Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pembentukan negara Palestina tidak termasuk dalam rencana penyelesaian konflik Gaza yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Hal ini disampaikannya dalam pernyataan video pada Selasa (30/9), seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Netanyahu menyebut bahwa dalam pembicaraan dengan pihak Washington, dirinya tidak pernah menyetujui pembentukan negara Palestina. Ia juga menekankan bahwa hal tersebut tidak tercantum dalam dokumen rencana yang diumumkan oleh Trump.
“Satu hal yang kami tegaskan adalah bahwa kami sangat menolak negara Palestina,” ujar Netanyahu dalam pernyataannya.
Ia menyebut kunjungannya ke Amerika Serikat sebagai kunjungan yang “bersejarah” dan “sangat baik”.
“Alih-alih Hamas yang mengucilkan kami, kini kami yang membalikkan keadaan dan mengucilkan Hamas. Kini seluruh dunia, termasuk negara-negara Arab dan Muslim, mendesak Hamas untuk menerima syarat-syarat yang telah kami tetapkan bersama Presiden Trump guna membebaskan semua sandera—baik yang masih hidup maupun yang telah gugur—sementara IDF (militer Israel) tetap berada di sebagian besar wilayah Gaza,” ucap Netanyahu.
Ia menambahkan, “Sebaliknya, Presiden Trump juga menyatakan bahwa jika Hamas menolak, maka Israel akan mendapat dukungan penuh untuk melanjutkan operasi militer dan melenyapkan mereka.”
Pemerintah Qatar pada Selasa mengonfirmasi bahwa Hamas telah menerima dokumen rencana Trump dari para mediator pada Senin malam.
Rencana tersebut, yang diumumkan dalam konferensi pers bersama Netanyahu dan Trump di Gedung Putih pada Senin (29/9), terdiri atas 20 poin. Di dalamnya, antara lain, diusulkan pembebasan seluruh tawanan Israel dengan imbalan pembebasan puluhan tahanan Palestina, perlucutan senjata total Hamas, penarikan bertahap pasukan Israel, serta pembentukan komite teknokrat Palestina yang bersifat apolitis untuk mengelola wilayah Gaza.
Sejak dimulainya genosida militer Israel ke Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 66.000 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan tanpa henti tersebut telah membuat Gaza nyaris tidak layak huni, menyebabkan kelaparan dan menyebarnya berbagai penyakit.