Stadion Ullevaal di ibu kota Norwegia berubah menjadi arena solidaritas bagi rakyat Palestina.
Ribuan penonton mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan dukungan untuk Gaza dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Norwegia dan Israel, Sabtu malam (12/10).
Suasana pertandingan yang semula diwarnai antusiasme olahraga tiba-tiba berubah menjadi panggung moral dan kemanusiaan.
Sebelum kick-off, suporter Norwegia membentangkan bendera Palestina raksasa di tribun utama.
Sementara lainnya mengangkat kartu merah bertuliskan “Free Palestine” dan menyoraki lagu kebangsaan Israel sebagai bentuk protes atas partisipasi Tel Aviv di ajang internasional.
Teriakan “Bebaskan Palestina!” menggema di seluruh stadion, disertai spanduk bertuliskan “Let the children live”.
Seruan yang merujuk pada tragedi kemanusiaan di Gaza, di mana lebih dari 18.000 anak tewas dari total 67.000 korban sejak serangan Israel dimulai dua tahun lalu.
Secara teknis, Norwegia tampil gemilang. Tim tuan rumah menundukkan Israel dengan skor telak 5–0.
Bintang Manchester City, Erling Haaland, mencetak hattrick dan menggenapkan 50 gol internasionalnya — prestasi yang kian mendekatkan Norwegia ke putaran final Piala Dunia 2026.
Namun kemenangan di lapangan bukanlah cerita utama malam itu. Perhatian dunia justru tertuju pada gelombang solidaritas dari penonton Norwegia yang menjadikan pertandingan sebagai ruang ekspresi moral.
Banyak warganet menyebutnya “tamparan sepak bola untuk Israel” dan “pesan kuat bagi Palestina dari jantung Eropa.”
Rekaman video yang menampilkan lautan bendera Palestina di stadion menyebar luas di media sosial.
Para aktivis dan pengguna platform digital menyebut momen itu sebagai bukti bahwa olahraga bisa menjadi panggung bagi keadilan, melampaui batas politik dan geopolitik.
Sejumlah komentator menilai bahwa aksi di Oslo menggambarkan meningkatnya tekanan moral terhadap elit politik Barat agar lebih tegas dalam menyikapi kebijakan Israel.
“Israel kini menjadi simbol agresi dan rasisme, dan publik Eropa mulai menolak normalisasi itu,” tulis salah satu pengguna di platform X.
Sebagian lain menilai, demonstrasi besar-besaran di stadion seperti ini menjelaskan mengapa pemerintah Barat kini semakin gencar mendorong penghentian perang di Gaza.
Bukan semata demi rakyat Palestina, tetapi untuk menyelamatkan citra Israel di mata publik mereka sendiri.
Bagi banyak orang, malam di Oslo itu bukan sekadar pertandingan sepak bola, melainkan cermin dari hati nurani global yang belum mati.
“Yang terjadi di stadion Ullevaal adalah teriakan kemanusiaan. Kadang, sepak bola bisa lebih jujur daripada politik,” tulis seorang aktivis Norwegia.
Bagi sebagian pengamat, pemandangan di Oslo adalah salah satu gema paling kuat dari peristiwa 7 Oktober.
Saat banyak masyarakat dunia mulai mempertanyakan narasi Israel dan melihat dengan mata sendiri ketimpangan antara penjajah dan yang dijajah.
“Kebenaran dan kemanusiaan tidak memerlukan agama atau ras tertentu — yang dibutuhkan hanyalah hati Nurani,” seorang netizen menutup komentarnya dengan kalimat yang kemudian viral di media sosial.