Tuesday, November 4, 2025
HomeBeritaRatusan pengungsi Sudan hadapi kondisi kemanusiaan berat

Ratusan pengungsi Sudan hadapi kondisi kemanusiaan berat

Di tengah pertempuran yang terus berkecamuk dan penguasaan Kota al-Fashir oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF), ratusan keluarga Sudan terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke daerah yang lebih aman.

Namun, di tempat tujuan, mereka justru menghadapi kondisi kemanusiaan yang amat sulit dan penuh keterbatasan.

Laporan wartawan Al Jazeera di Sudan, Osama Sayyid Ahmad, menggambarkan situasi para pengungsi di sebuah tempat penampungan sementara di Kota al-Dabbah, Negara Bagian Sudan Utara.

Gambar yang direkam menunjukkan perempuan, anak-anak, dan lansia yang kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang selama hampir sepekan untuk menyelamatkan diri dari kekerasan di al-Fashir.

Kota al-Dabbah kini menampung lebih dari 4.000 pengungsi yang datang dari wilayah Darfur dan Kordofan di barat Sudan.

Pemerintah lokal memperkirakan gelombang pengungsian yang lebih besar akan tiba dalam beberapa jam dan hari mendatang, menyusul jatuhnya al-Fashir ke tangan RSF.

Menurut laporan Al Jazeera, ratusan keluarga berhasil keluar dari al-Fashir saat pertempuran masih berlangsung dan pengepungan semakin ketat.

Mereka menempuh perjalanan ratusan kilometer menuju al-Dabbah, dengan menanggung risiko besar dan kekurangan logistik di sepanjang jalan. Diperkirakan 10 hingga 20 keluarga baru tiba di kota itu setiap hari.

Komisi Bantuan Kemanusiaan di Negara Bagian Sudan Utara menyatakan tengah berkoordinasi dengan berbagai mitra untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi—mulai dari makanan, air bersih, hingga tempat tinggal sementara.

Beberapa kamp pengungsian telah disiapkan di lokasi-lokasi berbeda guna menampung gelombang kedatangan berikutnya.

Namun, laporan Al Jazeera mencatat bahwa bantuan yang sudah diberikan oleh sebagian organisasi regional belum mampu menutupi kebutuhan yang mendesak.

Banyak pengungsi masih hidup dalam kondisi minim fasilitas, tanpa cukup makanan, air, dan obat-obatan.

“Kebutuhan akan bantuan darurat masih sangat tinggi,” demikian laporan tersebut.

Pasukan Dukungan Cepat diketahui menguasai Kota al-Fashir pada Minggu lalu. Kota itu merupakan benteng terakhir militer Sudan di wilayah Darfur.

Sejumlah laporan menyebut terjadinya pembantaian terhadap warga sipil, yang mendorong ribuan keluarga melarikan diri ke arah utara dan barat.

Menurut perkiraan PBB, puluhan ribu warga telah meninggalkan al-Fashir sejak akhir pekan lalu.

Banyak dari mereka menuju Kota Tawila, sekitar 70 kilometer dari al-Fashir, yang sebelumnya sudah menampung sekitar 650 ribu pengungsi.

Kini, al-Dabbah menjadi salah satu tujuan baru eksodus besar-besaran akibat konflik yang tampaknya masih jauh dari berakhir.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler