Thursday, November 20, 2025
HomeBeritaGaza kembali membara usai 28 warga tewas, Hamas: Israel ingin musnahkan Gaza

Gaza kembali membara usai 28 warga tewas, Hamas: Israel ingin musnahkan Gaza

Hamas mengecam serangan mematikan Israel di Gaza dan Khan Younis, yang mereka sebut sebagai bentuk eskalasi berbahaya.

Dalam pernyataannya, Hamas menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu—yang mereka sebut sebagai pihak yang menghadapi tuduhan kejahatan perang dan proses di Mahkamah Pidana Internasional—berupaya melanjutkan tindakan pemusnahan di Jalur Gaza.

Hamas juga menolak klaim Israel mengenai adanya tembakan yang menyasar pasukan Israel, dan menyebutnya sebagai upaya lemah serta mudah terbantahkan untuk membenarkan serangan tersebut.

Gerakan itu menambahkan bahwa pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata terus terjadi.

Menurut Hamas, lebih dari 300 warga Palestina tewas sejak penandatanganan kesepakatan gencatan senjata, disertai berlanjutnya penghancuran rumah-rumah warga dan penutupan perlintasan darat Rafah.

Hamas menilai tindakan tersebut sebagai “tantangan terang-terangan terhadap para penjamin gencatan senjata dari pihak Amerika Serikat dan kawasan.”

Sedikitnya 28 warga Palestina, termasuk 17 anak dan seorang perempuan, tewas, sementara lebih dari 77 orang terluka dalam serangan udara yang menghantam sejumlah wilayah di Gaza dan Khan Younis sejak Rabu pagi.

Seruan kepada para mediator

Dalam pernyataannya, Hamas meminta pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar memenuhi komitmennya dan segera menekan Israel untuk menghentikan pelanggaran serta mematuhi gencatan senjata.

Hamas juga menyerukan kepada para mediator di Mesir, Qatar, dan Turki, sebagai pihak penjamin gencatan senjata, untuk menjalankan peran mereka dan memastikan Israel menghentikan semua pelanggarannya. Pernyataan itu menegaskan bahwa para mediator perlu “memaksa Israel menghentikan seluruh tindakannya yang mengancam keberlangsungan gencatan senjata.”

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler