Dua aktivis internasional terakhir dari kapal kemanusiaan Handala, yakni Christian Smalls asal Amerika Serikat (AS) dan Hatem Al-Aweni dari Tunisia, resmi dibebaskan dari penjara Israel pada Jum’at (1/8) pagi waktu setempat,
Pembebasan itu setelah 5 hari mengalami penahanan yang dinilai sewenang-wenang dan penuh kekerasan.
Keduanya melintasi Jembatan Raja Hussein menuju Yordania. Al-Aweni disambut oleh para pejabat dari Kedutaan Besar Tunisia di Amman, sementara Smalls tak mendapati satu pun perwakilan dari Kedutaan Besar AS.
Padahal, menurut para aktivis dari Komite Internasional Pembebasan Gaza, pihak kedutaan telah diberi informasi lebih awal mengenai waktu pembebasan.
Dalam pernyataan resminya, Koalisi Armada Kebebasan menegaskan bahwa penangkapan para aktivis dilakukan secara ilegal di perairan internasional.
Selama dalam tahanan, para aktivis termasuk Smalls dan Al-Aweni melakukan mogok makan sebagai bentuk protes atas penangkapan dan perlakuan kasar dari pasukan Israel yang menyerbu kapal mereka.
Kekerasan fisik dan diskriminasi
Koalisi tersebut menyebut bahwa Christian Smalls menjadi korban kekerasan brutal segera setelah ia diturunkan di Pelabuhan Ashdod.
Ia dikeroyok oleh tujuh tentara Israel yang mencekik dan menendangnya hingga tubuhnya mengalami memar, terutama di leher dan punggung.
Saat bertemu dengan pengacaranya, Smalls bahkan dikawal enam anggota pasukan khusus Israel.
Perlakuan ini dinilai sangat tidak proporsional, mengingat tidak ada aktivis lain yang dikenai pengawalan serupa.
Para aktivis mengecam tindakan ini sebagai “bentuk kekerasan berlebihan yang sarat muatan rasial.”
Koalisi Armada Kebebasan mendesak agar para pelaku kekerasan diproses hukum dan diskriminasi terhadap Smalls dihentikan.
“Apa yang terjadi mencerminkan pola kekerasan sistemik terhadap siapa pun yang membela hak-hak rakyat Palestina,” tegas mereka.
āSaya tak akan mundurā
Kepada Al Jazeera, Christian Smalls mengungkapkan bahwa selama dalam tahanan ia mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik dan psikologis.
Selnya nyaris tanpa ventilasi, kebersihannya sangat buruk, dan tubuhnya sengaja dibiarkan diserang serangga.
“Sejak awal mereka menyerang saya, mendorong saya ke dinding, menendang, dan mencekik saya. Padahal saya hanya seorang aktivis damai yang ikut dalam misi kemanusiaan untuk anak-anak Gaza,ā ungkap Smalls.
Ia juga menyoroti sikap pasif pemerintah AS. “Tak seorang pun dari kedutaan hadir saat saya dibebaskan.
Yang menyambut saya hanyalah para aktivis kemanusiaan. Apakah Israel lebih penting daripada warga negara Amerika?” tanyanya.
Dengan dibebaskannya Smalls dan Al-Aweni, total 21 aktivis dari kapal Hanzala kini telah keluar dari tahanan Israel.
Kapal tersebut sebelumnya dicegat di perairan internasional saat dalam perjalanan membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebagai bagian dari misi global menentang blokade Israel.
Koalisi Armada Kebebasan menegaskan bahwa perjuangan belum selesai.
āLebih dari 10.300 warga Palestina masih mendekam di penjara Israel, termasuk 320 anak-anak. Mereka ditahan dalam kondisi yang melanggar hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan,ā ujar mereka.
Menurut mereka, pembantaian massal dan kelaparan sistematis yang menewaskan puluhan ribu jiwa di Gaza tidak bisa diamkan.
āKami menolak normalisasi dengan genosida. Kami akan kembali berlayar. Perlawanan ini belum selesai,ā tegas pernyataan mereka.