Oleh: Pizaro Gozali Idrus
Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute
1. Kegagalan Israel dalam mengalahkan para pejuang Gaza dan kegagalan mencapai gencatan senjata yang menguntungkan penjajah. Seharusnya gencatan senjata terjadi pekan lalu, namun deadlock karena tuntutan Hamas tegas: Israel harus menarik diri dari koridor Philadelphia dan poros Morag. Jika ini dilkakukan, itu sama saja bentuk kekalahan Israel. Oleh karena itu, Israel kini mengalihkan perangnya di Suriah untuk menutupi kekalahannya di Gaza.
2. Penolakan para pejabat Suriah untuk mau normalisasi dengan Israel. Tekanan ini terus dilakukan oleh Israel, tapi Damaskus menolak. Serangan Israel terkini menjadi bargaining bagi Tel Aviv terhadap pemerintahan Suriah agar mau melakukan normalisasi. Anda ikut kami, atau kami hancurkan, begitu desakan Israel.
3. Mencegah terjadinya reintegrasi etnis Druze ke pemerintahan Suriah yang baru. Wajah Druze Suriah tidak tunggal dan faksi Hikmat al Hijri tidaklah merepresentasikan seluruh kelompok Druze di Suriah. Banyak etnis Druze yang memilih untuk tetap berada di pemerintahan Suriah yang baru dan kontra Israel.
4. Upaya memecah belah Suriah dengan menjadikan wilayah Sweida sebagai negara tersendiri yang lepas dari teritori Suriah. Arahnya separatisme. Targetnya Sweida menjadi wilayah penyangga Israel. Jadi Israel tidak sekedar ingin menyerang Suriah, tapi juga ingin mendudukinya. Menurut laporan, faksi al-Hijri di-supply USD 2 miliar untuk melawan pemerintahan Suriah baru. SDF pun sedang didorong untuk memisahkan diri dari Suriah.
5. Memancing Turki untuk masuk dan terlibat konfrontasi terbuka yang lebih luas dan membakar kepentingan Ankara di Timur Tengah. Sejauh ini Erdogan belum mau terpancing, karena dia melihat ini lebih sebagai jebakan dari sekedar konfrontasi.