Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan penghentian pertempuran bersenjata di wilayah Sweida, Suriah bagian Selatan.
Hal itu diumumkan setelah dicapai kesepakatan gencatan senjata antara aparat pemerintah dan kelompok bersenjata suku-suku.
Pasukan keamanan pemerintah mulai menyebar di kawasan itu, sementara para pejuang suku menarik diri dari wilayah kota sebagai bentuk kepatuhan terhadap kesepakatan damai yang baru dicapai.
“Pasukan kami telah dikerahkan di wilayah utara dan barat Sweida untuk menegakkan ketertiban dan menghentikan bentrokan,” kata Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Nouredin al-Baba, Sabtu (19/7/2025) malam.
Ia menyebutkan bahwa otoritas Suriah bekerja keras untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan gencatan senjata yang telah disepakati.
Pantauan Al Jazeera menunjukkan konvoi kendaraan pasukan keamanan Suriah bersiap memasuki kota Sweida dari berbagai arah.
Di sisi lain, Dewan Suku dan Klan Suriah menyatakan bahwa seluruh pasukannya telah meninggalkan Sweida demi menghormati gencatan senjata.
Namun, mereka memperingatkan bahwa setiap pelanggaran oleh “kelompok-kelompok kriminal” akan dibalas dengan keras oleh warga suku.
Sebelumnya, Kementerian Informasi Suriah mengumumkan dimulainya penyebaran pasukan keamanan dalam negeri dan aparat kepolisian nasional di Suweida sebagai bagian dari fase pertama implementasi kesepakatan damai.
Pemerintah juga membentuk tim darurat lintas kementerian dan lembaga untuk mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terdampak.
Sebagai bagian dari respons kemanusiaan, Kementerian Kesehatan Suriah mengirimkan konvoi medis ke Suweida.
Konvoi itu terdiri atas 20 ambulans lengkap dengan tim medis khusus serta pasokan obat-obatan dan peralatan darurat dalam jumlah besar.
Seruan perlindungan internasional
Di tengah upaya meredakan ketegangan, kepemimpinan spiritual komunitas Druze di Suriah menyerukan kepada negara-negara penjamin kesepakatan damai untuk menunaikan tanggung jawabnya dalam melindungi warga sipil.
Mereka menegaskan bahwa komunitas Druze selama beberapa hari terakhir berada dalam posisi mempertahankan diri dari serangan kelompok-kelompok bersenjata.
“Kami meminta perlindungan internasional yang langsung bagi komunitas Druze di Suriah,” demikian pernyataan resmi kepemimpinan spiritual Druze.
Mereka juga menuduh kelompok-kelompok penyerang telah melanggar gencatan senjata.
Seruan itu muncul tidak lama setelah kantor kepresidenan Suriah mengumumkan tercapainya kesepakatan damai baru dengan faksi-faksi Druze.
Kesepakatan itu mencakup penghentian total dan segera atas semua bentuk pertempuran di Sweida.
Kepresidenan Suriah menegaskan, setiap pelanggaran terhadap perjanjian tersebut akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasional.
Pemerintah juga akan mengambil langkah hukum sesuai konstitusi dan peraturan yang berlaku.
Menteri Informasi Suriah, Hamza al-Mustafa, mengungkapkan rincian kesepakatan damai tersebut.
Tahap pertama melibatkan penyebaran pasukan keamanan dalam negeri untuk menghentikan bentrokan di sebagian besar wilayah utara dan barat Sweida serta di jalan-jalan utama di luar pusat kota guna menghindari konfrontasi langsung.
Tahap kedua akan difokuskan pada pembukaan jalur-jalur kemanusiaan antara Sweida dan provinsi tetangga, Daraa.
Jalur ini akan digunakan untuk evakuasi warga sipil, korban luka, dan siapa pun yang ingin keluar dari wilayah konflik.
Adapun tahap ketiga meliputi reaktivasi institusi pemerintahan serta penyebaran pasukan keamanan secara bertahap di seluruh penjuru Sweida, seiring dengan kembalinya kehidupan normal dan penegakan hukum.
Sejak pecahnya pertempuran pada Ahad pekan lalu, bentrokan antara suku-suku Badui dan kelompok-kelompok bersenjata Druze telah menelan korban besar.
Menurut Kementerian Kesehatan Suriah, sebanyak 260 orang dilaporkan tewas dan 1.698 lainnya terluka.
Sementara itu, laporan dari Syrian Network for Human Rights mencatat jumlah korban tewas mencapai 321 orang, termasuk tenaga medis, perempuan, dan anak-anak.
Situasi kian memburuk setelah pasukan pemerintah ditarik mundur dari Suweida pada Rabu malam lalu, sebagai bagian dari kesepakatan awal dengan kelompok-kelompok lokal.
Kekosongan keamanan yang terjadi memicu aksi-aksi balas dendam di berbagai titik.
Di tengah upaya pemerintah untuk menenangkan situasi, Israel justru melancarkan serangan udara ke beberapa wilayah Suriah, dengan alasan “melindungi komunitas Druze.”
Serangan tersebut justru memperumit upaya pemulihan dan menambah ketegangan di kawasan.