Sebanyak 18 kapal dari armada bantuan kemanusiaan menuju Gaza dilaporkan telah berlayar menuju wilayah Palestina yang diblokade Israel, Rabu (18/9/2025), menurut keterangan penyelenggara.
Kapal-kapal yang berangkat tersebut terdiri dari 12 kapal asal Tunisia dan enam kapal dari Pulau Syros, Yunani, sebagai bagian dari inisiatif Global Sumud Flotilla.
“Armada Maghreb telah mengirimkan 12 kapal dari Tunisia menuju Gaza,” ujar Jawaher Channa, anggota komite pengarah kepada kantor berita Anadolu.
Ia menambahkan bahwa satu kapal lagi tengah dipersiapkan untuk diberangkatkan pada hari yang sama. “Seluruh kapal dari Armada Maghreb tidak dapat berangkat secara bersamaan dari pelabuhan-pelabuhan Tunisia karena kendala teknis dan logistik,” kata Channa.
Menurut Channa, kapal bantuan terbesar dalam armada ini, yakni kapal asal Spanyol yang dijuluki Family Boat, telah meninggalkan pelabuhan Bizerte di Tunisia utara dan kini telah memasuki wilayah perairan Italia.
“Seluruh kapal yang telah berangkat akan berkumpul di perairan Italia untuk bergabung dengan armada dari Spanyol dan Italia,” jelasnya.
Sementara itu, melalui media sosial X, Global Sumud Flotilla menyatakan enam kapal dari Syros, Yunani, yang mengangkut 26 warga Yunani dan 20 aktivis internasional, telah berlayar dan sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan armada solidaritas menuju Gaza.
Pada Selasa (17/9), International Committee to Break the Israeli Siege of Gaza menyampaikan bahwa semua kapal akan berkumpul di dekat Malta sebelum bersama-sama melanjutkan pelayaran ke Jalur Gaza.
Konvoi ini disebut sebagai yang terbesar sejauh ini, dengan tujuan menantang blokade Israel serta mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza yang menghadapi kondisi kelaparan akibat penutupan seluruh jalur perbatasan oleh Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Sejak Oktober 2023, tentara Israel dilaporkan telah menewaskan hampir 65.000 warga Palestina di Gaza, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan tanpa henti ini telah membuat Gaza nyaris tidak layak huni, memicu kelaparan massal, dan menyebarkan berbagai penyakit di wilayah tersebut.