Tuesday, September 16, 2025
HomeBeritaKTT Doha: Erdogan serukan sanksi ekonomi menyeluruh terhadap Israel

KTT Doha: Erdogan serukan sanksi ekonomi menyeluruh terhadap Israel

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan pemberlakuan sanksi ekonomi menyeluruh terhadap Israel dalam KTT Luar Biasa gabungan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab yang digelar di Doha, Qatar, Senin (15/9/2025).

Erdogan mengungkap bahwa Turki telah menghentikan seluruh transaksi perdagangan dengan Israel selama satu setengah tahun terakhir, dengan kerugian perdagangan tahunan mencapai USD 9,5 miliar atau sekitar Rp146 triliun.

“Saya meyakini Israel juga harus ditekan secara ekonomi. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa langkah-langkah seperti ini menghasilkan dampak,” ujar Erdogan di hadapan para delegasi dalam pertemuan yang dipimpin oleh Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

Presiden Erdogan mengawali pidatonya dengan menyampaikan belasungkawa atas warga Palestina dan Qatar yang tewas dalam serangan Israel di Doha. “Semoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan rahmat-Nya kepada para syuhada kita dan menempatkan mereka di surga-Nya,” ujarnya.

Turki hentikan perdagangan sejak 1,5 tahun lalu

Erdogan mengonfirmasi bahwa negaranya telah secara sepihak menghentikan seluruh kegiatan perdagangan dengan Israel sejak 1,5 tahun lalu. “Dengan kebijakan ini, kami kehilangan nilai perdagangan tahunan sebesar USD 9,5 miliar,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya dukungan terhadap kasus genosida yang diajukan ke Mahkamah Internasional (ICJ), serta perlunya langkah-langkah konkret yang dapat menjamin keamanan kawasan. “Saya percaya ada hal-hal yang dapat dilakukan melalui mekanisme OKI,” imbuhnya.

Peringatan terhadap ambisi ‘Israel Raya’

Lebih lanjut, Erdogan menuduh Israel tengah menjalankan proyek ekspansi wilayah melalui ideologi “Israel Raya”. Menurutnya, ambisi tersebut mulai tampak dalam retorika sejumlah tokoh politik Israel dan aksi militer yang meluas ke berbagai negara.

“Setelah Gaza, Israel menyerang Lebanon, Yaman, Iran, dan Suriah. Mereka juga menyerang kapal sipil di lepas pantai Tunisia, serta melakukan pembunuhan terhadap tokoh politik dan pejabat negara. Kini mereka menyerang Qatar, mediator perundingan. Ini adalah bentuk baru dari kebrutalan,” ujarnya.

Erdogan menegaskan bahwa Turki berdiri penuh mendukung Qatar, yang menjadi korban serangan Israel meski berperan sebagai tuan rumah perundingan damai Gaza. “Saya anggap sangat bermakna bahwa pertemuan ini diselenggarakan di Doha. Dunia harus melihat bahwa dunia Islam berdiri bulat bersama Qatar,” tegasnya.

Ia memuji kepemimpinan Emir Sheikh Tamim dalam menangani krisis dengan “kebijaksanaan dan keteguhan”. Erdogan juga menyerukan penguatan kerja sama antarnegara Islam, terutama dalam sektor pertahanan dan pembangunan. “Kita harus mandiri dalam bidang strategis, terutama industri pertahanan. Turki siap berbagi teknologi dan pengalaman,” ujarnya.

Kecaman terhadap Pemerintah Netanyahu

Erdogan secara tegas menyebut bahwa pemerintahan Netanyahu telah mewujudkan “mentalitas teror” yang menjadikan kekacauan dan pertumpahan darah sebagai alat politik. “Pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional dilakukan secara terbuka, dan terus berlangsung karena tidak ada sanksi nyata yang dijatuhkan,” ungkapnya.

Ia juga menyebut bahwa tindakan Israel mulai memberikan dampak negatif bagi para pendukungnya sendiri. “Bahkan negara-negara yang selama ini mendukung Israel tanpa syarat mulai bereaksi atas serangan terhadap Qatar,” kata Erdogan, seraya menyambut baik langkah beberapa negara yang mengumumkan rencana pengakuan terhadap Negara Palestina.

Seruan tindakan hukum internasional terhadap Israel

Erdogan menekankan pentingnya peningkatan tekanan diplomatik dan upaya hukum internasional untuk menuntut pertanggungjawaban para pejabat Israel. “Kami tahu bahwa tanpa reaksi dan sanksi tegas, Israel tidak akan berhenti dan justru akan mempercepat agresi serta destabilisasi kawasan,” katanya.

Ia menegaskan kembali komitmen Turki terhadap perjuangan Palestina. “Kami akan terus berjuang hingga berdirinya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, berdasarkan perbatasan tahun 1967. Kami tidak menerima genosida, pengusiran, atau pembagian wilayah,” ujar Erdogan.

Menutup pidatonya, Erdogan menyampaikan harapannya agar pertemuan luar biasa ini membuahkan hasil nyata. “Saya berharap keputusan yang kita ambil hari ini dapat benar-benar diimplementasikan untuk menghentikan ancaman dari Israel,” pungkasnya.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular