Global Peace Convoy Indonesia (IGPC) mengundang para wartawan menghadiri konferensi pers pada Selasa, 30 September 2025 pukul 16.00 WIB, untuk menyampaikan perkembangan terbaru perjuangan Global Sumud Flotilla (GSF) yang saat ini telah memasuki zona kuning, kawasan rawan di perairan dekat Gaza.
Dalam misi kemanusiaan ini terdapat tiga utusan Indonesia. Salah satunya adalah Ketua Koordinator IGPC Muhammad Husen, yang kini berada di atas kapal Summertime, kapal pengamat (Observer) yang mengikuti konvoi flotilla untuk mendokumentasikan setiap pelanggaran hukum internasional terhadap GSF. Catatan ini akan menjadi bukti hukum internasional dalam upaya advokasi selanjutnya.
Dalam pernyataannya, Husen menuturkan bahwa hingga Senin (29/9) kemarin, ia bersama 21 relawan dari 10 negara lain berada di kapal Summertime yang sedang menyusul 42 armada GSF di garis zona kuning, sekitar 300 nautical miles dari Gaza. Jika tidak ada kendala atau serangan Zionis Israel, kapal-kapal kemanusiaan itu diperkirakan akan tiba di Gaza dalam dua hingga tiga hari mendatang.
Sementara itu, dua WNI lainnya, Wanda Hamidah dan Muhammad Faturrahman, masih tertahan di Pelabuhan Partopalo, Sicilia Italia, akibat kerusakan kapal dan kendala teknis
Serangan dan ancaman serius
Sejak keberangkatan, kontingen GSF menghadapi berbagai kesulitan. Armada flotilla telah tiga kali diserang drone: dua kali di perairan Tunisia, dan sekali di perairan internasional dekat Yunani. Selain itu, terjadi sabotase sistematis, antara lain:
• Intimidasi terhadap kapten kapal, sehingga banyak yang menolak melanjutkan pelayaran.
• Ancaman keselamatan yang dikirim langsung ke para nakhoda.
• Serangan bom drone beracun yang menyebabkan sejumlah relawan keracunan dan harus dievakuasi ke rumah sakit di Yunani.
Kondisi ini memperlihatkan tingginya risiko yang dihadapi relawan kemanusiaan internasional dalam usaha menembus blokade ilegal Israel.
Seruan kepada Pemerintah Indonesia
“Kami memohon pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius terhadap keselamatan warga negara kita yang kini berada di garda terdepan perjuangan kemanusiaan untuk Gaza,” ujar KH. Bachtiar Nasir, Pembina IGPC.
IGPC juga menegaskan perlunya sikap politik yang jelas dari Presiden Prabowo Subianto. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Presiden mengenai keberadaan WNI dalam GSF.
IGPC meminta Presiden setidaknya memberikan dukungan moral, sebagaimana dilakukan PM Malaysia Anwar Ibrahim, yang secara terbuka mendukung partisipasi warganya dalam flotilla kemanusiaan ini.
“Kami hanya meminta Pak Prabowo menyebut dan menegaskan posisi Indonesia atas Global Sumud Flotilla, demi perlindungan warga negara yang sedang berjuang menembus blokade Gaza,” kata Husein Gaza.
Aksi Solidaritas dan Peran Indonesia
IGPC mengajak masyarakat luas untuk ikut serta dalam aksi media sosial, menggaungkan perjuangan GSF menembus blokade ilegal dan membuka koridor kemanusiaan. Suara publik sangat penting untuk menjaga perhatian dunia pada genosida Israel di Gaza.
Sebagai catatan, Indonesia mengirimkan 30 utusan untuk pelatihan di Tunisia sekaligus berpartisipasi membeli lima kapal. Namun, dari total 21 kapal GSF, hanya sepertiga yang bisa berlayar, sehingga hanya sekitar 100 relawan yang dapat melanjutkan perjalanan.
Dalam semangat solidaritas, delegasi Indonesia merelakan kursi kapal mereka untuk dokter dan anggota parlemen Eropa, guna memperkuat legitimasi dan posisi misi GSF di dunia internasional.