Iran kembali mengguncang panggung geopolitik regional dengan mengungkap senjata strategis terbaru yang diklaim sebagai salah satu yang paling canggih dalam satu dekade terakhir.
Adalah “Fattah 2”, rudal hipersonik generasi baru, yang menjadi simbol lompatan besar dalam teknologi militer Iran.
Dengan kecepatan luar biasa dan kemampuan manuver tingkat tinggi, rudal ini menempatkan Iran sejajar dengan negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina dalam penguasaan teknologi rudal hipersonik.
Rudal Fattah 2 merupakan pengembangan lanjutan dari generasi pertamanya yang diperkenalkan pada Juni 2023.
Iran menyebut Fattah 2 sebagai senjata dengan keunggulan teknis luar biasa, menjadikannya salah satu senjata paling mematikan di kawasan.
Dengan kecepatan mencapai 13 hingga 15 kali kecepatan suara, atau sekitar 18.000 kilometer per jam, rudal ini mampu menempuh jarak dari Iran bagian barat ke Tel Aviv, Israel, dalam waktu kurang dari lima menit.
Yang membedakan Fattah 2 dari rudal balistik konvensional adalah kemampuannya untuk bermanuver baik di dalam maupun di luar atmosfer.
Jika rudal konvensional meluncur dalam lintasan parabola yang dapat diprediksi, Fattah 2 justru dapat terus mengubah jalur dan ketinggiannya selama penerbangan.
Hal ini membuatnya nyaris mustahil untuk dideteksi, apalagi dicegat oleh sistem pertahanan udara tradisional.
Daya rusak tinggi
Rudal ini membawa hulu ledak konvensional berkekuatan tinggi dengan bobot lebih dari 450 kilogram.
Sejumlah analis barat memperkirakan bahwa rudal ini memiliki potensi untuk dimodifikasi agar mampu membawa hulu ledak nuklir di masa depan.
Sistem pemandunya juga telah ditingkatkan untuk memastikan akurasi dalam menyerang target strategis dan terlindungi.
Para ahli pertahanan menyebut Fattah 2 dirancang khusus untuk menembus sistem pertahanan udara canggih, termasuk Patriot milik AS, Iron Dome Israel, hingga sistem Arrow-3 yang lebih mutakhir.
Keberadaan rudal ini diyakini akan mengubah lanskap strategi militer di Timur Tengah, terutama dalam hal kemampuan deteren Iran terhadap kekuatan asing di kawasan.
Dalam konteks yang lebih luas, pengembangan Fattah 2 disebut sebagai bagian dari strategi Iran untuk memperkuat posisinya sebagai kekuatan regional yang disegani.
Analis menilai rudal ini bukan sekadar alat tempur, melainkan juga pesan politik kepada lawan-lawan utama Teheran, yakni Israel dan Amerika Serikat.
Uji coba tempur pertama dari Fattah 2 dilakukan dalam serangan balasan Iran ke wilayah Israel beberapa waktu lalu.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengklaim berhasil menghancurkan dua sistem pertahanan udara Israel, Arrow-2 dan Arrow-3, dalam serangan tersebut.
Peluncuran rudal ini dilakukan di tengah memanasnya tensi antara Iran dan Israel yang dalam beberapa bulan terakhir telah saling melancarkan serangan langsung — sesuatu yang belum terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Langkah ini juga memperlihatkan bagaimana Iran terus berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi persenjataan, meskipun negara tersebut masih berada di bawah tekanan sanksi internasional yang ketat.