Sunday, July 27, 2025
HomeBeritaMiliter Israel klaim telah salurkan kembali bantuan terbatas ke Gaza

Militer Israel klaim telah salurkan kembali bantuan terbatas ke Gaza

Militer Israel pada Sabtu (27/7/2025) mengklaim telah memulai kembali pengiriman bantuan kemanusiaan secara terbatas ke Jalur Gaza yang dilanda konflik.

Langkah ini diambil di tengah meningkatnya tekanan dari komunitas internasional agar Israel mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut, yang kini menghadapi krisis kelaparan parah dan risiko kematian massal, terutama di kalangan anak-anak.

Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyebut akan “melanjutkan pengiriman bantuan udara sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk memungkinkan dan memfasilitasi masuknya bantuan ke Gaza.”

Bantuan tersebut disebutkan mencakup tujuh palet yang berisi tepung, gula, dan makanan kaleng, yang disediakan oleh organisasi internasional.

Namun, menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), jumlah tersebut masih jauh dari memadai. UNRWA menyatakan bahwa Gaza membutuhkan antara 500 hingga 600 truk bantuan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan minimum penduduk.

Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, sebelumnya menyebut inisiatif pengiriman bantuan melalui udara sebagai “pengalihan isu” dan “asap kamuflase” yang menyamarkan krisis kemanusiaan yang sebenarnya terjadi di Gaza.

Meski mengklaim telah meluncurkan sejumlah langkah untuk “meningkatkan respons kemanusiaan,” militer Israel menegaskan bahwa operasi militer di Gaza tetap berlangsung. Israel menyatakan akan membuka “koridor kemanusiaan” dan memberikan “jeda kemanusiaan” terbatas di wilayah padat penduduk.

Namun, pada saat yang sama, militer menyatakan akan terus melakukan operasi untuk membebaskan sandera dan melemahkan kelompok Hamas.

Sejak 27 Mei lalu, Israel juga meluncurkan inisiatif distribusi bantuan melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didukung Amerika Serikat dan berjalan di luar koordinasi dengan PBB maupun lembaga kemanusiaan internasional.

Namun, langkah tersebut mendapat penolakan luas dari komunitas bantuan global karena dinilai tidak transparan dan tidak netral.

Sementara itu, laporan dari berbagai sumber kemanusiaan menyebut pasukan Israel masih menembaki warga Palestina yang berkumpul di dekat pusat distribusi bantuan, menewaskan ratusan orang yang sedang mencari makanan.

Kondisi di Gaza kini telah berubah menjadi krisis kemanusiaan. Gambar dan video dari lapangan menunjukkan warga sipil dalam kondisi kurus kering, sebagian besar lemas akibat kelelahan, dehidrasi, dan kelaparan berkepanjangan.

Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu melaporkan lima kematian baru akibat kelaparan dan malnutrisi dalam 24 jam terakhir, termasuk dua anak-anak. Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat kelaparan sejak Oktober 2023 mencapai 127 orang, dengan 85 di antaranya adalah anak-anak.

Organisasi Pangan Dunia (WFP) pada Selasa lalu memperingatkan bahwa satu dari tiga warga Gaza tidak memiliki akses terhadap makanan selama beberapa hari berturut-turut akibat blokade Israel yang masih berlangsung.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan militer di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 59.700 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Serangan udara dan darat yang masif tersebut telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Gaza serta memperparah krisis pangan dan kemanusiaan.

Pada November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait agresinya terhadap wilayah tersebut.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular