Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai pihak yang sepenuhnya bertanggung jawab atas nasib para tahanan Israel yang masih berada di Jalur Gaza. Pernyataan ini disampaikan setelah Netanyahu menyetujui rencana pendudukan ulang Gaza, tak lama setelah Hamas mengumumkan kesediaannya menerima usulan mediator terkait gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
“Kami telah menyetujui kesepakatan sebagian, dan menyatakan kesiapan untuk kesepakatan menyeluruh. Namun Netanyahu menolak semua solusi,” demikian isi pernyataan Hamas melalui kanal resmi Telegram pada Senin (25/8/2025).
Hamas menilai bahwa baik pengakuan Israel maupun Amerika Serikat menunjukkan bahwa Netanyahu menjadi penghalang utama tercapainya kesepakatan. Mereka mengutip pernyataan mantan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, yang menyebut Netanyahu kerap menunda dan mengubah syarat saat kesepakatan hampir tercapai.
Lebih lanjut, Hamas menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk memulangkan para tahanan adalah melalui gencatan senjata. “Netanyahu memikul tanggung jawab penuh atas nasib mereka yang tersisa,” tulis Hamas.
Dalam pernyataannya, Hamas juga menyebut lebih dari 22 bulan agresi militer telah membuktikan bahwa narasi “kemenangan mutlak” yang diusung Netanyahu bersama Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich hanyalah ilusi.
Hamas menyerukan adanya tekanan resmi dan publik untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai genosida dan kelaparan terhadap warga Palestina.
Sementara itu, Otoritas Penyiaran Israel (KAN) mengutip sumber keamanan yang menyebut bahwa militer Israel akan memulai pendudukan Gaza City setelah pengepungan wilayah tersebut rampung dalam dua bulan ke depan. Menurut sumber tersebut, proses pemindahan warga sipil akan dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Harian Maariv juga melaporkan bahwa Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, menghendaki operasi pendudukan dilakukan secara perlahan guna menghindari korban di pihak tentara serta meminimalkan risiko terhadap para sandera.
Dalam laporan yang sama, sejumlah pejabat militer menyatakan bahwa Netanyahu bertekad melanjutkan Operasi Gideon 2, yang disebut-sebut bertujuan untuk menguasai penuh Jalur Gaza dan mengalahkan Hamas.