Monday, August 18, 2025
HomeBeritaWawancara - Dokumenter Gaza disensor? Ben de Pear ungkap tekanan politik di...

Wawancara – Dokumenter Gaza disensor? Ben de Pear ungkap tekanan politik di BBC

Ben de Pear memahami lanskap media Inggris dari dalam. Selama lebih dari tiga dekade, ia memimpin sejumlah institusi jurnalistik paling bergengsi di Negeri Ratu Elizabeth.

Namun, pengalaman terbarunya dengan institusi media terbesar di Inggris—British Broadcasting Corporation (BBC)—meninggalkan kesan yang getir dan menyisakan pertanyaan besar tentang arah pemberitaan di negara itu.

Tahun 2022, usai menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin redaksi Channel 4 News selama sepuluh tahun yang penuh prestasi, de Pear mendirikan Basement Films, sebuah rumah produksi dokumenter.

Di bawah bendera ini, lahir berbagai film dokumenter yang menuai penghargaan internasional, termasuk For Sama, yang memenangkan lebih dari 100 penghargaan—termasuk dari Cannes dan BAFTA—serta masuk nominasi Oscar.

Namun, proyek dokumenter terbaru dari perusahaannya, yang semula dipesan oleh BBC, akhirnya ditolak untuk ditayangkan. Alasan yang dikemukakan: kekhawatiran soal “ketidakberpihakan”.

Film berjudul Gaza: Doctors Under Attack merupakan catatan tajam dan menggugah tentang bagaimana sistem kesehatan di Gaza dihancurkan secara sistematis oleh Israel.

Sebuah dokumentasi kehancuran, rumah sakit yang dibom, tenaga medis yang tewas, serta sistem kesehatan yang lumpuh total di tengah blokade.

“Film ini kami kembangkan bersama tim editorial BBC selama berbulan-bulan,” ujar de Pear dalam wawancara dengan kantor berita Anadolu.

Namun pada akhirnya, BBC membatalkan penayangan film tersebut. Hak siarnya lalu dibeli oleh Channel 4 dan platform jurnalisme independen Zeteo, yang kemudian merilisnya ke publik.

“Kami awalnya bekerja sama dengan BBC Panorama. Tapi dua bulan kemudian mereka mundur, katanya harus membuat tiga film tentang pemilu. Lalu kami lanjut dengan BBC Eye mulai Juni tahun lalu. Targetnya tayang Januari, tapi ditunda. Februari juga ditunda lagi,” kata de Pear.

Sekitar April dan Mei, katanya, mereka sudah sangat jelas tidak akan menayangkan film ini secara utuh.

“Kami kecewa, dan akhirnya hak film kami ambil kembali. Channel 4 lalu membelinya,” imbuhnya.

‘Alasan editorial yang dipengaruhi tekanan politik’

Mengapa BBC mundur dari proyek ini? Bagi de Pear, alasannya tetap kabur dan tidak meyakinkan.

“Saya pikir ini soal kekhawatiran editorial yang muncul akibat tekanan politik. Kami tahu selama proses penyuntingan, mereka terus-menerus khawatir dengan reaksi dari lobi pro-Israel, dan selalu mendorong agar narasi film ini lebih ‘seimbang’—dalam arti jangan sampai terlalu membuat mereka tersinggung,” ujarnya.

Sebagai jurnalis yang sudah puluhan tahun berkecimpung di ruang redaksi, de Pear menyebut proses ini sebagai sesuatu yang “sangat aneh—tak pernah saya alami sebelumnya di media Inggris.”

Channel 4 melihat film yang sama dengan yang dilihat BBC dan dalam lima hari langsung menayangkannya. Mereka tidak punya kekhawatiran yang sama. Padahal, keduanya diatur oleh badan pengawas dan peraturan yang sama,” tuturnya.

Ia juga menyinggung soal kecemasan editorial yang lebih luas di dalam tubuh BBC terkait peliputan Gaza, seperti yang juga disuarakan oleh para jurnalisnya sendiri.

Surat protes terbaru, yang dikirim bulan lalu kepada manajemen BBC, ditandatangani oleh 121 jurnalis BBC dan lebih dari 300 tokoh industri media, termasuk de Pear.

“Saya pikir BBC memang telah banyak memberitakan Gaza. Tapi sebagian besar laporan mereka menimbulkan kesan seolah ini perang yang setara. Padahal kenyataannya tidak demikian,” ujar de Pear.

Liputan mereka, lanjutnya, tidak mencerminkan kenyataan yang kita lihat di media sosial.

Menurutnya, terlalu banyak anak-anak yang tewas, terlalu banyak warga sipil yang terbunuh untuk bisa disebut sebagai perang yang simetris.

“Menurut saya, BBC terlalu defensif, dan ini memengaruhi seluruh liputannya. Saya pikir mereka sungguh kehilangan arah dalam memberitakan Gaza,” ujarnya.

BBC berkomitmen penuh untuk meliput konflik secara tidak memihak

Di tengah kritik yang dilayangkan sejumlah jurnalis internal maupun tokoh-tokoh media terhadap pemberitaannya tentang Gaza, BBC tetap bersikukuh mempertahankan pendekatannya.

“Perdebatan yang kuat di antara tim redaksi kami merupakan bagian penting dari proses editorial. Kami terus berdiskusi tentang pemberitaan kami dan mendengarkan umpan balik dari para staf. Kami yakin percakapan semacam ini sebaiknya berlangsung secara internal,” demikian pernyataan juru bicara BBC kepada kantor berita Anadolu.

Terkait liputan mereka atas Gaza, BBC menyatakan “berkomitmen penuh untuk menyajikan pemberitaan yang imparsial” dan telah menghasilkan sejumlah liputan mendalam dari wilayah konflik tersebut.

Selain liputan langsung, analisis berkelanjutan, dan investigasi, BBC juga menayangkan dokumenter-dokumenter pemenang penghargaan seperti Life and Death in Gaza dan Gaza 101.

Soal kontroversi yang menyelimuti dokumenter Gaza: Doctors Under Attack, pihak BBC menyebut bahwa mereka “sudah berusaha keras mencari cara untuk menayangkan kisah para dokter tersebut di platform kami.”

Namun, salah satu pertimbangan dalam keputusan untuk membatalkan penayangan adalah kekhawatiran atas aktivitas media sosial Ramita Navai, jurnalis pemenang penghargaan asal Inggris sekaligus salah satu pembuat dokumenter tersebut.

Dalam sebuah laporan BBC bulan Juni, disebutkan bahwa keputusan untuk menangguhkan dokumenter ini diambil setelah komentar publik dari Ben de Pear dalam Festival Dokumenter Sheffield, serta dari Ramita Navai yang tampil di program Today Radio 4 membahas perang di Gaza.

Menurut BBC, setelah Navai menyebut Israel sebagai negara bandit yang melakukan kejahatan perang, pembersihan etnis, dan pembantaian massal terhadap warga Palestina, maka menjadi mustahil bagi BBC untuk menayangkan materi tersebut tanpa mempertaruhkan prinsip imparsialitas kami.

“BBC memegang teguh standar tertinggi soal netralitas, dan tidak bisa diterima jika jurnalis BBC menyampaikan pendapat pribadi secara terbuka seperti itu. Kami percaya bahwa inilah salah satu alasan kami tetap menjadi penyedia berita paling tepercaya di dunia. Dalam kasus ini, kami tidak punya pilihan lain selain mundur,” demikian pernyataan resmi BBC kepada Anadolu.

Film Gaza berikutnya “mungkin tak akan untuk BBC”

Terlepas dari kontroversi yang menyertai film sebelumnya, Ben de Pear dan Basement Films belum beranjak dari Gaza. Proyek mereka masih terus berlanjut.

“Kami sudah membuat tiga dokumenter tentang Gaza sejauh ini. Yang pertama meraih banyak penghargaan. Yang kedua, Israel’s Reel Extremism, ditayangkan di Zeteo. Yang ketiga adalah Gaza: Doctors Under Attack, dan kami sedang bersiap untuk membuat yang keempat. Tapi saya rasa, yang berikutnya mungkin tidak lagi untuk BBC,” ujar de Pear.

Meski begitu, de Pear tetap menyatakan dirinya “pendukung berat BBC.” Namun kesimpulannya cukup menyesakkan.

“Inggris memiliki kebebasan pers, dan menurut saya, semua kondisi untuk kebebasan pers ada di sini. Saya hanya tidak paham, mengapa tidak semua lembaga penyiaran memanfaatkan kondisi itu,” pungkasnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular