Wednesday, November 19, 2025
HomeBeritaBagaimana Gaza bertahan menyambut musim dingin dengan tenda yang kian rapuh?

Bagaimana Gaza bertahan menyambut musim dingin dengan tenda yang kian rapuh?

Laporan lembaga-lembaga PBB mengungkap gambaran suram tentang kondisi pengungsian di Jalur Gaza.

Setelah 2 tahun perang dan perpindahan yang berulang, sebanyak 93 persen tenda pengungsian kini dinilai tidak lagi layak menjadi tempat berteduh.

Cuaca buruk, curah hujan, serta kerusakan akibat serangan udara Israel membuat ribuan keluarga menghadapi musim dingin dalam kondisi yang semakin melemahkan.

Data terbaru menunjukkan Gaza memerlukan 450 ribu tenda baru untuk menampung para pengungsi.

Namun sejak penghentian tembak-menembak bulan lalu, Israel hanya mengizinkan masuk 15 ribu tenda.

PBB menekankan kebutuhan mendesak untuk mengganti setidaknya 125 ribu tenda, sementara lebih dari 13 ribu keluarga kini hidup dalam situasi yang disebut berada “di ambang keputusasaan”.

Dari salah satu kamp pengungsian di Deir al-Balah, koresponden Al Jazeera, Ashraf Abu Amra, menggambarkan situasi yang “sangat sulit, bahkan mendekati bencana” setelah Gaza dilanda sistem cuaca buruk selama 3 hari.

Hujan dan angin kencang merusak hampir seluruh tenda di kamp tersebut—yang menampung lebih dari 15 ribu warga, termasuk 1.500 keluarga yang telah berpindah berkali-kali selama dua tahun terakhir.

Kamp itu berdiri di atas lahan pertanian yang tidak memiliki infrastruktur dasar. Banyak keluarga harus mencari—siang dan malam—sebida tanah kecil yang bisa menjadi tempat mendirikan tenda.

Cuplikan video yang ditayangkan Al Jazeera menunjukkan tenda-tenda terendam, sebagian bahkan tenggelam sepenuhnya.

Para pengungsi terlihat menghabiskan waktu berjam-jam di luar tenda untuk memperbaiki kain penutup yang sudah lapuk, penuh sobekan, dan tidak tahan air.

Keruntuhan infrastruktur dan minimnya perlengkapan

Kerusakan infrastruktur memperburuk keadaan. Pemerintah kota Khan Younis melaporkan bahwa 1.900 dari 2.200 saluran drainase hancur total.

PBB menambahkan, peralatan untuk mencegah banjir—seperti pompa air dan perangkat penyalur air hujan—tidak tersedia, termasuk peralatan dasar untuk mengalihkan aliran air dari kawasan tenda.

Dalam situasi demikian, bantuan pun terhambat. PBB mencatat lebih dari 107 permohonan pemasukan bantuan ditolak oleh Israel sejak gencatan senjata diberlakukan, termasuk permintaan untuk selimut dan pakaian musim dingin.

Komisioner Jenderal UNRWA Filippo Grandi menegaskan, akses terhadap tempat tinggal, pangan, dan air bersih menjadi tantangan berat ketika musim dingin datang lebih cepat dari perkiraan.

Tenda-tenda usang

Koresponden Al Jazeera lainnya, Hani al-Shaer, melaporkan kondisi yang lebih menyedihkan di Kamp Nahr al-Bared, sebelah barat Khan Younis.

Ia menggambarkan kamp tersebut sebagai salah satu yang termiskin, dengan tenda-tenda dari kain bekas yang kotor, robek, dan tak lagi mampu melindungi penghuni dari hujan maupun angin.

Sedikitnya 500 keluarga tinggal di kamp itu setelah mengungsi dari Rafah, wilayah timur Khan Younis, dan beberapa daerah di Gaza utara.

Wilayah yang rendah membuat kamp tersebut sangat rentan tergenang. Tingginya muka air membuat air hujan dengan mudah masuk ke dalam tenda.

Dalam salah satu tenda yang dikunjungi, tujuh anggota keluarga—kebanyakan anak-anak—berusaha menahan dingin dengan potongan kain seadanya.

Air masuk dari berbagai sisi, membasahi alas tidur dan merusak seluruh ruang tenda.

Selama 3 hari terakhir, keluarga-keluarga di sana mengaku tak bisa tidur karena derasnya air yang mengalir masuk.

Sebagian warga bahkan menggunakan karung tepung terigu sebagai dinding tambahan. Namun bahan itu mudah rusak, larut oleh air, dan tak mampu menjadi pelindung dari panas maupun dingin.

Ini adalah musim dingin ketiga yang dilalui para pengungsi dalam situasi ekstrem.

Kebanyakan keluarga tidak memiliki sumber pendapatan setelah kehilangan mata pencaharian selama lebih dari dua tahun perang. Bantuan menjadi satu-satunya harapan mereka.

Namun hingga kini, tak satu pun tenda baru, hunian sementara, ataupun bantuan signifikan tiba di kamp Nahr al-Bared.

Sabtu lalu, pertahanan sipil melaporkan puluhan tenda di kawasan al-Mawasi, barat Khan Younis, tenggelam akibat hujan, sementara petugas terus berupaya mengevakuasi warga dari tenda-tenda yang roboh.

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, hingga akhir September lalu hanya 7 persen tenda yang masih layak dihuni—sekitar 10 ribu dari total 135 ribu tenda yang ada.

Sisanya, sekitar 125 ribu tenda, sudah tak lagi memenuhi syarat sebagai tempat tinggal.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler