rahasia

Normalisasi Olahraga, Perjanjian Rahasia Maroko dan Israel

GAZA MEDIA, RABAT – Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa Asosiasi Sepak Bola Israel telah menandatangani perjanjian rahasia dengan Federasi Sepak Bola Maroko, (7/12).

Surat kabar Israel ini menambahkan, hari ini, Senin, bahwa perjanjian itu ditandatangani selama upacara rahasia di Rabat dan bendera Israel dan Maroko dikibarkan selama penandatanganannya, seperti dikutip dari Palinfo.

Menurut surat kabar tersebut, kedua federasi sepak bola ini berusaha menjaga kerahasiaan perjanjian karena sensitifitas politik. FIFA dan Asosiasi Sepak Bola Eropa dan Afrika diklaim bekerja sama dalam mencapai kesepakatan ini. Sepak Bola untuk Harapan: Kemanusiaan dan Perdamaian, begitu temanya.

Menurut Yedioth Ahronoth; Presiden Asosiasi Sepak Bola Israel menandatangani perjanjian dengan timpalannya dari Maroko Fawzi Kaja, yang menegaskan bahwa raja Maroko memberikan persetujuannya untuk perjanjian ini dengan tujuan memperkuat hubungan antara kedua negara melalui olahraga.

Surat kabar itu melaporkan bahwa duta besar Israel untuk Maroko berpartisipasi dalam upacara penandatanganan perjanjian. Mengutip pejabat yang terlibat dalam rincian negosiasi rahasia tentang perjanjian itu dinilai sebagai hal yang sangat penting.

Dia menekankan bahwa kedua federasi belum dapat menetapkan tanggal untuk pertandingan antara Israel dan tim Maroko karena banyaknya jumlah pertandingan untuk kedua tim yang diizinkan tahun depan.

Diharapkan tim Israel dari pemain di bawah usia 17 tahun akan tiba di Maroko bulan depan untuk mengadakan pertandingan melawan tim Maroko. Sementara tim pemuda UEA akan tiba di Israel untuk berpartisipasi dalam kompetisi musim dingin di Israel dan ini menjadi tim Arab pertama yang berpartisipasi dalam kompetisi ini.

Yediot melihat bahwa perjanjian ini akan membantu upaya menghapus Israel dari FIFA, dan tim kerja sama gabungan akan dibentuk antara federasi Maroko dan Israel dan mereka akan segera mulai bekerja. Perjanjian itu memungkinkan para pemain Israel untuk mengakses markas tim nasional di ibukota Maroko.

Salah satu ketentuan perjanjian tersebut mengatur kerjasama di bidang arbitrase, dimana wasit Israel akan dikirim ke Liga Maroko untuk melakukan penyempurnaan. Sementara tim gabungan akan bekerja sama di bidang kemajuan, kedokteran olahraga, dan pelatihan manajer sepak bola selain mengembangkan sepak bola wanita dan orang-orang dengan kebutuhan khusus.[]

Ini Rahasia Agar Umur Produktif

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, sedikit sekali orang yang melampauinya.” (HR. Ibnu Majah, no. 4236, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).

Bila dicermati, umur dari 60 hingga 70 tahun tentu tidak semua digunakan untuk ketaatan dan ibadah. Bisa jadi sekitar sepertiganya saja yang mampu digunakan untuk membanyakkan ketaatan. Renungkan, jika seseorang tidur dalam satu hari satu malam sekitar 8 jam maka jika dikalkulasikan secara keseluruhan, dia telah menghabiskan 1/3 dari umurnya.

Jika dalam satu hari satu malam dia mengalokasikan waktu untuk makan, minum, buang hajat sekitar 1 jam, itu artinya ia telah menyita 2,5 tahun dari umurnya dan sekitar 15 tahun dia habiskan untuk masa kanak-kanak, lalu berapa umur produktifnya? Jika dia ditakdirkan berumur 60 tahun maka umur produktifnya sekitar 22,5 tahun saja.

Terbatasnya umur mengharuskan seorang muslim untuk memiliki skala prioritas dalam beribadah dan beramal karena ia tidak akan sanggup menjalankan seluruh syariat dan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara prioritas dalam beramal itu adalah sebagai berikut.

Pertama, kerjakan amal yang wajib terlebih dahulu. Seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, haji yang wajib dan kewajiban-kewajiban yang lain. Kedua, kerjakan amalan sunnah yang mengiringi kewajiban sebagai amal tambahan. Seperti halnya shalat sunnah rawatib, puasa sunnah, sedekah, dll.

Landasan masalah ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Allah berfirman, ‘Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai melebihi amal yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah hingga Aku akan mencintainya.” (HR. Bukhari, no. 6502).

Ketiga, kerjakan amalan yang berpahala besar atau berlipat ganda. 1. Shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Shalat di masjid-ku (Nabawi) lebih utama dari 1000 shalat di masjid selainnya kecuali Masjidil Haram, dan shalat di Masjidil Haram lebih utama dari 100 ribu shalat di masjid selainnya.” (HR. Ibnu Majah, no. 1406, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).

2. Shalat berjama’ah dan shalat dhuha. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa berjalan menuju shalat wajib sedangkan ia dalam kondisi bersuci maka baginya pahala orang berhaji yang lagi berihram, dan barang siapa berjalan menuju shalat dhuha maka baginya pahala orang umroh.”(HR. Ahmad, no. 22304, dishahihkan Syuaib al-Arnauth dalam tahqiq Musnad Ahmad).

3. Menghidupkan malam lailatul qadar dengan amal ketaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan.” (Qs. Al-Qadr: 3).

4. Shalat syuruq (shalat dua rakaat setelah terbitnya matahari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa shalat subuh secara berjama’ah kemudian ia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit lalu ia shalat dua rakaat maka baginya pahala haji dan umroh.”(HR. at-Tirmidzi, no. 586, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih at-Tirmidzi).

5. Menuntut ilmu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa berangkat menuju masjid dengan niat belajar akan suatu kebaikan atau ingin mengetahui kebaikan maka baginya pahala orang haji secara sempurna.”(HR. at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 7473, Imam ad-Dzahabi berkata, ‘Perawinya tsiqat dan sesuai dengan syarat Bukhari’).

Keempat, kerjakan ibadah yang pahalanya selalu mengalir walaupun pelakunya sudah meninggal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya amal dan kebaikan seorang mukmin yang selalu mengalir kepadanya setelah kematiannya adalah: ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak sholeh yang ia tinggalkan, sebuah mushaf yang ia wariskan, sebuah masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil, sungai yang ia alirkan, sedekah yang ia keluarkan dari hartanya di waktu sehatnya, akan mengalir kepadanya setelah kematiannya.” (HR. Ibnu Majah, no. 242, dihasankan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).

Kelima, memanfaatkan waktu dengan baik untuk ketaatan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk di suatu majlis lalu mereka tidak berdzikir kepada Allah kecuali baginya kerugian, tidaklah seseorang menelusuri suatu jalan lalu ia tidak berdzikir kepada Allah kecuali baginya kerugian, dan tidaklah seseorang berbaring di atas ranjangnya lalu ia tidak berdzikir kepada Allah kecuali baginya kerugian.” (HR. Ahmad 9583, dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth dalam tahqiq musnad Ahmad).

Keenam, jauhkan diri dari amalan yang menghapuskan amal kebaikan seperti. a]. Kemaksiatan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku kabarkan kepada kalian suatu kaum dari umatku yang mana mereka datang pada hari kiamat dengan membawa pahala kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih, lalu Allah jadikan amalnya bagai debu yang berhamburkan.”

Lalu Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah jelaskan kepada kami ciri-ciri mereka, agar kami tidak terjerumus seperti mereka sedangkan kami tidak menyadarinya?” Beliau bersabda, “Mereka itu adalah saudara kalian, kulit mereka seperti kulit kalian, mereka shalat malam seperti kalian shalat malam, akan tetapi setiap mereka dalam kesendiriannya mereka terjerumus dalam larangan-larangan Allah (bermaksiat).” (HR. Ibnu Majah, no. 2423, dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih Ibnu Majah).

b]. Melanggar hak-hak orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang angkrut itu? Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut dari kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham dan harta”. Beliau bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku pada hari kiamat adalah orang yang datang dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat, namun ia datang pula dengan membawa dosa mencela orang ini, menuduh orang ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini, memukul orang ini, maka kebaikannya diberikan kepada orang ini dan orang itu, hingga jika amal kebaikannya habis sedangkan tanggungannya belum terlunasi, maka dosa-dosa orang yang ia zholimi dibebankan kepadanya hingga akhirnya ia dibenamkan ke dalam neraka.”(HR. Muslim, no. 2581).

c]. Ujub(Terpesona dan terlena dengan banyaknya amal dan menganggap sedikit amal orang lain). Sahabat Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Keselamatan itu ada pada dua perkara, yaitu takwa dan niat (yang baik), dan kehancuran itupun ada pada dua perkara, yaitu berputus asa dari rahmat Allah dan ujub.” (Tanbihul Gafiliin lil Samarkhandi, 1/485, az-Zuhdu lil-Waqi’, no. 352, 1/631).

d]. Dosa yang terus mengalir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dan siapa yang memulai perbuatan yang tercela dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya dengan tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka.”(HR. Muslim, no. 1017).

Mari gunakan sisa umur ini untuk ketaatan karena itu adalah modal utama, wallahua’lam.[]

 

Ini Rahasia Agar Selamat Dunia Akhirat

Kenali Allah, agar Allah perbaiki hidup kita. Fahami sifat-sifat mulia-Nya agar Dia curahkan rasa cinta-Nya pada kita. Allah adalah Al-Ilah (Yang Maha Diibadahi) artinya setiap makhluk wajib beribadah kepada Allah Ta’ala. Sudah tentu cara beribadahnya tidak sama antara manusia dengan makhluk selain manusia. Nama Al-Ilah ini disebutkan di dalam Al-Quran sebanyak 28 kali, di antaranya dalam firman Allah Ta’ala, yang artinya,

“(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.” (Qs. Thaha : 8).

Makna lain dari Al-Ilah adalah Dia lah Dzat yang di ibadahi oleh hamba-hamba-Nya dengan rasa cinta, ketundukan, rasa takut penuh harap, penuh pengagungan, dan penuh ketaatan. Ketika menetapkan nama Al-Ilah maka harus menetapkan bahwa  Ilah (yang di sembah) hanyalah satu yaitu Allah semata.

Nama Al-Ilah juga masuk kedalam kalimat tauhid yaitu  لَآاِلٰهَ اِلَّا الله yang maknanya adalah Tidak ada ilah yang berhak di ibadahi dengan kecuali Allah Ta’ala.

Ketika seorang muslim mengetahui bahwa nama Al-Ilah, maka wajib baginya meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi dan meyakini tidak ada Ilah selain Allah di dalam hati kita, kemudian kita amalkan dengan malakukan ibadah hanya kepada Allah dan tidak melakukan kesyirikan kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” [Qs. An-Nisa’ 36]

Tidak boleh memberikan ibadah kepad selain Allah, baik ibadah hati , ibadah lisan maupun ibadah badan kepada selain Allah Ta’ala.

Kata ilah terbentuk dari kata kerja aliha. Dalam bahasa Arab jika dikatakan aliha-hu, berarti pertama, Sakana ilahi, yaitu merasa tenteram kepadanya. Maksudnya adalah, ketika ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang. Dan manakala mendengar nama ilah itu disebut atau dipuji orang, ia merasa tenteram.

Kedua, Istajara bihi, yaitu merasa dilindungi olehnya. Artinya, karena ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.

Ketiga, Asyauqu ilaihi, yaitu merasa selalu rindu kepadanya. Maksudnya adalah, ada keinginan untuk selalu bertemu dengannya, baik berkelanjutan atau tidak. Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya.

Keempat, Wuli’a bihi, yaitu merasa cinta dan cenderung kepadanya. Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwa pujaannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.

Dalam perkataan orang Arab, kata alihahu sinonim dengan kata ‘abadahu. Misalnya ada ungkapan kalimat, aliha rajulu ya-lahu“lelaki itu menghambakan diri pada ilah-nya”.

Sebagai muslim, kita meyakini Islam sudah menyeru umat manusia agar menjadikan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya ilah. Jangan sampai mereka meng-ilah-kan dunia seperti harta, tahta dan wanita atau pun jabatan, sehingga merasa tenteram kepadanya padahal dunia itu fana. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.”  (Qs. Yunus, 10: 7-8).

Islam juga mencegah manusia meng-ilah-kan jin, yakni meminta perlindungan kepada mereka, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Qs. Jin: 6).

Ayat di atas menjadi bukti hari ini, tak sedik orang yang masih meminta kepada jin untuk memenuhi keperluan hajat hidupnya. Mereka lupa, bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya Ilah yang berhak dimintai segala pertolongan. Mereka lupa bahwa Allah adalah satu-satu Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya.

Islam juga mengajak umat manusia untuk tidak membuat andad (tandingan) bagi Allah Ta’ala. Namun orang-orang musyrik malah mencintai andad tersebut sebagaimana mencintai Allah. Sedangkan orang-orang mu’min hanya cinta dan amat sangat cinta kepada Allah Ta’ala semata.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 165).

Mari perbaiki cara kita beriman. Perbaiki tauhid kita, agar tidak tersesat dan menyesal dalam perjalanan panjang menuju kampung akhirat kelak. Hidup ini begitu singkat, laa hawla wala quwwata illah billah.[]

 

Inilah Rahasia Shalat Dhuha

SERINGKALI saya mendengar orang berkata, “Jika mau rezekinya dijamin oleh Allah, maka jangan pernah tinggalkan shalat Dhuha.” Bagi saya, yang masih awam ini merasa terpanggil. Benarkah shalat Dhuha jika dikerjakan terus menerus rezekinya akan dijamin oleh Allah?

Karena penasaran, saya pun berusaha mencari beberapa sumber untuk menguak ada hikmah besar apa sebenarnya dibalik shalat Dhuha itu. Sebagai seorang muslim yang insya Allah mukmin (beriman), maka siapakah yang tidak ingin mendapatkan jaminan rezeki dari Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta?

Benarlah kata Nabi SAW bahwa dalam Islam, segala kebaikan akan mendapatkan balasan setimpal; balasan dunia, juga balasan akhirat. Dari Ibnu ‘Abbâs ra dari Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Siapa berniat melakukan kebaikan tapi dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Siapa berniat berbuat buruk tapi dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan Siapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. al-Bukhâri dan Muslim).

Shalat Dhuha adalah salah satu ibadah yang sangat baik dalam Islam jika bisa dilakukan seorang muslim dengan kesungguhan, khusyuk dan istiqamah. Allah, akan membalas setiap ibadah yang dilakukan hamba-Nya, temasuk ibadah shalat Dhuha.

Seorang ulama bernama Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah, menulis tentang banyak keutamaan shalat Dhuha yang dijanjikan Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya yang mengerjakannya. Keutamaan-keutamaan shalat Dhuha itu antara lain sebagai berikut.

Pertama, siapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah. Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).

Masya Allah, orang yang senantiasa mengerjakan shalat Dhuha, maka dia dianggap dalam golongan orang-orang yang telah bertaubat atas segala dosa dan kesalahannya. Ini artinya, ia Allah akan menjamin rezekinya di dunia termasuk rezeki akhirat (Surga).

Kedua, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Siapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi). Ya Allah, muslim manakah di dunia ini yang tak ingin segala dosa dan kesalahannya diampuni oleh-Mu.

Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Siapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani).

Keempat, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).

Kelima, orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).

Keenam, Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda`).

Ketujuh, Allah SWT menjaga orang yang shalat Dhuha empat rakaat pada hari tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam hadis, Dari Abu Dardaa’ atau Abu Dzar, dari Rasulullah SAW, dari Allah Subhanahu wa Ta’alabahwa Allah berfirman, “Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku pada awal siang hari empat rakaat, niscaya Aku menjagamu sisa hari tersebut.” (HR at-Tirmidzi, kitab Shalât, Bab: Mâ Jâ`a fi Shalât ad-Dhuha, no. 475. Abu ‘Isa berkata: “Hadits hasan gharib”. Hadits ini dishahîhkan Ahmad Syakir dalam tahqiq beliau atas kitab at-Tirmidzi. Juga dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi, 1/147).

Mari hiasi hari-hari yang tersisa ini dengan amal ibadah yang salah satunya adalah shalat Dhuha. Sebab dengan shalat Dhua dua rakaat saja, itu artinya seorang mukmin sudah bersedekah kepada 360 persendian. Tentang hal sedekah terkait keutamaan lain dari shalat Dhuha ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sudah bersabda, “Dalam diri manusia ada 360 persendian, lalu diwajibkan sedekah dari setiap sendinya.” Mereka bertanya, “Siapa yang mampu demikian, wahai Nabi Allah?” 

Nabi SAW menjawab, “Memendam riak yang ada di masjid dan menghilangkan sesuatu (gangguan) dari jalanan. Apabila tidak mendapatkannya, maka dua rakaat shalat Dhuha mencukupkanmu.” (HR Abu Dawud no. 5242 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam kitab Irwâa`ul-Ghaliil, 2/213 dan at-Ta’liq ar-Raghib, 1/235).

Itulah beberapa rahasia dahsyat shalat Dhuha yang bisa dipetik oleh siapa saja dari umat Islam yang tulus melakukannya. Merenungi setiap manfaat dari sebagian shalat Dhuha yang tertulis di atas, sejatinya menjadikan kita (orang musilm yang mukmin) senantiasa termotivasi untuk mengerjakannya entah itu dua rakaat, empat rakaat delapan rakaat atau bahkan dua belas rakaat, wallahua’lam.