Disika Sipir Penjara Israel, Tahanan Palestina Menderita Amnesia

GAZAMEDIA, RAMALLAH – Nabil Rajoub  salah seorang warga  Palestina berusia 40 tahun kehilangan ingatan lantaran terus menerus mendapatkan siksaan dari sipir selama menjalani masa hukuman di kamp penjara Israel. Parahnya lagi, ayah dari empat orang anak ini saat dibebaskan oleh otoritas penjara Israel sangat tidak manusiawi yakni ia dilempar dan dibuang diperempatan jalan Sabaa di kawasan Tepi Barat Selatan.

Informasi yang dihimpun GAZAMEDIA,  Senin (20/12) Nabil selama ini menjalani hukuman penjara tanpa pengadilan dan kesalahan yang jelas di penjara Negev di selatan Israel. Ia pun kerap kali mendapatkan intimidasi dan siksaan secara fisik oleh sipir penjara hingga akhirnya Nabil menderita penyakit amnesia alias kehilangan ingatan.

Petugas ambulance dari Paletina yang mendengar insiden itu pun  langsung membawanya ke rumah sakit  dikawasan Hebron untuk mendapatkan perawatan medis. Sontak saja sejumlah foto Nabil yang  terbaring tak berdaya di tanah menjadi viral di sejumlah ptalform media sosial.

Usai mendapatkan perawatan medis, secara perlahan kondisi Nabil berangsur mulai membaik dan bisa kembali mengingat kondisi keras yang dialaminya pada hari-hari terakhir selama delapan bulan penahanan administratifnya. Ia mengaku dimasukkan ke dalam sel isolasi selama  lima hari tepatnya pada tanggal 5-9 Desember dan dibiarkan tanpa makanan atau minuman sampai hari pembebasannya.

“Saya diseret dari antara para tahanan, dibawa ke sel isolasi dan kaki saya dirantai”, katanya.

Ia juga mengaku tangannya diikat ke belakang yang membuatnya menangis kesakitan. “Mereka bahkan tidak memberi saya air minum,” ucap Nabil seraya  mengatakan dirinya dibiarkan dalam situasi itu selama lima hari.

Dia menjelaskan, bahwa para sipir sering menginjak borgol kakinya, yang menyebabkan bekas luka masih terlihat di tangan dan kakinya. Kebijakan penahanan administratif memungkinkan pihak berwenang Israel untuk menahan warga Palestina hingga enam bulan tanpa tuduhan atau pengadilan. Di sel isolasi, sipir Israel berbohong kepadanya bahwa anak-anaknya meninggal dalam kecelakaan mobil, yang memperburuk penderitaannya. Selain itu, dia tidak diberi perawatan medis dan tidak bisa minum obat setiap hari, meskipun dia menunjukkan laporan medisnya kepada otoritas penjara.

Setelah lima hari dalam kondisi tersiksa di sel isolasinya, Nabil mengaku jika dirina menderita gangguan saraf sebagaimana terlihat dalam video yang beredar di media sosial hingga dia tidak mengenali anak-anaknya, ibu, anggota keluarga lainnya, dan teman-temannya.

Nasib Nabil menimbulkan kekhawatiran tentang perlakuan terhadap warga Palestina di penjara-penjara Israel. Sekarang Ia telah bebas. Nabil mengimbau para pejabat Palestina dan dunia internasional untuk campur tangan agar menyelamatkan para tahanan dan membawa kasus mereka ke Pengadilan Kriminal Internasional sebelum terlambat. []