shalat

Ini Alasan Mengapa Shalat Sangat Penting?

Dalam banyak penjelasan, shalat merupakan bentuk komunikasi efektif seorang hamba kepada Allah sebagai Rabbnya. Karena itu, shalat mempunyai kedudukan yang teramat penting dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan, jika seorang muslim menghadapi berbagai macam masalah dalam hidupnya, Allah Ta’ala memintanya untuk menegakkan shalat.

Shalat juga menjadi pertanda yang membedakan antara orang kafir dan orang beriman. Sebab orang yang mendirikan shalat, berarti dia meyakini satu-satunya Tuhan yang wajib dan berhak disembah di jagat raya ini hanyalah Allah Ta’ala.  Tidak ada shalat, dan bukan shalat namanya jika ada penyembahan lain selain kepada Allah. Tak hanya itu, shalat pulalah yang menjadi penentu selamat tidaknya seorang hamba di akhirat kelak. Jika Shalatnya baik, maka bisa dipastikan semua amalnya akan baik. Namun sebaliknya jika shalatnya sudah buruk, maka semua amalnya pun menjadi buruk (tertolak).

Tulisan singkat ini, mencoba untuk mengetengahkan bahasan tentang pentingnya kedudukan shalat dalam Islam. Berikut kupasannya.

Pertama, shalat adalah tiang agama. Dalam Islam, shalat merupakan tiang agama seseorang. Jika orang tersebut mendirikan shalatnya, bisa dipastikan ia telah menegakkan tiang agama ini (Islam). Sebaliknya, jika shalat tidak dijalankan, sama artinya ia telah merobohkan tiang agamanya sendiri.

Dalam hadits Mu’adz disebutkan,

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits inihasan). Tentu saja, jika tiang suatu bangunan roboh, akan roboh pula bangunan sekuat apapun ia dibangun.

Kedua, shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Jika saja banyak orang tahu bahwa amalan pertama kali yang akan dihisab adalah shalatnya, maka sudah tentu banyak orang yang berlomba-lomba mengerjakan shalat. Namun, sebaliknya malah banyak orang yang meninggalkan shalat, sebab mengira shalat hanyalah amalan biasa dan sama dengan amalan lainnya, astaghfirullah.

Padahal sebenarnya, amalan seseorang bisa dinilai baik buruknya dari shalatnya. Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .

Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Bila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Bila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386).

Ketiga, perkara terakhir yang hilang dari manusia adalah shalat. Seperti kata Imam Al Ghazali, hal yang paling ringan di akhir zaman ini adalah meninggalkan shalat. Lihatlah fakta seharian dalam hidup kita, betapa masih banyak orang yang lebih memilih melanjutkan pekerjaannya, meski azan pertanda waktu shalat sudah tiba.

Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ

Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid).

Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut Islam. Di sini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.

Dalam riwayat lain, dari Zaid bin Tsabit, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَوَّلُ مَا يَرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الأَمَانَةُ وَ آخِرُ مَا يَبْقَى مِنْ دِيْنِهِمْ الصَّلاَةُ

Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi dan disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 2: 353).

Keempat, shalat adalah akhir wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian.” (HR. Ahmad 6: 290. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).

Kelima, Allah memuji orang yang mengerjakan shalat. Jangankan dipuji oleh Allah, dipuji presiden saja membuat seseorang merasa bangga. Lalu bagaimana jika Allah, pencipta manusia dan alam semesta yang memujinya? Adakah pujian terbaik dan indah yang diterima manusia selain pujian dari Allah Ta’ala? Pujian itu hanya Allah berikan kepada hamba-Nya yang mengerjakan shalat, bukan kepada yang selainnya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا (54) وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (55)

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).

Keenam, shalat adalah penghubung yang paling kuat antara seorang hamba dengan Rabbnya. Taka da ikatan yang kuat bagi seorang hamba kepada Tuhannya selain dari shalat. Itulah mengapa shalat menjadi wasilah penting dalam menuntaskan semua masalah. Adakah hubungan yang lebih mulia selain hubungan yang dibangun seorang hamba kepada Rabbnya melalui shalat?

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

“Allah Ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat (yaitu surat Al-Fatihah, red.) untuk-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan untuk hamba-Ku sesuai dengan apa yang dia minta.”

فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memujiku.”

 وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku menyanjungku.” (sanjungan yaitu pujian yang berulang-ulang, red.)

وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} ، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Yang menguasai hari pembalasan”; Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuliakanku.” Dan terkadang Allah berfirman, “Hamba-Ku memasrahkankan urusannya kepada-Ku.”

 فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

Ketika hamba berkata (yang artinya), “Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah antara Aku dan hamba-Ku. Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta.”

 فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

Dan ketika hamba berkata (yang artinya), “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”; Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 395).

Sudah tentu masih sangat banyak kedudukan shalat dalam kehidupan seorang muslim. Di atas hanyalah beberapa saja yang bisa diangkat. Semoga Allah menanamkan keteguhan di hati kita untuk senantiasa menegakkan shalat lima waktu semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah, wallahua’lam.[]

Inilah Rahasia Shalat Dhuha

SERINGKALI saya mendengar orang berkata, “Jika mau rezekinya dijamin oleh Allah, maka jangan pernah tinggalkan shalat Dhuha.” Bagi saya, yang masih awam ini merasa terpanggil. Benarkah shalat Dhuha jika dikerjakan terus menerus rezekinya akan dijamin oleh Allah?

Karena penasaran, saya pun berusaha mencari beberapa sumber untuk menguak ada hikmah besar apa sebenarnya dibalik shalat Dhuha itu. Sebagai seorang muslim yang insya Allah mukmin (beriman), maka siapakah yang tidak ingin mendapatkan jaminan rezeki dari Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta?

Benarlah kata Nabi SAW bahwa dalam Islam, segala kebaikan akan mendapatkan balasan setimpal; balasan dunia, juga balasan akhirat. Dari Ibnu ‘Abbâs ra dari Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Siapa berniat melakukan kebaikan tapi dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Siapa berniat berbuat buruk tapi dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan Siapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. al-Bukhâri dan Muslim).

Shalat Dhuha adalah salah satu ibadah yang sangat baik dalam Islam jika bisa dilakukan seorang muslim dengan kesungguhan, khusyuk dan istiqamah. Allah, akan membalas setiap ibadah yang dilakukan hamba-Nya, temasuk ibadah shalat Dhuha.

Seorang ulama bernama Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam bukunya Khasais al-Ummah al-Muhamadiyah, menulis tentang banyak keutamaan shalat Dhuha yang dijanjikan Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya yang mengerjakannya. Keutamaan-keutamaan shalat Dhuha itu antara lain sebagai berikut.

Pertama, siapa yang menunaikan shalat Dhuha ia tergolong sebagai orang yang bertaubat kepada Allah. Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali ia telah tergolong sebagai orang yang bertaubat.” (HR. Hakim).

Masya Allah, orang yang senantiasa mengerjakan shalat Dhuha, maka dia dianggap dalam golongan orang-orang yang telah bertaubat atas segala dosa dan kesalahannya. Ini artinya, ia Allah akan menjamin rezekinya di dunia termasuk rezeki akhirat (Surga).

Kedua, orang yang shalat Dhuha akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. “Siapa yang selalu mengerjakan shalat Dhuha niscaya akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Turmudzi). Ya Allah, muslim manakah di dunia ini yang tak ingin segala dosa dan kesalahannya diampuni oleh-Mu.

Ketiga, orang yang menunaikan shalat Dhuha akan dicatat sebagai ahli ibadah dan taat kepada Allah. “Siapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR. At-Thabrani).

Keempat, orang yang mengerjakan shalat Dhuha ia telah mengeluarkan sedekah. “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).

Kelima, orang yang istiqamah melaksanakan shalat Dhuha kelak ia akan masuk surga lewat pintu khusus, pintu Dhuha yang disediakan oleh Allah. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).

Keenam, Allah menyukupkan rezekinya. “Wahai anak Adam, janganlah engkau merasa lemah dari empat rakaat dalam mengawali harimu, niscaya Aku (Allah) akan menyukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Darda`).

Ketujuh, Allah SWT menjaga orang yang shalat Dhuha empat rakaat pada hari tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam hadis, Dari Abu Dardaa’ atau Abu Dzar, dari Rasulullah SAW, dari Allah Subhanahu wa Ta’alabahwa Allah berfirman, “Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku pada awal siang hari empat rakaat, niscaya Aku menjagamu sisa hari tersebut.” (HR at-Tirmidzi, kitab Shalât, Bab: Mâ Jâ`a fi Shalât ad-Dhuha, no. 475. Abu ‘Isa berkata: “Hadits hasan gharib”. Hadits ini dishahîhkan Ahmad Syakir dalam tahqiq beliau atas kitab at-Tirmidzi. Juga dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi, 1/147).

Mari hiasi hari-hari yang tersisa ini dengan amal ibadah yang salah satunya adalah shalat Dhuha. Sebab dengan shalat Dhua dua rakaat saja, itu artinya seorang mukmin sudah bersedekah kepada 360 persendian. Tentang hal sedekah terkait keutamaan lain dari shalat Dhuha ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sudah bersabda, “Dalam diri manusia ada 360 persendian, lalu diwajibkan sedekah dari setiap sendinya.” Mereka bertanya, “Siapa yang mampu demikian, wahai Nabi Allah?” 

Nabi SAW menjawab, “Memendam riak yang ada di masjid dan menghilangkan sesuatu (gangguan) dari jalanan. Apabila tidak mendapatkannya, maka dua rakaat shalat Dhuha mencukupkanmu.” (HR Abu Dawud no. 5242 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam kitab Irwâa`ul-Ghaliil, 2/213 dan at-Ta’liq ar-Raghib, 1/235).

Itulah beberapa rahasia dahsyat shalat Dhuha yang bisa dipetik oleh siapa saja dari umat Islam yang tulus melakukannya. Merenungi setiap manfaat dari sebagian shalat Dhuha yang tertulis di atas, sejatinya menjadikan kita (orang musilm yang mukmin) senantiasa termotivasi untuk mengerjakannya entah itu dua rakaat, empat rakaat delapan rakaat atau bahkan dua belas rakaat, wallahua’lam.