Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, mendapat kecaman langsung dari warga Israel yang memprotes dirinya karena dianggap menghambat upaya pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza. Insiden ini terjadi pada Sabtu (24/8/2025), seperti dilaporkan media lokal dan dikutip kantor berita Anadolu.
Menurut The Times of Israel, sejumlah demonstran menghadang Ben Gvir dan putranya, Shoval, saat berada di Kfar Malal. Mereka meneriakkan “memalukan” sambil mengangkat poster bergambar para sandera yang hingga kini belum dibebaskan.
Para pengunjuk rasa menuduh Ben Gvir “membiarkan para sandera mati” dan menyebutnya sebagai “penghindar wajib militer”, merujuk pada masa mudanya ketika ia dilarang bergabung dengan militer karena aktivitas ekstremis.
Ben Gvir secara terbuka menolak kesepakatan apa pun dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, terkait pembebasan sandera. Ia mengaku secara pribadi telah menggagalkan beberapa perjanjian yang pernah diajukan. Dalam kesepakatan pertukaran sandera pada Januari hingga Maret lalu, Ben Gvir bahkan sempat mundur dari pemerintahan dan baru kembali ketika operasi militer dilanjutkan.
Sementara itu, Israel terus mendapat tekanan internasional untuk merespons usulan gencatan senjata yang telah disetujui Hamas awal pekan ini. Para mediator menyebutkan bahwa rencana tersebut mencakup jeda sementara dalam pertempuran dan pertukaran sandera secara bertahap dengan tahanan Palestina di penjara Israel.
Pada Kamis lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan telah memberikan mandat untuk melanjutkan perundingan kesepakatan baru dengan Hamas. Namun, ia mengisyaratkan ingin melakukan perubahan terhadap proposal yang saat ini diajukan, meskipun isinya serupa dengan kesepakatan yang sebelumnya telah diterima oleh Israel.
Menurut perkiraan pihak Israel, dari lebih dari 200 orang yang diculik dalam serangan Hamas pada Oktober 2023, sekitar 50 orang masih ditahan di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup. Di sisi lain, lebih dari 10.800 warga Palestina saat ini dipenjara di Israel.
Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel di Gaza telah menewaskan hampir 62.300 warga Palestina dan menyebabkan kehancuran besar-besaran di wilayah tersebut. Krisis kemanusiaan semakin memburuk, dengan ancaman kelaparan yang meluas.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan dugaan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait agresinya di wilayah tersebut.