Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, mengancam akan membunuh sekitar 200 pejuang Hamas yang terjebak di terowongan Gaza apabila kelompok tersebut tidak menyerahkan jasad seorang tentara Israel yang tewas, sebagaimana dilaporkan media lokal pada Rabu (6/11/2025).
Menurut harian Yedioth Ahronoth, Zamir menyatakan para pejuang itu “tidak akan diizinkan keluar hidup-hidup” jika Hamas tidak segera menyerahkan jasad Hadar Goldin, seorang prajurit Israel yang terbunuh pada tahun 2014 dan jenazahnya diyakini masih berada di Gaza.
Goldin dilaporkan tewas dalam serangan Hamas di Rafah ketika pasukan Israel tengah melakukan operasi penghancuran terowongan yang dikelola kelompok tersebut. Insiden itu terjadi dalam perang Israel–Gaza tahun 2014, salah satu konflik paling mematikan di wilayah tersebut, yang menewaskan lebih dari 2.000 warga Palestina akibat serangan udara dan tembakan pasukan Israel selama tujuh pekan.
Terowongan tempat para pejuang Hamas itu diyakini terjebak berada di wilayah Rafah, di kawasan yang disebut “Garis Kuning” (Yellow Line) — area yang kini dikuasai Israel setelah pasukannya mundur sebagian sebagai bagian dari tahap pertama gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Oktober lalu.
Pasukan Israel saat ini menguasai wilayah di dalam Garis Kuning, yang mencakup sekitar lebih dari separuh wilayah Gaza, termasuk kota Rafah, Beit Lahia, dan Beit Hanoun. Namun, garis pembatas itu tidak ditandai secara jelas di lapangan, sehingga banyak warga Palestina yang berada di sekitar zona tersebut berisiko tertembak oleh militer Israel.
Media Israel Ynet, mengutip sumber politik, melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sempat mempertimbangkan kemungkinan membiarkan para pejuang tersebut keluar hidup-hidup. Namun, seorang sumber dekat Netanyahu menegaskan bahwa “hal itu tidak akan terjadi.”
Menteri Keuangan Israel yang beraliran sayap kanan ekstrem, Bezalel Smotrich, menolak ide pertukaran apa pun, menyebutnya sebagai “kegilaan total.”
Di sisi lain, Hamas, yang masih menguasai bagian barat wilayah di luar Garis Kuning, menuntut agar para pejuangnya yang terperangkap dibebaskan. Kelompok itu juga dilaporkan menawarkan untuk membantu menemukan jasad-jasad tentara Israel yang masih hilang sebagai imbalan atas pembebasan para pejuangnya.
Peristiwa ini terjadi di tengah pelaksanaan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang disepakati pada 10 Oktober lalu, yang mencakup pertukaran 2.000 tahanan Palestina dengan seluruh tawanan Israel yang masih hidup di Gaza.
Hingga kini, seluruh 20 tawanan hidup telah dibebaskan, disusul 21 dari 28 tawanan yang telah meninggal dunia, sementara pencarian terhadap sisanya masih berlangsung.
Tahap pertama gencatan senjata tersebut juga mengizinkan peningkatan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza yang menderita akibat perang. Namun, Israel disebut hanya mengizinkan masuk bantuan dalam jumlah sangat terbatas, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas kelancaran pelaksanaan tahap berikutnya dari perjanjian gencatan senjata itu.


