Pastur Manuel Musallam, anggota Komite Islam-Kristen untuk Dukungan Yerusalem dan Situs Suci, menyatakan Senin bahwa inisiatif internasional terkait Jalur Gaza bertujuan untuk melemahkan dan melucuti perlawanan Palestina, namun upaya tersebut “pasti akan gagal.”
Dalam keterangan pers, Musallam menegaskan bahwa senjata perlawanan Palestina tidak akan diambil oleh siapapun—baik Amerika Serikat maupun negara lain, dan menambahkan bahwa Israel, bukan Gaza, yang seharusnya berada di bawah pengawasan internasional karena “kejahatan perang dan genosida yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.”
Ia menuduh Amerika Serikat sebagai “mitra langsung” penderitaan rakyat Palestina karena dukungan militer dan politiknya terhadap Israel, serta menyebut visi AS untuk Gaza sebagai “upaya gagal untuk melucuti senjata Palestina—ilusi yang tak akan pernah terwujud.”
Musallam juga menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak mempercayai AS, Eropa, maupun beberapa rezim Arab, menekankan bahwa Israel gagal menciptakan keamanan melalui kekuatan militer setelah dua tahun perang.
Menurutnya, keamanan sejati hanya dapat tercapai dengan mengakui hak-hak rakyat Palestina, bukan melalui kekerasan dan pembunuhan.
Ia menambahkan bahwa kelanjutan perlawanan bersenjata Palestina akan semakin memperbesar isolasi Israel dan membuka peluang bagi tindakan hukum internasional, yang pada akhirnya dapat mengarah pada kekalahan Israel.
Perang Israel terhadap Gaza, yang didukung AS dan negara-negara Barat sejak Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 170.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 90 persen bangunan di Jalur Gaza hancur total. Pasukan Israel tetap melakukan pengeboman dan pembongkaran rumah meski gencatan senjata diterapkan bulan lalu, menimbulkan ratusan korban tambahan serta membatasi masuknya makanan dan bantuan medis.


