Sejumlah faksi Palestina pada Minggu (20/7/2025) mengecam keras apa yang mereka sebut sebagai “perang kelaparan dan genosida” yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang masih diblokade. Dalam pernyataan bersama, mereka juga menyebut Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan yang terjadi.
Para faksi menilai agresi Israel kini telah melampaui aksi pengeboman dan penghancuran, dengan memperketat blokade dan secara sengaja menghalangi masuknya bantuan pangan serta medis ke wilayah Gaza.
Mereka menuduh pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan kejahatan sistematis terhadap lebih dari dua juta warga Palestina di Jalur Gaza, dengan dukungan langsung dari Pemerintah AS serta sikap diam yang dinilai “mencurigakan” dari Uni Eropa.
Lebih lanjut, faksi-faksi tersebut menilai kebijakan Israel di Gaza telah mencapai tingkat kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, bahkan dinilai “lebih brutal dan sadistis” dibandingkan rezim Nazi dan fasis dalam sejarah modern.
Mereka juga menegaskan bahwa pemerintah Israel saat ini tidak menunjukkan itikad untuk mencapai ketenangan atau kesepakatan gencatan senjata. Sebaliknya, disebutkan bahwa tujuan utama adalah mengosongkan wilayah Gaza dari penduduknya melalui pemindahan paksa.
Dalam pernyataannya, mereka memperingatkan bahwa kebijakan tersebut berisiko besar menghambat setiap proses perundingan dan memperburuk ketidakstabilan kawasan. Pemerintah Israel serta negara-negara pendukungnya disebut bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul.
Faksi Palestina juga menyerukan kepada rakyat Palestina, baik di dalam maupun luar negeri, serta masyarakat Arab, umat Islam, dan komunitas internasional untuk meningkatkan tekanan publik, media, dan diplomatik guna menghentikan kejahatan Israel dan mengakhiri blokade atas Jalur Gaza.