Wednesday, October 1, 2025
HomeBaitul MaqdisTiga masjid, tiga cahaya ibadah

Tiga masjid, tiga cahaya ibadah

Oleh: Rifqi Rashidi, Lc., MA

“Tempat kiblat pertama dan masjid kedua… yang dibangun di atas bumi untuk beribadah.” — At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah, Bait ke-7

Al-Quds selalu hadir dalam sejarah umat Islam. Bukan hanya karena konflik hari ini, tetapi karena jejaknya yang melekat kuat dalam syariat: kiblat pertama, masjid kedua yang dibangun di bumi, dan salah satu dari tiga masjid yang disunnahkan untuk diziarahi.

Kiblat Pertama Umat Islam

Bait ketujuh menyebutkan:

أولُ قِبلةٍ وثانِي مسجدِ… وُضعَ فوقَ الأرضِ للتعبّدِ
“Tempat kiblat pertama dan masjid kedua… yang dibangun di atas bumi untuk beribadah.”

Sebelum Ka’bah menjadi kiblat, Rasulullah ﷺ dan para sahabat shalat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan. Baru setelah itu, Allah memerintahkan pemindahan kiblat ke Ka’bah.

Imam Al-Qurthubi menegaskan:

“Allah menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama agar lebih dekat dengan ajaran para nabi terdahulu, lalu memindahkannya ke Ka’bah sebagai bentuk kemuliaan bagi Nabi ﷺ dan umatnya.”

Masjid Kedua yang Dibangun di Bumi

Rasulullah ﷺ ditanya oleh Abu Dzar tentang masjid pertama yang dibangun di bumi. Beliau menjawab: “Masjidil Haram.” Abu Dzar bertanya lagi: “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Masjid Al-Aqsa.” (HR. Bukhari-Muslim).

Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa maksud pembangunan ini adalah peletakan awal fondasinya, bukan fisik sempurna, sebagai tanda pemuliaan. Maka, sejak awal bumi ini ditata, dua masjid ini telah menjadi poros ibadah manusia.

Safar yang Diberkahi

Bait kedelapan berbunyi:

إليهِ معْ صِنوَيهِ ليسَ غيرُ… يندبُ شَدُ الرحلِ، يُرجَى الخيرُ
“Ke sana bersama dua lainnya, tidak ada yang lain… disunnahkan untuk mengikatkan tali perjalanan, diharapkan kebaikan.”

Safar ibadah hanya dianjurkan ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini, Masjidil Haram, dan Masjid Al-Aqsa.” (HR. Bukhari-Muslim).

Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa larangan safar selain ke tiga masjid bukan berarti dilarang bepergian, tetapi menegaskan keutamaan khusus ibadah di tiga masjid itu.

Pahala yang Dilipatgandakan

Bait kesembilan berbunyi:

يُضاعَفُ الثوابُ للصلاةِ… فيهِ، أَلاَ أُكرمْ بذِي الهباتِ
“Dilipat gandakan pahala shalat… di dalamnya, sungguh mulia yang memiliki anugerah.”

Pahala shalat di tiga masjid ini berbeda dengan masjid lain:

  • Masjidil Haram → 100.000 kali lipat
  • Masjid Nabawi → 1.000 kali lipat
  • Masjid Al-Aqsa → 500 kali lipat

Sungguh Allah telah menjadikan bumi ini sebagai masjid, tapi tiga masjid ini adalah cahaya paling terang bagi umat Islam.

Penutup: Antara Kiblat, Safar, dan Pahala

Masjid Al-Aqsa adalah kiblat pertama, masjid kedua di bumi, dan satu dari tiga masjid yang disunnahkan untuk diziarahi. Nilai ibadah di dalamnya berlipat ganda, menandakan bahwa ia bukan sekadar bangunan tua, tapi simbol iman yang hidup.

Kalau Allah dan Rasul-Nya begitu menekankan keutamaan Al-Aqsa, bagaimana dengan kita?
Apakah kita akan membiarkannya hanya menjadi nama di peta, atau menjadikannya bagian dari iman dan doa-doa kita?

Catatan: Artikel ini diadaptasi dari bait 7–9 Mandhumah At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah karya Dr. Al-Bashir Issom Al-Marokishi, dengan penjelasan oleh Rifqi Rashidi, Lc., MA.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler