Film Superman: Legacy, yang baru saja dirilis secara global pada 11 Juli 2025, menjadi perbincangan hangat di media sosial karena dinilai memuat pesan politik yang dianggap pro-Palestina.
Sutradara James Gunn belum secara terbuka mengonfirmasi adanya referensi politik dalam film ini, namun banyak penonton menilai cerita film menggambarkan situasi yang selaras dengan konflik yang terjadi di Gaza maupun kebijakan imigrasi di Amerika Serikat.
Sebagian alur cerita film berlangsung di Boravia, negara fiktif berteknologi tinggi yang digambarkan sebagai sekutu militer Amerika Serikat.
Dalam film ini, Superman digambarkan melawan rezim yang dituduh melakukan invasi, pengawasan terhadap kelompok penentang, serta penindasan bersenjata terhadap populasi tetangga yang terkurung di balik pagar pembatas.
Situasi tersebut dianggap mencerminkan kondisi nyata di Gaza, menurut banyak pengguna media sosial. Beberapa bahkan menyebut film ini sebagai salah satu kisah pahlawan super paling sarat muatan politik dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu unggahan yang banyak dibicarakan di platform Reddit menyuarakan kekhawatiran dari penonton pro-Israel. Dalam unggahan tersebut, penulis menyebut bahwa “sangat menyedihkan dan tidak menghormati” bahwa karakter Superman – yang diciptakan oleh dua seniman Yahudi – kini digunakan untuk menyampaikan pesan yang dianggap anti-Israel.
Unggahan itu juga menyoroti bagaimana dalam film, pihak penyerang digambarkan sebagai karakter kulit putih, sedangkan korbannya berkulit lebih gelap. “Tentu saja jika Israel bereaksi, akan ada yang bilang ‘kalau merasa disindir, berarti ada benarnya’,” tulis salah satu komentar.
Reaksi penonton dan tokoh publik
Sejumlah pengguna Twitter menanggapi dengan menyindir bahwa film tersebut dengan cepat dikenali sebagai sindiran terhadap kebijakan Israel, tanpa perlu disebutkan secara eksplisit.
Komentator politik Hasan Piker juga turut memberikan pendapat. Ia menyebut tokoh antagonis dalam film—pemimpin Boravia—terinspirasi dari David Ben-Gurion, perdana menteri pertama Israel. “Banyak yang bilang itu Netanyahu, tapi saya rasa tokoh itu mengacu pada Ben-Gurion. Ini film dua jam sepuluh menit yang penuh kritik terhadap Israel,” ujarnya.
Selain isu Palestina, film ini juga dinilai mengangkat pesan kuat tentang imigrasi, yang dianggap relevan dengan situasi di Amerika Serikat saat ini, di mana pemerintah tengah gencar melakukan penggerebekan terhadap imigran ilegal. Tokoh Superman yang berasal dari planet lain dan dibesarkan di wilayah Midwest AS kembali diperkuat sebagai simbol imigran yang menjadi pahlawan.
Reaksi dari Israel dan kalangan konservatif
Di tengah perbincangan yang berkembang, beberapa kalangan menunjukkan ketidaksetujuan terhadap isi film. Komentator konservatif Ben Shapiro mengisyaratkan ulasan negatif dan menyebut film ini “tidak bagus”.
Sementara itu, Konsulat Israel di Los Angeles mengunggah dua konten media sosial yang dinilai sebagai tanggapan terhadap film tersebut. Salah satunya menampilkan gambar bergaya komik dengan hashtag #The_Real_Superheroes, yang menggambarkan tentara Israel sebagai pahlawan. Konten lain berbentuk video trailer bertema “pahlawan sejati muncul saat kejahatan mencapai puncaknya”, menampilkan tentara, warga sipil, dan pekerja darurat Israel.
Salah satu warganet menanggapi unggahan itu dengan menyebut, “Israel begitu terganggu oleh film Superman yang menggambarkan mereka sebagai penjahat, sampai-sampai membuat kampanye tandingan.”
Pernyataan sutradara
Menanggapi antusiasme publik, sutradara James Gunn melalui unggahan media sosial mengatakan bahwa ia bangga telah membuat versi Superman yang menekankan sisi “manusia” dari sang pahlawan super. Ia menggambarkan Superman sebagai sosok yang selalu peduli terhadap mereka yang membutuhkan.
“Bahwa karakter ini mampu menyentuh begitu banyak orang di seluruh dunia adalah bukti bahwa kebaikan dan empati masih menjadi nilai utama dalam kemanusiaan,” tulisnya.