Sunday, June 15, 2025
HomeBerita66 warga Gaza gugur akibat serangan Israel, termasuk 12 yang menunggu bantuan

66 warga Gaza gugur akibat serangan Israel, termasuk 12 yang menunggu bantuan

Sedikitnya 66 warga Palestina gugur pada Sabtu (14/6/2025) akibat serangan udara dan tembakan pasukan Israel yang menyasar berbagai wilayah di Jalur Gaza.

Di antara korban, 12 di antaranya adalah warga sipil yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan.

Serangan terjadi di tengah lumpuh totalnya layanan internet dan komunikasi selama empat hari terakhir.

Menurut keterangan sumber medis, sekitar 50 orang lainnya mengalami luka-luka setelah pasukan Israel menggempur kerumunan warga yang tengah menanti bantuan di kawasan barat laut Kota Gaza.

Selain itu, sedikitnya 27 warga Palestina dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam dua insiden terpisah di wilayah tengah dan utara Gaza.

Serangan ini berlangsung di tengah krisis kelaparan yang semakin parah akibat blokade ketat dan penutupan akses masuk oleh otoritas Israel selama lebih dari tiga bulan terakhir.

Hamas mengecam keras serangan brutal tersebut, yang menurut mereka merupakan bagian dari strategi penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.

Dalam pernyataannya, Hamas menilai bahwa Israel telah mengubah lokasi distribusi bantuan menjadi “jebakan maut” bagi warga sipil.

Sejumlah saksi mata mengatakan, pasukan Israel menggunakan kendaraan lapis baja dan drone untuk melepaskan tembakan secara membabi buta ke arah warga.

Para warga tengah berkumpul di dekat pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh pihak Amerika Serikat (AS) dan Israel, di sekitar Poros Netzarim.

Di wilayah utara, artileri Israel menyerang kerumunan warga di dekat Beit Lahia yang tengah menunggu bantuan, menewaskan dan melukai banyak orang.

Di kawasan timur Kota Gaza, tepatnya di lingkungan Tuffah, serangan drone Israel di wilayah Sya’f menewaskan sedikitnya empat warga sipil.

Sementara itu, di kawasan pesisir As-Sudaniyah, puluhan warga Palestina dilaporkan berkumpul setelah beredar kabar akan datangnya truk bantuan dari lembaga internasional.

Namun harapan mereka segera pupus setelah pasukan Israel melancarkan serangan mendadak ke lokasi tersebut.

Kondisi di lapangan semakin diperparah oleh terputusnya akses komunikasi dan internet, yang telah berlangsung selama empat hari berturut-turut.

Serangan Israel ke infrastruktur telekomunikasi menyebabkan jurnalis Palestina harus mengambil risiko tinggi.

Mereka harus mendekat ke wilayah pelabuhan atau titik tinggi lainnya demi mendapatkan sedikit sinyal dari kartu SIM luar negeri untuk mengirimkan laporan ke dunia internasional.

Sejak 27 Mei lalu, pemerintah Israel mulai menerapkan skema distribusi bantuan melalui lembaga bernama Gaza Relief Organization.

Sebuah badan yang didukung Israel dan AS, namun tidak diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun lembaga kemanusiaan lainnya.

Distribusi bantuan ini dilakukan tanpa pengawasan lembaga internasional, memunculkan kekhawatiran soal transparansi dan keamanan.

Sejak 2 Maret, hanya sejumlah kecil truk bantuan yang diizinkan masuk melalui perbatasan Karem Abu Salem, satu-satunya gerbang bantuan yang masih dibuka dan dikendalikan penuh oleh Israel.

Padahal, menurut data kemanusiaan, Gaza membutuhkan setidaknya 500 truk bantuan per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel—dengan dukungan penuh AS—menjalankan operasi militer berskala besar di Gaza, yang telah menyebabkan bencana kemanusiaan.

Lebih dari 183.000 warga Palestina menjadi korban, baik tewas maupun terluka, mayoritas dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

Sedikitnya 11.000 orang dilaporkan hilang dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi dalam kondisi memprihatinkan.

Serangan ini juga menyebabkan kehancuran luas pada infrastruktur permukiman. Dari sekitar 2,4 juta penduduk Gaza, hampir 1,5 juta kini hidup tanpa tempat tinggal setelah rumah mereka hancur akibat gempuran bertubi-tubi.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular