Kandidat independen berhaluan kiri, Catherine Connolly, dipastikan melaju menuju kursi kepresidenan Irlandia setelah hasil perhitungan awal dari berbagai daerah menunjukkan keunggulan telak atas calon yang didukung pemerintah, Heather Humphreys.
Berdasarkan hitung cepat di sejumlah konstituensi seperti Dublin, Galway, Donegal, Clare, Meath, dan Waterford, Connolly unggul dengan selisih besar—bahkan di beberapa daerah meraih hingga dua pertiga suara pilihan pertama.
Di Donegal, Connolly dilaporkan memperoleh 75 persen suara, sementara di Waterford mencapai 59 persen, menurut laporan stasiun penyiaran nasional RTE.
Apabila hasil ini dikukuhkan secara resmi, kemenangan Connolly akan menjadi tonggak bersejarah: untuk pertama kalinya dalam sejarah modern Irlandia, seorang kandidat berhaluan kiri memenangkan pemilihan presiden langsung melalui suara preferensi pertama. Hasil ini sekaligus menjadi tamparan keras bagi koalisi pemerintahan Fine Gael–Fianna Fáil.
Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin telah menyampaikan ucapan selamat kepada Connolly atas apa yang disebutnya sebagai “kemenangan pemilu yang sangat meyakinkan”, serta menegaskan bahwa Connolly akan menjadi Presiden Irlandia berikutnya.
Dalam pernyataan resmi pemerintah, Martin memuji “kampanye yang sukses dan penuh makna” yang dijalankan Connolly, seraya menyebut kemenangan ini sebagai “mandat yang jelas untuk mewakili rakyat Irlandia sebagai Uachtarán na hÉireann (Presiden Irlandia) selama tujuh tahun ke depan.”
“Rakyat telah membuat pilihan mereka, dan saya tidak ragu Catherine Connolly akan melayani negara ini dengan baik,” ujar Martin.
Ia menambahkan, pemerintah siap bekerja sama dengan presiden baru seiring upaya Irlandia memperkuat peran di panggung global, terutama menjelang masa kepemimpinan Irlandia di Uni Eropa pada paruh kedua tahun 2026.
Anggota parlemen dari aliansi Solidarity–People Before Profit, Paul Murphy, menyebut kemenangan Connolly sebagai “margin kemenangan terbesar dalam sejarah pemilihan presiden Irlandia”.
Sementara itu, Aoife McGowan, koordinator nasional kampanye Youth for Connolly, menilai sosok berusia 68 tahun asal Galway itu telah menginspirasi generasi muda pemilih.
“Banyak mahasiswa bersemangat turun ke jalan untuk menyuarakan dukungan bagi Catherine. Ia menawarkan visi tentang Irlandia yang baru dan lebih progresif,” ujarnya kepada RTE.
McGowan menambahkan, sikap Connolly yang konsisten dalam mendukung hak-hak rakyat Palestina menjadi salah satu faktor utama yang menggerakkan pemilih muda.
“Bahkan mereka yang sebelumnya apatis terhadap politik ikut terlibat karena Connolly dikenal sebagai sedikit dari politisi yang benar-benar bersuara untuk Palestina,” katanya.
Kampanye Connolly menguat di tengah meningkatnya frustrasi publik terhadap krisis perumahan, tingginya biaya hidup, serta skandal politik yang menggoyang kepercayaan pada partai-partai arus utama. Didukung berbagai gerakan kiri, ia tampil sebagai simbol pembaruan politik dan perubahan arah nasional.
Di sisi lain, Humphreys—mantan menteri dari Fine Gael—kesulitan mengatasi kemarahan pemilih terhadap pemerintah. Ia diperkirakan hanya unggul di daerah asalnya, Cavan–Monaghan, dengan raihan sekitar 59 persen suara.
Pejabat pemilu juga melaporkan tingginya jumlah surat suara tidak sah, mencapai lebih dari 10 persen di beberapa wilayah.
Connolly, yang berlatar belakang sebagai psikolog klinis dan pengacara, akan menggantikan Michael D. Higgins sebagai Presiden Irlandia ke-10 dan menjabat selama tujuh tahun di Áras an Uachtaráin, kantor kepresidenan Irlandia.
Hasil resmi pemilihan diperkirakan akan diumumkan pada Sabtu malam waktu setempat.


