Harian Haaretz melaporkan pada Selasa (tanggal setempat) bahwa militer Israel mengakui kegagalan strategi mereka dalam mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang menentang Hamas di Jalur Gaza.
Dalam evaluasi terbaru, sebagian besar kelompok tersebut disebut telah bubar dan tidak lagi menjadi tantangan berarti bagi otoritas Hamas.
Laporan itu menegaskan bahwa dukungan Israel terhadap milisi-milisi lokal bertujuan menciptakan alternatif kekuasaan atau setidaknya penyeimbang politik dan militer terhadap Hamas.
Namun, menurut penilaian militer yang dikutip Haaretz, sebagian besar kelompok tersebut telah “dibubarkan atau dinetralkan hingga tidak lagi dapat memberikan ancaman nyata” terhadap kontrol internal Hamas.
Evaluasi dari pihak militer Israel ini muncul di tengah operasi keamanan skala besar yang sedang dilakukan aparat keamanan Hamas.
Operasi ini dipimpin oleh unit keamanan khusus yang dikenal sebagai Rada’a Unit dan dimulai segera setelah pasukan Israel mulai menarik diri dari beberapa wilayah di Gaza.
Kampanye ini, menurut laporan, mencakup perburuan dan eksekusi terhadap individu yang dituduh menjadi kolaborator Israel atau berafiliasi dengan kelompok-kelompok anti-Hamas.
Dalam beberapa pekan terakhir, beredar video di media sosial Palestina yang memperlihatkan dugaan eksekusi publik oleh sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, terhadap pihak-pihak yang dituduh melakukan pengkhianatan.
Haaretz tidak merinci nama-nama milisi yang dimaksud dalam laporannya. Namun, laporan-laporan sebelumnya menyebut adanya sejumlah faksi bersenjata yang menentang Hamas dan beroperasi di berbagai wilayah Gaza.
Beberapa rekaman menunjukkan kelompok-kelompok tersebut kemungkinan menerima dukungan logistik dari wilayah perbatasan yang dikuasai Israel.
Para analis menilai kegagalan strategi milisi ini menjadi pukulan telak terhadap pendekatan Israel yang lebih luas di Gaza. Strategi tersebut bertujuan melemahkan posisi Hamas dengan menciptakan instabilitas internal sebagai dasar untuk mempertahankan kontrol keamanan Israel di sejumlah wilayah Gaza.
Menurut Haaretz, hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa Hamas mampu dengan cepat dan tegas mengonsolidasikan kembali kekuasaan internalnya.
Situasi ini dinilai akan menyulitkan rencana “hari setelah”—yakni skenario pasca-Hamas—yang tengah dibahas oleh Amerika Serikat dan sejumlah pihak internasional.
Rencana tersebut mengharapkan terbentuknya otoritas lokal yang mampu memerintah Gaza secara politik dan militer setelah berakhirnya dominasi Hamas.