Situasi kemanusiaan di Sudan terus memburuk. Jaringan Dokter Sudan melaporkan adanya tumpukan jenazah di Negara Bagian Kordofan Utara.
Sementara bocoran informasi menyebut Dewan Keamanan dan Pertahanan Sudan menolak setiap usulan gencatan senjata kecuali jika Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menarik diri dari kota-kota yang mereka duduki.
Dalam pernyataannya, Jaringan Dokter Sudan menyatakan “keprihatinan mendalam” atas kejahatan yang dilakukan RSF terhadap warga sipil tak bersenjata di kota Bara, salah satu kota utama di Kordofan Utara.
“Puluhan jenazah kini menumpuk di dalam rumah-rumah, sementara pasukan RSF melarang keluarga korban mendekati jasad kerabat mereka,” demikian isi pernyataan itu.
Jaringan tersebut juga melaporkan meningkatnya jumlah warga yang hilang setiap hari, di tengah terputusnya total jaringan komunikasi serta ketiadaan layanan medis dan bantuan kemanusiaan di kota itu.
Mereka menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lembaga-lembaga kemanusiaan, dan komunitas internasional untuk “segera bertindak menghentikan pelanggaran ini.
Selain itu juga mendesak untuk membuka jalur aman bagi warga sipil, serta memungkinkan keluarga memakamkan korban mereka secara layak.”
Seorang anggota Dewan Keamanan dan Pertahanan Sudan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dewan tidak akan menyetujui gencatan senjata apa pun kecuali RSF menarik pasukannya dari kota-kota yang mereka duduki dan menyerahkan senjata.
“Tidak akan ada gencatan senjata dengan milisi RSF selama mereka tetap berada di dalam kota. Mereka harus keluar dan berkumpul di kamp-kamp yang telah ditentukan,” tegasnya.
Sumber itu menambahkan bahwa dewan menghargai setiap inisiatif perdamaian, termasuk usulan yang diajukan Amerika Serikat (AS).
Namun, syarat utama bagi pemerintah tetap sama: penarikan total RSF dari wilayah perkotaan.
Sebelumnya, Dewan Keamanan dan Pertahanan yang dipimpin oleh Ketua Dewan Kedaulatan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan telah menggelar rapat untuk membahas perkembangan terakhir di Sudan, termasuk proposal AS mengenai penyelesaian krisis.
Dewan ini beranggotakan para pejabat tinggi negara, termasuk anggota Dewan Kedaulatan, Perdana Menteri, serta para menteri keuangan, pertahanan, dalam negeri, dan kehakiman.
Fungsinya adalah membahas isu-isu yang berkaitan dengan keamanan nasional.
Seruan PBB
Dari markas besar PBB di New York, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menyerukan agar militer Sudan dan RSF bekerja sama dengan utusannya untuk mencapai kesepakatan politik yang dapat mengakhiri perang.
Ia menekankan pentingnya akuntabilitas bagi para pelaku kejahatan perang, serta mendesak penghentian segera terhadap semua bentuk kekerasan.
“Tidak boleh ada impunitas bagi mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap warga sipil,” ujar Guterres.
Sementara itu, Direktur Kantor Dana Penduduk PBB (UNFPA) untuk wilayah Sudan Utara dan Darfur, Sami Aswad, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa lembaganya memperkirakan sekitar 30.000 hingga 50.000 warga akan mengungsi ke kota Dabba di Sudan Utara, menyusul jatuhnya kota al-Fashir ke tangan RSF.
“Perkiraan ini sudah kami sampaikan kepada otoritas pemerintahan di Sudan Utara,” ujarnya.
Ia juga memperingatkan bahwa gelombang pengungsian baru akan memperburuk krisis kemanusiaan di kawasan tersebut.
Perang di Sudan pecah pada April 2023, dipicu pertikaian antara tentara nasional dan RSF terkait masa transisi politik.
Sejak itu, konflik telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa sekitar 13 juta penduduk meninggalkan rumah mereka—menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Dengan meningkatnya laporan tentang pembantaian, kelaparan, dan eksodus massal dari Darfur ke utara, tekanan internasional semakin kuat agar kedua pihak segera menghentikan pertempuran.
Namun, syarat yang ditetapkan Dewan Pertahanan menegaskan bahwa perdamaian tetap jauh dari jangkauan selama RSF mempertahankan kekuasaan di wilayah perkotaan yang mereka kuasai.
Di tengah penderitaan rakyat yang kian dalam, tumpukan jenazah di Bara menjadi gambaran paling kelam dari perang yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.


