Hubungan antara Amerika Serikat dan Kolombia memanas setelah Departemen Luar Negeri AS mencabut visa Presiden Kolombia, Gustavo Petro, usai partisipasinya dalam aksi unjuk rasa pro Palestina di New York, di mana ia menyerukan agar tentara AS tidak mematuhi perintah Presiden Donald Trump.
Melalui pernyataan di media sosial, Departemen Luar Negeri menyatakan bahwa visa Petro dicabut karena tindakannya yang dinilai “ceroboh dan provokatif.”
Petro berada di New York dalam rangka menghadiri Sidang Umum Tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam sebuah aksi protes terkait perang di Gaza pada Jumat (67/9), Petro menyerukan kepada tentara AS, “Saya meminta kepada seluruh tentara Amerika Serikat, jangan arahkan senjata kalian kepada kemanusiaan,” dan menambahkan, “Abaikan perintah Trump.”
Petro kembali ke Kolombia pada Sabtu (27/9), sesuai dengan dekrit 18 September yang mengatur pendelegasian kekuasaan selama ia berada di luar negeri. Melalui akun media sosial X, ia mengaku baru mengetahui status visanya setelah tiba di tanah air.
Hingga berita ini diturunkan, Departemen Luar Negeri AS belum memberikan pernyataan resmi mengenai dampak pencabutan visa tersebut terhadap kunjungan Petro di masa mendatang.
Petro, presiden sayap kiri pertama dalam sejarah Kolombia, membalas tindakan AS melalui pernyataan di X yang ditujukan kepada Trump.
Ia menegaskan bahwa hukum internasional menjamin kekebalannya sebagai kepala negara dalam menghadiri sidang PBB. “Tidak seharusnya ada pembalasan atas pendapat saya yang disampaikan secara bebas, karena saya adalah manusia yang merdeka,” ujarnya.