Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, pada Selasa (26/8/2025) merilis rekaman video yang memperlihatkan serangan yang mereka sebut sebagai “serangan terencana” terhadap pasukan Israel di kawasan Beit Hanoun, Gaza bagian utara.
Dalam pernyataan yang disiarkan melalui saluran Al Jazeera, kelompok tersebut mengklaim bahwa serangan yang dilakukan pada 7 Juli lalu itu menewaskan lima tentara Israel dan melukai sekitar 20 lainnya.
Menurut Brigade al-Qassam, serangan tersebut merupakan bagian dari rangkaian operasi bertajuk “Hajarat Dawud” (Batu-batu Daud), yang mereka luncurkan sebagai respons atas operasi militer Israel yang dinamakan “Arbaat Gid’on” (Kereta Gideon).
Rekaman video yang dipublikasikan memperlihatkan saat sekelompok pasukan Israel bergerak menuju lokasi yang telah dipasangi dua alat peledak. Ledakan pertama terjadi saat pasukan melintas, diikuti suara jeritan dan kepanikan. Ledakan kedua, yang lebih besar, kemudian menghantam pasukan penyelamat yang datang ke lokasi tersebut.
Seorang narasumber dari Brigade al-Qassam menyebut, dua alat peledak tersebut—berjenis “televisi” dan “ra’diyah”—ditanam 12 jam sebelum penyergapan di jalur yang diduga akan dilewati militer Israel. Target utama adalah pasukan pengintai dan regu penyelamat.
Serangan terencana
Kelompok Hamas menyebut peristiwa ini sebagai salah satu serangan paling akurat dan terstruktur sejak pecahnya perang pada Oktober 2023. Video serangan diakhiri dengan pernyataan bertuliskan: “Belum Berakhir.”
Media Israel juga sebelumnya merilis video yang diduga memperlihatkan momen serangan tersebut, dengan menyebut bahwa pasukan dari batalion “Netzah Yehuda” terkena ledakan saat menjalankan misi militer di bawah komando Divisi Utara Israel.
Dalam video itu tampak beberapa tentara terjatuh ke tanah, sementara lainnya mencoba menarik korban luka dan membalas tembakan menggunakan senjata ringan dan berat.
Pernyataan dari Hamas
Juru bicara Brigade al-Qassam, Abu Ubaida, dalam pernyataan terpisah, menyebut bahwa kelompoknya akan terus melancarkan serangan terhadap pasukan Israel dari Gaza utara hingga selatan. Ia menggambarkan serangan di Beit Hanoun sebagai “pukulan terhadap citra pasukan elite Israel”.
Abu Ubaida juga menambahkan bahwa keputusan paling “keliru” yang bisa diambil oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah tetap mempertahankan keberadaan militer di Gaza, seraya menyebut Netanyahu sebagai pihak yang telah didakwa oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Sebelumnya, Brigade al-Qassam juga mengunggah gambar di kanal Telegram mereka yang berisi ancaman langsung kepada militer Israel, dengan mengatakan bahwa serangan akan terus berlanjut dalam skala yang lebih luas.