Kementerian Pendidikan Palestina pada Selasa (15/10) mengumumkan hasil ujian sekolah menengah (tawjihi) bagi para pelajar di Jalur Gaza yang lahir pada tahun 2006.
Ujian tersebut digelar secara daring untuk pertama kalinya, di tengah kondisi luar biasa akibat perang dan kehancuran luas di wilayah itu.
Sebanyak 26.000 siswa dan siswi dari berbagai wilayah di Gaza mengikuti ujian setelah dua tahun tertunda karena agresi militer Israel.
Menteri Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Palestina, Amjad Barham, mengatakan bahwa pelaksanaan ujian secara elektronik menjadi langkah bersejarah sekaligus tantangan berat bagi para siswa.
“Anak-anak Gaza menghadapi segala rintangan — dari terputusnya akses internet, pengungsian, kelaparan, hingga ketiadaan listrik. Sebagian dari mereka kehilangan keluarga dalam perang. Namun mereka menunjukkan keteguhan luar biasa, berjuang, dan berhasil melewati semua kesulitan itu,” ujar Barham.
Kementerian menamai angkatan tahun ini sebagai “Fuj al-Finiq” — Angkatan Phoenix — sebagai simbol harapan yang bangkit dari puing-puing kehancuran.
“Dari reruntuhan, lahirlah kembali semangat dan cita-cita,” demikian bunyi pernyataan resmi kementerian.
Selain itu, Kementerian Pendidikan Palestina akan melanjutkan penyelenggaraan ujian tahap kedua bagi siswa kelahiran 2007, yang diikuti sekitar 31.000 peserta.
Ujian tahap ketiga — tawjihi reguler — juga dijadwalkan akan digelar mulai 24 November mendatang bagi pelajar Gaza yang kini berada di Mesir dan di 22 negara lain.
Selama dua tahun terakhir, perang di Gaza telah memaksa puluhan ribu pelajar menunda kelulusan mereka.
Lebih dari 70.000 siswa kelahiran 2006 dan 2007 tidak dapat mengikuti ujian akibat kehancuran besar dan blokade berkepanjangan.
Data resmi mencatat sedikitnya 4.000 pelajar gugur dalam perang tersebut, sementara 4.000 lainnya terpaksa mengikuti ujian di luar Jalur Gaza selama dua tahun terakhir.