Sunday, September 14, 2025
HomeBerita50 warga Gaza gugur sejak fajar, krisis kelaparan kian memburuk

50 warga Gaza gugur sejak fajar, krisis kelaparan kian memburuk

Serangan udara dan darat Israel kembali menelan korban jiwa di Jalur Gaza. Sejak fajar Jumat (12/9/2025), sedikitnya 50 warga Palestina dilaporkan tewas, termasuk 37 orang di Kota Gaza dan wilayah utara.

Sementara itu, krisis kelaparan semakin parah, terutama di kawasan Kota Gaza yang hancur akibat gempuran berulang.

Seorang sumber di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City, menyebutkan sejumlah korban berasal dari serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah di kawasan Al-Tuwam, sebelah utara kota.

Wartawan Al Jazeera melaporkan, serangan lain menghancurkan rumah di Kamp Pengungsi Al-Shati, bagian barat Gaza City.

Di kawasan lain, Palang Merah Palestina menyebut empat orang tewas akibat serangan di lingkungan Zaytoun, Gaza timur.

Rumah Sakit Nasser di Khan Younis juga melaporkan tiga korban meninggal dalam serangan udara di lingkungan Al-Katiba, bagian utara kota itu.

Di Sheikh Radwan, utara Gaza City, empat orang lainnya dilaporkan tewas akibat serangan udara.

Sementara itu, di Dier al-Balah, Gaza tengah, Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa mengonfirmasi kematian seorang anak, Amna Ma’ruf, yang meninggal akibat malnutrisi.

Sumber medis di Al-Shifa juga menyebutkan seorang penyandang disabilitas menjadi korban dalam serangan Israel di kawasan Ard al-Shanti dan Kamp Al-Shati, yang menyasar rumah-rumah penduduk.

Wartawan Al Jazeera menambahkan, tiga orang lainnya, termasuk anak-anak, tewas akibat serangan terhadap tenda pengungsi di dekat Pasar Firas, Gaza City.

Sehari sebelumnya, Kamis (11/9/2025), 53 orang juga tewas akibat serangan Israel, termasuk 39 di Kota Gaza.

Tragedi kelaparan

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan tujuh kematian akibat kelaparan dan malnutrisi dalam satu hari terakhir, termasuk seorang anak.

Dengan demikian, total korban meninggal akibat kekurangan gizi sejak awal agresi mencapai 411 orang, di antaranya 142 anak.

Kondisi semakin buruk setelah Israel memperluas kampanye penghancuran bangunan bertingkat di Gaza City.

Gelombang penghancuran ini membuat ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi ke lokasi-lokasi yang kian sempit.

Sejak Rabu (10/9/2025), intensitas serangan meningkat. Puluhan rumah di berbagai kawasan hancur, disertai perintah berulang dari Israel agar warga meninggalkan Kota Gaza menuju area yang disebut sebagai “zona kemanusiaan”.

Namun, laporan-laporan independen menunjukkan zona tersebut juga tidak aman dari serangan.

Pada 3 September lalu, militer Israel meluncurkan operasi bernama “Arabat Gideon 2” dengan tujuan menduduki penuh Gaza bagian utara.

Operasi itu memicu perdebatan sengit di Israel, terutama terkait risiko terhadap para tentara dan warga Israel yang ditawan kelompok perlawanan.

Dengan dukungan politik dan militer dari Amerika Serikat (AS), Israel terus melanjutkan operasi yang digolongkan sebagai genosida: membunuh, membiarkan rakyat Gaza kelaparan, menghancurkan rumah-rumah, serta memaksa mereka mengungsi.

Semua itu berlangsung meski ada seruan komunitas internasional dan perintah Mahkamah Internasional agar kekerasan segera dihentikan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular