Sebuah dokumen terbaru yang dirilis oleh kelompok jurnalis dan pekerja media menuduh harian The New York Times (NYT) memiliki keberpihakan sistematis terhadap Israel dan bias terhadap Palestina, lansir Middle East Eye pada Sabtu (19/7).
Dokumen tersebut menyebut hampir dua lusin jurnalis, editor, dan eksekutif senior NYT memiliki keterkaitan erat dengan kelompok lobi pro-Israel.
Kelompok Writers Against the War on Gaza (Wawog), dalam pernyataannya, menyebut NYT sebagai “komplotan dalam genosida di Gaza” dan “corong imperialisme Amerika” yang membentuk opini elite terhadap kebijakan luar negeri.
Seperti sejumlah media arus utama lainnya, NYT menjadi sorotan tajam terkait peliputannya atas konflik di Gaza. Aktivis hak asasi manusia dan analis menyebut media tersebut memberikan ruang pembenaran terhadap kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel.
Dalam dokumen yang dirilis pada Rabu (17/7), Wawog menyatakan peliputan NYT dapat dijelaskan oleh adanya hubungan finansial, ideologis, dan material antara sejumlah stafnya—baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak bekerja—dengan negara Israel dan militer Israel.
Larangan istilah sensitif
Dokumen itu juga menyingkap adanya instruksi internal dari redaksi NYT kepada wartawan untuk menghindari penggunaan istilah seperti “genosida”, “pembersihan etnis”, “wilayah pendudukan”, dan bahkan “Palestina”.
“Kajian kami sejauh ini banyak menyoroti kaitan material dengan pendudukan dan apartheid, namun kami juga menyertakan dimensi ideologis, yang kini telah kami perbarui dalam dokumen tersebut,” ujar juru bicara Wawog kepada Middle East Eye.
Laporan itu disusun berdasarkan arsip dari Mondoweiss, The Electronic Intifada, serta wawancara dengan jurnalis Palestina. Menurut Wawog, temuan ini menunjukkan bahwa kode etik NYT dijalankan dengan standar ganda yang bersifat rasis.
Kritik terhadap etika jurnalistik
Dokumen juga mengungkap adanya beberapa editor dan jurnalis NYT yang memiliki hubungan keluarga dekat dengan militer Israel, namun hal tersebut tidak dicantumkan dalam profil mereka di laman resmi NYT. Hal ini, menurut Wawog, melanggar prinsip dasar etika jurnalistik.
Kelompok itu bahkan menyebut NYT sebagai “The New York War Crimes” dalam sejumlah aksi protes yang digelar di luar maupun di dalam lobi gedung NYT di Manhattan, sejak serangan Israel ke Gaza dimulai setelah peristiwa 7 Oktober 2023.
Lebih dari 58.000 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Gaza, yang oleh sejumlah negara dan lembaga HAM internasional telah dikategorikan sebagai tindakan genosida.
Media Barat dianggap tutup mata
Pengamat media dan kelompok hak asasi manusia telah lama menuding media Barat berperan dalam menghapus dan mendistorsikan narasi seputar kejahatan perang yang dilakukan Israel. Salah satu studi yang diterbitkan The Intercept pada Januari 2024 menunjukkan bahwa NYT, Washington Post, dan Los Angeles Times cenderung bias terhadap Palestina serta lebih banyak meliput isu antisemitisme dibandingkan dengan Islamofobia pasca 7 Oktober 2023.
Hal serupa diungkapkan oleh sejumlah jurnalis dari BBC dan CNN kepada program Listening Post dari Al Jazeera. Mereka, yang berbicara secara anonim, mengatakan bahwa ruang redaksi kerap menahan diri untuk mengkritik Israel secara terbuka.
Sementara itu, dalam salah satu kasus pada Januari lalu, organisasi Quaker American Friends Service Committee (AFSC) membatalkan rencana memasang iklan di NYT setelah redaksi menolak memuat kata “genosida” dalam konteks Gaza.
“Penolakan The New York Times untuk menayangkan iklan berbayar yang menyebut tindakan Israel sebagai genosida adalah upaya terang-terangan untuk menghindari kebenaran,” ujar Joyce Ajlouny, Sekretaris Jenderal AFSC.
Respons NYT
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara The New York Times mengatakan bahwa dokumen tersebut adalah “kampanye keji yang ditujukan untuk mengintimidasi jurnalis dan eksekutif media karena liputan yang adil dan seimbang.”
“Alih-alih mengkritisi isi jurnalistik kami, kampanye ini justru melakukan serangan pribadi dan insinuasi berdasarkan agama atau hubungan seseorang dengan kelompok atau negara tertentu. Sebagian informasi tersebut adalah publik dan sebagian lainnya tidak akurat. Upaya ini jelas dimaksudkan untuk mendiskreditkan peliputan kami. Sebuah kelompok penulis seharusnya tahu lebih baik,” demikian pernyataan NYT.