalahan dan Mengangkat Derajat

Bagi seorang muslim, menjadi mulia adalah sebuah kemuliaan. Berbagai cara yang telah dicontohkan oleh Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wasalam dan para sahabat untuk menjadi mulia pun akan diikuti. Masalahnya, tidak setiap muslim tahu bagaimana jalan menuju kemuliaan tersebut.

Berikut ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menceritakan amalan apa saja yang bisa mengangkat derajat seorang muslim menjadi mulia.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ألَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللّٰهُ بِهِ الخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللّٰهِ، قَالَ: إِسْبَاغُ الوُضُوءِ عَلَى المَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الخُطَا إِلَى المَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ فَذلِكُمُ الرِّبَاطُ. (رواه مسلم)

Artinya, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu katanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sukakah engkau semua saya tunjukkan pada sesuatu amalan yang dengannya Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta mengangkat pula dengannya tadi sampai beberapa darajat?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Yaitu menyempurnakan wudhu’ sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran banyaknya, melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid serta menantikan shalat setelah selesai shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang dinamakan ribat (perjuangan).” (HR. Muslim).

Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas adalah motivasi bagi setiap muslim untuk meraih kemuliaan dan terangkatnya derajat hidup. Ada beberapa penjelasan yang bisa dipetik sebagai pelajaran dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, sebagai berikut.

Pertama, menyempurnakan wudhu’ sekalipun menghadapi kesukaran. Misalnya di saat udaranya dingin sekali biasanya orang akan merasa berat sekali untuk berwudhu’, sehingga airnya pun menjadi sangat dingin rasanya. Nah, ketika seorang bisa mengalahkan rasa dinginnya udara pagi untuk segera melakukan wudhu’ maka insya Allah akan dihapuskan tiga kesalahan darinya dan akan diangkat derajatnya.

Bisa jadi tiga kesalahannya yang akan dihapus oleh Allah itu adalah kesalahan yang dia sendiri tidak menyadari pernah melakukannya. Dan bukan hanya sampai disitu, Allah Ta’ala juga akan mengangkat derajatnya hingga beberapa derajat. Betapa mulianya menjadi orang beriman yang imannya benar dan tak tercampuri kesyirikan.

Kedua, dalam hadits di atas dijelaskan bahwa senantiasa berthaharah yakni tetap suci dari hadats besar dan kecil, juga shalat dan segala sesuatu yang dilakukan ditujukan untuk niat beribadah dan berbakti kepada Allah, adalah sama pahalanya dengan berjihad fi-sabilillah.

Ribat atau berjaga-jaga dalam shalat adalah sebuah keutamaan. Artinya, orang yang menegakkan shalat itu mampu menjaga agar shalatnya membuahkan hasil bukan sebaliknya, shalat jalan maksiat pun jalan. Bahkan orang yang bisa menjaga shalat yang satu ke shalatnya yang lain, dihukumi sebagai orang yang sudah melakukan jihad fi-sabilillah. Disinilah betapa shalat itu adalah hal utama dalam hidup seorang muslim.

Ketiga, disebut ribat tiga perkara itu karena musuh yang utama bagi manusia adalah hawa nafsunya. Adapun tiga perkara tersebut adalah sebagai berikut. 1). Menyempurnakan wudhu’ sekalipun menghadapi kesukaran-kesukaran banyaknya. 2). Melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid, dan 3). Menantikan shalat setelah selesai shalat yang satunya.

4). Tiga amalan itu (yang disebut dalam hadits) untuk membendung jalan-jalan syetan dan hawa nafsu. Karena jihadun nafs merupakan jihad yang paling besar. 5). Maka siapa bisa melestarikan tiga perkara di atas, akan dihapus kesalahan dan diangkat derajatnya. Semoga kita diberikan hidayah dan kemampuan untuk mengamalkannya.

Tema hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur’an

Pertama, bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan;

وَجَاهِدُوا فِي اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۞

“Dan berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.” (Qs. Al-Hajj/22: 78).

Kedua, yaitu takut akan hari ia dihadapkan kepada Allah SWT dan takut akan keputusan Allah terhadap dirinya di hari itu, lalu ia menahan hawa nafsunya dan tidak memperturutkannya serta menundukkannya untuk taat kepada Tuhannya, surga tempatnya;

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى ۞ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى ۞

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. An-Nazi’at/79: 41).

Semoga kaum muslimin senantiasa dikaruniai ilmu yang bermanfaat dan dimudahkan untuk beramal sholeh, karena hanya Allah-lah yang memberi taufiq dan hidayah, wallahua’lam.[]