Militer Israel pada Selasa (14/10/2025) menyatakan telah menerima empat jenazah sandera dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Jalur Gaza. Hal ini dilaporkan sejumlah media lokal, termasuk penyiar resmi Israel, KAN.
Menurut laporan tersebut, empat peti jenazah telah diserahkan kepada tentara Israel di wilayah Gaza oleh pihak Palang Merah. Pernyataan militer menyebut bahwa ICRC menerima jasad para sandera dari Gaza dan kini telah menyerahkannya ke tangan pasukan Israel dan badan keamanan dalam negeri (ISA).
“Menurut informasi yang diberikan oleh Palang Merah, empat peti jenazah sandera telah berada dalam penguasaan mereka dan kini sedang dipindahkan ke pasukan IDF dan ISA di Jalur Gaza,” demikian pernyataan resmi militer Israel.
Sebelumnya, militer mengonfirmasi bahwa ICRC sedang menuju lokasi yang telah ditentukan di Gaza utara untuk menerima jenazah sejumlah sandera.
Hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari kelompok Hamas terkait penyerahan jenazah tersebut.
Penyerahan keempat jenazah ini terjadi di tengah kesepakatan gencatan senjata Gaza yang tengah berlangsung. Pada Senin (13/10/2025), Hamas telah menyerahkan 20 sandera Israel dalam keadaan hidup sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan, yang ditukar dengan pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina oleh otoritas Israel.
Pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyepakati tahap awal dari rencana gencatan senjata Gaza, yang pertama kali ia ajukan pada 29 September lalu. Tahap pertama mencakup penghentian sementara serangan, pertukaran sandera dan tahanan, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza.
Tahap kedua dari rencana ini akan mencakup pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan multinasional, dan proses pelucutan senjata kelompok tersebut.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 67.900 warga Palestina tewas akibat serangan militer Israel di Gaza. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Serangan tersebut juga menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza menjadi tidak layak huni.