Al-Fahmu Institute meluncurkan 2 buku terbaru di Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC) pada Jum’at (20/06/25). Buku tersebut berjudul “Kronik Perlawanan Palestina” karya Muhammad Ilhami dan “Petunjuk Manusia Pilihan: Jalan Indonesia Mengakhiri Kegelapan” karya Fahmi Salim.
Peluncuran tersebut dihadiri oleh Neno Warisman, Syekh Ahed Abu Al-Atta (Ketua YPSP), Muhammad Husein Gaza (Founder INH), Ustadz Fahmi Salim (Founder Al-Fahmu Institute), Abdillah Onim (Founder NPC), dan Dr. Mustafa Abd Rahman (Pengamat Senior Politik Timur Tengah).
Founder Al-Fahmu Institute, Fahmi Salim mengatakan bahwa Buku “Kronik Perlawanan Palestina” menggambarkan perjalanan sejarah perlawanan Palestina sejak munculnya Zionisme hingga perjuangan saat ini.
Sementara buku “Petunjuk Manusia Pilihan” yang ditulis olehnya terinspirasi dari Surat Al-An’am ayat 90. Buku itu menekankan pentingnya meneladani mereka yang mendapat petunjuk Allah, terutama dalam upaya pembebasan Masjidil Aqsha.
“Buku ini menawarkan pendekatan tadabbur kisah-kisah Al-Quran yang non-konvensional, berbasis tiga pilar utama: Tauhid, tazkiyah dan umran, untuk membangun manusia yang utuh serta memperbaiki kelemahan sosial, ekonomi, dan karakter umat Islam,” katanya.
Buku tersebut, lanjutnya, juga berisi kritik sosial terhadap kelemahan karakter, ekonomi, korupsi, ketidakadilan, dan kezaliman yang masih banyak terjadi di kalangan umat Islam.
Sementara itu, Pengamat Senior Politik Timur Tengah, Dr. Mustafa Abd Rahman menyatakan bahwa buku tersebut diluncurkan di tengah memanasnya konflik Iran-Israel yang dapat memengaruhi masa depan Palestina secara signifikan.
“Konflik Iran-Israel yang penuh kecanggihan teknologi militer menunjukkan dinamika modern dalam geopolitik Timur Tengah,” ungkapnya.
Muhammad Husein Gaza, Founder (International Networking for Humanitarian) INH menyambut baik peluncuran buku tersebut. Ia mengingatkan sejarah Salahuddin Al-Ayyubi dalam pembebasan Masjid Al-Aqsa yang dimulai dari revolusi pemikiran. Literasi menjadi kunci penting untuk pembebasan Palestina.
Ia menegaskan bahwa jihad intelektual melalui membaca dan menulis adalah langkah nyata menuju pembebasan Baitul Maqdis.
Sementara Founder Nusantara Palestina Center (NPC), Abdillah Onim mengungkapkan bahwa anak-anak Yahudi diajarkan doktrin superioritas sejak kecil, berbeda dengan pendidikan yang mengajarkan cinta dan keadilan kepada anak-anak Palestina.
“Buku ini bertujuan memupuk semangat perjuangan dan cinta terhadap Palestina, mengedukasi masyarakat demi tercapainya pembebasan Masjidil Aqsha,” ujar Bang Onim, sapaan akrabnya.
Mengutip Malik bin Nabi, Syekh Syekh Ahed Abu Al-Atta, Ketua Yayasan Studi Persahabatan dan Peradaban (YPSP), menegaskan pentingnya membaca sebagai kunci kebangkitan umat.
Ia juga memaparkan bahwa “Thaufan Al-Aqsha” telah menjadi simbol ketabahan Gaza dan mengungkapkan kelemahan Israel di mata dunia.