Friday, October 3, 2025
HomeBeritaPBB: 417.000 warga Gaza Utara mengungsi, Kondisi di Selatan kian memprihatinkan

PBB: 417.000 warga Gaza Utara mengungsi, Kondisi di Selatan kian memprihatinkan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa lebih dari 417.000 warga telah mengungsi dari wilayah utara Jalur Gaza sejak pertengahan Agustus 2025. Peringatan itu disampaikan pada Kamis (2/10/2025), seiring memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza selatan—wilayah yang justru ditetapkan oleh otoritas Israel sebagai zona aman bagi warga sipil.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa hanya dalam kurun waktu 10 jam pada Rabu (1/10), mitra-mitra pemantau pergerakan penduduk mencatat sebanyak 6.700 orang melarikan diri dari Gaza utara ke selatan.

“Sejak pertengahan Agustus, lebih dari 417.000 pengungsian semacam ini telah tercatat,” demikian pernyataan OCHA yang dikutip kantor berita Anadolu.

Antara Sabtu dan Selasa, OCHA mencatat sekitar 127.000 warga tiba di hampir 360 lokasi pengungsian yang dapat dimonitor oleh mitra kemanusiaan di wilayah Deir al Balah dan Khan Younis. Saat ini, lokasi-lokasi tersebut menampung lebih dari setengah juta orang.

Namun demikian, situasi di Gaza selatan justru semakin memburuk. OCHA melaporkan adanya serangan udara intens dalam beberapa hari terakhir di wilayah Deir al Balah—salah satu area yang justru dijadikan tujuan pengungsian oleh militer Israel. Serangan dilaporkan menghantam tenda-tenda pengungsi, rumah-rumah warga, hingga pasar yang ramai. Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyebut banyak korban tewas yang diduga merupakan warga sipil.

PBB juga menyoroti kondisi para pengungsi yang kini “berdesakan di tempat penampungan yang penuh sesak atau di tenda-tenda darurat di sepanjang garis pantai.” Banyak di antara mereka yang terpaksa tidur di ruang terbuka di antara reruntuhan, menghadapi masalah sanitasi yang buruk, tanpa privasi, serta berisiko tinggi mengalami pemisahan dari anggota keluarga—terutama anak-anak.

Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, dalam pernyataan melalui media sosial X, menegaskan bahwa pertempuran masih terus berlangsung di Kota Gaza dan akses ke wilayah utara sangat sulit.

“Kita memerlukan akses kemanusiaan tanpa hambatan, namun banyak pekerja kemanusiaan terpaksa menghentikan operasi,” ujarnya.

Fletcher menegaskan bahwa “mengeluarkan perintah pengungsian tidak membebaskan pihak-pihak yang bertikai dari tanggung jawab mereka. Masih banyak warga sipil yang bertahan dan mereka harus tetap dilindungi.”

Laporan ini muncul di tengah kondisi kemanusiaan yang kian memburuk di Jalur Gaza, yang sejak Oktober 2023 terus mengalami serangan militer intensif. Hingga kini, lebih dari 66.200 warga Palestina—mayoritas perempuan dan anak-anak—dilaporkan tewas.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa lebih dari 40.000 warga Gaza mengalami luka permanen yang memerlukan perawatan dan rehabilitasi jangka panjang selama bertahun-tahun.

PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan internasional telah berulang kali memperingatkan bahwa Gaza kini berada di ambang kehancuran total, dengan kelaparan, penyakit, dan kekacauan yang meluas, serta minimnya akses terhadap bantuan kemanusiaan.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler