ulama

Inilah As-Sa’di, Ulama Ahlussunnah Ternama

As-Sa’di atau As-Si’di (1889–1956 M) adalah seorang Ulama Ahlussunnah, Ahli bahasa Arab, Ahli Fiqih dan Ahli Tafsir, Syaikh yang terkenal dengan kitab tafsir Al-Qur’annya yang ringan dan mudah bagi tingkat pemula, yaitu Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan yang lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa’di.

Kehidupan dan Pendidikannya

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Abdurrahman bin Naashir bin Abdullah bin Nashir As Sa’di dari Bani Tamim. Dilahirkan pada 12 Muharram 1307 H / 1886 M, di kota Unaizah, Qosim wilayah Najd, Kerajaan Saudi Arabia. Dia menjadi yatim piatu pada usia tujuh tahun, menghapalkan Al Qur’an dan menguasai ilmu qira’ah sebelum berusia sebelas tahun. Kemudian mendedikasikan umurnya untuk menuntut ilmu dari para ulama yang berada di kotanya dan kemudian mengajar hingga wafatnya karena sakit pada 24 Jumadits Tsani 1376 H / 1956 M.

Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia saat usianya masih kecil, akan tetapi beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa ditambah keinginannya yang sangat besar untuk menuntut ilmu. Mulai menghafal Al-Quran pada usia dini hingga diselesaikan dengan baik dan sempurna pada usia dua belas tahun. Kemudian setelah itu dia mulai menuntut ilmu dan berguru kepada sejumlah ulama yang datang ke negerinya. Ia benar-benar berjuang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin.

Pada usia dua puluh tiga tahun, ia mulai menggabungkan antara menuntut ilmu dan mengajar, mengambil manfaat dan memberi manfaat, begitulah seterusnya ia habiskan waktu dan seluruh kehidupannya. Banyak sekali orang yang menimba ilmu dan mengambil manfaat darinya.

Guru-Gurunya

Di antara guru-gurunya adalah :

  1. Syekh Ibrahim bin Hamad bin Jasir, kepadanyalah beliau pertama kali membaca kitab.
  2. Syekh Saleh bin Utsman, Qadhi Unaizah. Darinya beliau mengambil Ushulul Fiqh, Fiqh, Tauhid, Tafsir dan bahasa Arab hingga wafatnya. Syekh Shaleh adalah seorang ulama yang sangat menguasai fiqh dan ushulnya, memiliki pemahaman yang sempurna tentang tauhid. Hal itu dikarenakan beliau berkonsentrasi pada kitab-kitab mu’tabarah (terpercaya) dan memberikan perhatian khusus pada karangan-karangan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayim. Beliau juga memberikan perhatian yang tinggi terhadap tafsir dan cabang-cabang ilmunya. Syekh As-Sa’dy mengaji kepadanya hingga menguasai ilmunya dan jadilah beliau perpanjangan tangan dari syekhnya tersebut.

Karya-karyanya

Ia banyak sekali menulis kitab. Di antara  karangan-karangannya berupa kitab tafsir adalah :

  1. Taisirul Karimil Mannan fi Tafsir Kalamil Rahman (Kemudahan dari Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi dalam Tafsir Kalam Ilahi), terdiri dari delapan juz.
  2. Taisirul Lathiifil Mannan fi Khulasati Tafsiril Quran (Kemudahan dari Yang Maha Halus dalam ringkasan tafsir Al-Quran).
  3. Qowa’idul Hassaan li Tafsiril Quran (Kaidah-kaidah yang bagus dalam tafsir Al-Quran).

Karangan-karangannya yang lain selain di atas yang dianjurkan untuk dibaca antara lain sebagai berikut.

  1. Al-Irsyad ilaa Ma’rifatil Ahkam (Petunjuk  untuk memahami hukum-hukum).
  2. Ar-Riyadh an-Nadhirah (Taman-taman yang bercahaya)
  3. Bahjatu Qulubil Abrar (Kegembiraan hati orang-orang yang bertaqwa)
  4. Manhajus Salikin wa Taudhihul Fiqh Fid Diin (Pedoman orang yang beribadah dan pejelasan fiqh dalam agama)
  5. Hukmu Syurb Ad-Dukhan wa Bai’uhu wa Syiro’uhu (Hukum menghisap rokok, menjual dan membelinya).
  6. Al-Fatawa As-Sa’diyah (Fatwa-fatwa Syekh Sa’dy).
  7. Beliau juga memiliki tiga kumpulan khutbah-khutbah yang bermanfaat.
  8. Al-Haqqul   Wadhih   Al-Mubin bi Syarhi Tauhidil Anbiyaa wal Mursalin (Kebenaran yang jelas dan nyata dalam penjelasan tentang tauhid para nabi dan rasul).
  9. Taudhihul Kaifiyah As-Syafiah (Penjelas yang cukup dan memuaskan).

Masih banyak lagi karangan beliau dalam bidang fiqh, tauhid, hadits, Ushul, kajian-kajian sosial dan fatwa-fatwa tentang berbagai hal. Beliau mengalami sakit keras dengan tiba-tiba yang mengisyaratkan akan dekatnya kematiannya. Maka pada malam Kamis tanggal 23 Jumadil Tsaniah tahun 1376 H, beliau berpulang ke rahmatullah di kota Unaizah, meninggalkan kesedihan yang mendalam dalam jiwa orang-orang yang mengenalnya atau mendengar tentangnya atau yang berguru kepadanya. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas dan menjadikan ilmunya dan karangan-karangannya bermanfaat bagi kita. Amiin.[]

(dari berbagai sumber)

 

Ratusan Ulama Aceh Berkumpul di Kutaraja

GAZA MEDIA, BANDA ACEH – Sekitar 400-an ulama dari seluruh penjuru Aceh akan berkumpul di Kutaraja, Banda Aceh selama dua hari, 10 hingga 11 November.  Mereka akan bersilaturrahmi sekaligus memetakan perpolitikan di tanah air termasuk peran ulama Aceh.

Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh sejumlah ulama sepuh atau kharismatik Aceh. Ada juga sejumlah ulama muda serta alumni dayah dan universitas di Aceh.

Ketua Panitia Silaturahmi Akbar Ulama se-Aceh, Teungku Umar Rafsanjani yang juga pimpinan Dayah Mini Aceh, Senin (8/11) kepada Gaza Media mengatakan, konferensi pers pertemuan itu sudah digelar Senin siang yang dihadiri oleh ulama kharismatik Aceh, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau lebih disapa Tusop Jeunieb serta beberapa ulama muda lainnya.

“Pertemuan ini mengambil tema “Peran Ulama dalam Perbaikan Politik di Aceh,” kata Teungku Umar.

Ia mengatakan, semua ulama diundang, baik yang berafiliansi dengan Parpol maupun yang tidak berafiliansi dengan parpol manapun.

Sementara itu, Tusop menyampaikan pertemuan itu untuk silaturrahami yang dilatarbelakangi persoalan keumatan di Aceh saat ini.

“Kita perlu menjelaskan supaya tak terjebak persepsi keliru. Silaturahmi ini berlatar belakang banyaknya persoalan di tengah tengah umat di Aceh. Pertemuan ini bukan berbicara soal partai politik tapi cara berpolitik. Kita tidak kekurangan partai, tapi cara berpolitik,” kata Tusop

Tu Sop melihat, situasi perpolitikan Aceh saat ini sudah sedikit membentuk eksklusifitas, sehingga hal itu mengakibatkan banyak masyarakat terabaikan.

Karena itu, kehadiran ulama dinilai sangat diperlukan memperbaiki kondisi politik Aceh hari ini, sehingga nantinya para ulama dapat merumuskan apa saja yang harus dilakukan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik demi keselamatan umat.

“Maka dengan itu ulama Aceh hadir di tengah persoalan umat untuk memperbaiki keadaan saat ini,” demikian Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) itu.

Teungku Umar menambahkan sejumlah ulama kharismatik yang bakal hadir, seperti Abu Mudi, Abu Kuta Krueng, Abu Langkawie, , Abuya Anwar, Abu Jafar, Abu Mawardi Dayah Darussalam serta Waled Husaini Selimeum.

“Yang sudah konfirmasi sekitar 400-an,” kata Tgk Umar Rafsanjani. []