Tuesday, July 1, 2025
HomeBerita68 warga Gaza gugur, gelombang pengungsian besar di utara jalur Gaza

68 warga Gaza gugur, gelombang pengungsian besar di utara jalur Gaza

Serangan udara dan artileri Israel yang menggempur Jalur Gaza sejak dini hari tadi menyebabkan gugurnya sedikitnya 68 warga Palestina, termasuk 5 orang yang tewas saat menunggu bantuan kemanusiaan di utara Rafah.

Gelombang pengungsian besar juga terjadi dari Kota Gaza dan wilayah utara akibat intensitas serangan yang terus meningkat.

Sumber medis di Gaza melaporkan kepada Al Jazeera bahwa serangan Israel menghantam sejumlah lokasi pengungsian.

Di Jabaliya, 4 orang dilaporkan gugur dan 15 lainnya terluka akibat serangan terhadap sebuah sekolah yang menampung warga yang mengungsi.

Di lingkungan Zaitun, Kota Gaza, tiga orang meninggal dalam serangan serupa di fasilitas pengungsian.

Serangan drone Israel di wilayah Sheikh Nasser, Khan Younis timur, juga menewaskan dua warga lainnya.

Sementara itu, dua orang lainnya menjadi korban dalam serangan yang menghantam rumah warga di Jabaliya.

Jurnalis Al Jazeera, Anas Al-Sharif, melaporkan bahwa sebagian besar serangan hari ini difokuskan di lingkungan Al-Tuffah di Kota Gaza dan wilayah Jabaliya.

Setidaknya 15 rumah hancur dalam gempuran ini, memicu eksodus besar-besaran dari wilayah utara Gaza.

Korban saat mencari bantuan

Di tengah gempuran tanpa henti, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa jumlah warga yang gugur saat menunggu bantuan kemanusiaan telah mencapai 580 jiwa sejak akhir Mei lalu.

Al Jazeera memperoleh rekaman eksklusif yang memperlihatkan momen ketika drone Israel menyerang seorang warga yang tengah memanggul karung tepung di kawasan Shujaiya, Gaza timur.

Dalam video tersebut, korban terlihat berjalan di jalan yang lengang sebelum dihantam serangan udara, menyebabkan kematiannya seketika.

Tubuhnya tergeletak di jalan, tepat di samping karung bantuan yang dibawanya.

Peristiwa memilukan ini menambah daftar panjang serangan terhadap warga sipil yang tengah mencari makanan atau mengantre bantuan di tengah kelangkaan bahan pangan akut di Gaza.

Hamas mengecam insiden ini sebagai “bukti kejahatan perang” yang dilakukan secara sistematis oleh militer Israel terhadap warga kelaparan.

Hamas juga menyebutnya sebagai “tindakan sadis dari pasukan yang kehilangan moral dan kemanusiaan.”

Dalam pernyataannya, Hamas menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera bertindak dan menghentikan pembantaian serta menyeret pelakunya ke pengadilan.

Juru bicara UNICEF, Kazem Abu Khalaf, menegaskan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah “aib moral” bagi komunitas internasional.

“Mereka dibiarkan kelaparan, lalu dibunuh,” ujarnya.

Ia juga menuding Israel telah melanggar hukum internasional dan menyepelekan nyawa warga Gaza.

Ia menambahkan bahwa dunia telah gagal secara menyedihkan dalam menghadapi pelanggaran yang terjadi di wilayah tersebut.

Sejak 27 Mei lalu, di luar jalur distribusi resmi PBB dan lembaga internasional, Israel dan Amerika Serikat menjalankan skema distribusi bantuan terbatas.

Namun, dalam praktiknya, tentara Israel menembaki warga yang mengantre, memaksa mereka memilih antara mati kelaparan atau ditembak.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel — dengan dukungan dari Amerika Serikat (AS) — dituding menjalankan genosida di Gaza.

Serangan ini telah menewaskan dan melukai sekitar 189.000 warga Palestina, mayoritas di antaranya anak-anak dan perempuan.

Lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang, sementara ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka dan menghadapi kelaparan akut yang telah merenggut banyak nyawa, termasuk anak-anak.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular