Wednesday, October 22, 2025
HomeBeritaPerempuan lansia Palestina diserang pemukim Israel saat petik zaitun

Perempuan lansia Palestina diserang pemukim Israel saat petik zaitun

Seorang perempuan Palestina berusia 70 tahun menjadi korban pemukulan oleh seorang pemukim Israel bersenjata ketika hendak memetik buah zaitun dari ladangnya sendiri.

Peristiwa ini menjadi potret baru dari upaya sistematis pemukim Israel untuk menguasai tanah Palestina dengan kekerasan.

Laporan koresponden Al Jazeera di Palestina, Jivara Al-Budeiri, menyebutkan bahwa sekelompok pemukim bersenjata menyerang para petani di Desa Turmus Ayya, utara Ramallah.

Beberapa petani, termasuk relawan asing yang mendampingi mereka, mengalami luka akibat serangan tersebut.

Puluhan pemukim bertopeng dilaporkan terlibat dalam serangan itu, di bawah perlindungan pasukan pendudukan Israel.

Mereka membakar sejumlah kendaraan milik warga dan berupaya menyerang rumah-rumah penduduk tanpa ada tindakan pencegahan dari aparat.

Setelah berjam-jam, tim pertahanan sipil Palestina baru berhasil memadamkan kebakaran yang mengancam ribuan hektar lahan zaitun produktif.

Salah satu korban, petani bernama Muhammad Al-Karkuk, mengatakan para pemukim menyerang mereka secara brutal.

“Mereka memukuli kami, menembaki kami dengan peluru tajam, dan semuanya terjadi di depan tentara Israel,” ujarnya.

Menurut Karkuk, pasukan Israel justru turut menembakkan peluru dan gas air mata ke arah para petani, hingga akhirnya mengepung mereka.

Seorang relawan asing yang datang membantu para petani menyebut tindakan para pemukim sebagai “bentuk rasisme dan penjajahan terang-terangan.”

“Mereka menyerang dengan tongkat besi dan senjata api. Mereka bisa membunuh siapa pun tanpa konsekuensi,” tambahnya.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa dirinya dan rekan-rekannya akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina karena “keberanian mereka setiap hari adalah sumber inspirasi.”

Musim panen zaitun merupakan salah satu penopang utama ekonomi rakyat Palestina. Namun, nilai ekonominya terus menurun akibat pembatasan ketat dan kekerasan pemukim.

Israel juga melarang ekspor buah zaitun dan minyaknya ke luar negeri, membuat banyak petani kehilangan sumber penghidupan.

Lebih jauh, laporan Al Jazeera menyoroti keberadaan “ruang kontrol” di sekitar permukiman baru yang secara efektif menghalangi petani Palestina mendekati lahan mereka.

Lahan-lahan ini kemudian dihubungkan ke jaringan permukiman Israel, memperluas kontrol de facto atas ribuan hektar tanah milik warga Palestina.

Dalam konteks upaya Israel mempercepat aneksasi wilayah Tepi Barat dan memaksa penduduknya keluar, musim panen zaitun kini berubah menjadi arena perlawanan terbuka.

Pasukan Israel bersama para pemukim berusaha mencegah warga Palestina memetik hasil dari pohon-pohon zaitun yang, menurut penduduk, “telah berumur lebih tua dari usia negara Israel itu sendiri.”

Pada Minggu (20/10), serangan serupa juga terjadi di beberapa desa lain — Kobar, Deir Ammar, Beita, dan Salem — menandai eskalasi yang disebut para pengamat sebagai “gelombang kekerasan terbesar terhadap lahan zaitun Palestina.”

Saat ini, sekitar 820.000 hektar lahan di perbukitan Tepi Barat ditanami lebih dari 11 juta pohon zaitun milik warga Palestina.

Namun, sebagaimana dilaporkan Jivara Al-Budeiri, banyak petani kini tak lagi mampu memanen hasilnya karena serangan terus-menerus dan blokade militer.

Untuk menutupi kekerasan tersebut, pasukan Israel kerap mengusir jurnalis dari lokasi kejadian dan melarang liputan di desa-desa yang sedang dikepung.

Akibatnya, banyak kisah kekerasan terhadap petani dan perampasan lahan tidak pernah sampai ke mata dunia.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler